43
3 Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan. 4 Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan
emansipasi. 5
Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku
teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri mungkin terjadi.
Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan
1 Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan keluarganya.
2 Kebutuhan anak
untuk kemandirian
bisa mempengaruhi
tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga. 3 Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak
memenuhi kebutuhan. 4 Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus
untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan
diri dan kemandiriannya.
28
4. Pengertian Anak Terlantar
Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya
28
Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children
44
kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun sosialnya.
29
Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak
dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau
anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku..
30
Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang
tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya
tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti
orangtuanya”. Menurut Howard Dubowitz:
“Anak terlantar diberi pengertian sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga
menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan caregiver parents melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi
kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti
perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar karir”.
29
UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
30
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
45
5. Ciri-ciri Anak Terlantar
Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984 terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu:
a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal yatim, atau ibu karena meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau
melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar. b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak tetap dan sangat kecil serta tidak mampu membiayai sekolah anaknya.
c. Orangtua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah sendiri maupun rumah sewaan.
d. Tidak memiliki ibu dan bapak yatim piatu, dan saudara, serta belum ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan pada
tingkatan dasar dalam kehidupan anak
31
31
http:ichwanmuis.com?p=1356 , Anak Jalanan, Diakses Pada Rabu, 04 Mei
2011
46
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak PSAA 1. Identitas dan Sejarah PSAA
a. Pengertian PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah Unit Pelaksana Teknis UPT Dinas Sosial Provinsi DKI
Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar.
b. Sejarah PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman
Penitipan Anak PSTPA Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis UPT Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI
Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian
berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi