Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama. 1 Wajah pendidikan di negeri ini belum secerah negara tetangganya. Harus diakui, sistem dan mutu pendidikan di Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Laos, Sri Lanka, bahkan Vietnam, lebih maju dibanding Indonesia. Di Indonesia, masih ada jutaan anak yang belum menikmati pendidikan dasar. Belum lagi problem serius menyangkut minimnya fasilitas dan kesejahteraan para pendidik, terjadinya tindak kekerasan dan pencabulan di lingkungan sekolah, tawuran antar mahasiswa hingga pertengkaran tanpa ujung para elite pengelola lembaga pendidikan. 2 Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara 1 Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi Kemiskinan, http:opini.wordpress.com20061108membangun-pendidikan-mengatasi- kemiskinan Diakses pada: Senin, 28 Februari 2011 2 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: 2008, cet 1, http:komunitasamam.wordpress.com20090411blue-print-pendidikan-nasional Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 2 praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anakpeserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan 3 Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belumlah terlalu bagus, bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks HDI yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah. 4 Menurut data dari Human Development Indeks HDI, Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi kualitas Sumber Daya Manusia SDM pada tahun 2010. 5 Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan 6 . Hasil Sensus penduduk BPS Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyebutkan, 3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet 1, hal. 7 4 http:www.simpuldemokrasi.comdinamika-demokrasiwarga-bicara1345-hak- pendidikan-anak-anak-bangsa.html Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 5 http:ekonomi.kompasiana.combisnis20110314kualitas-sdm-indonesia-di- dunia Diakses pada: Kamis, 03 November 2011 6 http:www.simpuldemokrasi.comdinamika-demokrasiwarga-bicara1345-hak- pendidikan-anak-anak-bangsa.html Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 3 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa atau 13,13 persen. Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi masih besar sekitar separoh dari rata-rata nasional. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Menkokesra HR Agung Laksono saat kunjungannya di Kota Sibolga sekaligus memberikan Raskin secara simbolis kepada masyarakat di Jalan Toto Harahap dan Jalan S. Parman depan Masjid Agung Sibolga. 7 Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI sangat prihatin atas fakta bahwa anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat tajam. Data terakhir terdapat 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota besar di Indonesia. Fakta lain menunjukkan bahwa hak-hak anak jalanan secara umum tidak terpenuhi, baik hak pendidikan, kesehatan dan hak dasar lainnya. Anak jalanan, 95 persen berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah dan dari lingkungan yang eksploitatif terhadap anak, walaupun angka anak terlantar dan anak jalanan meningkat, tetapi belum ada penanganan secara komprehensif atas fenomena tersebut. KPAI berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Penanganannya tidak bisa bersifat parsial, segmentaris, apalagi represif. Dan yang terpenting 7 http:waspadamedan.comindex.php?option=com_contentview=articleid= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-jiwacatid=52:sumutItemid=207 Diakses pada: Rabu,6 April 2011 4 tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa. 8 Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002, pasal 9 1, tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap menghasilkan secara 8 http:www.rakyatmerdeka.co.idnews2010032290009Gila,-Jumlah-Anak- Terlantar-17-Juta. Diakses pada: Rabu, 6 April 2011 5 ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu 9 Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga yang kurang mampu, guna meningkatkan taraf hidup kesejahetraan pendidikan anak-anak mereka atau anak-anak yang terlantar yang memiliki kemauan besar untuk tetap bisa melanjutkan sekolah, dalam bentuk program UKS Usaha Kesejahteraan Sosial yang merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat. 10 Salah satu bentuk program atau kegiatan dari UKS ini yaitu adanya suatu pelayanan sosial yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama PSAA PU 03 Tebet dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan beban biaya yang dikeluarkan untuk kelangsungan pendidikan formal mereka. Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab orangtua, namun banyak orangtua menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kebodohan, maka dengan tidak disadari, banyak orangtua tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka. 11 9 http:www.simpuldemokrasi.comdinamika-demokrasiwarga-bicara1345-hak- pendidikan-anak-anak-bangsa.html Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 10 Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI, Jakarta: 2005, hal. 86 11 Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006, hal. 122 6 Sementara itu ayat suci Al- Qur’an dalam surat An-Nissa’ ayat 9 menegaskan bahwa orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut:                 Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” Anak-anak terlantar yang berada di sebuah lembaga sosial yaitu salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet mereka berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua dan anak yang dititpkan oleh orangtua mereka agar mereka dapat melanjutkan pendidikan formal hingga lulus dan tamat dari sekolah mereka masing-masing. Tujuannya agar anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama di tengah-tengah masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul: “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan ”. 7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah