Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran. TEMUAN DAN ANALISA DATA

15 Faktor-faktor Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Jenis-jenis Pendidikan, Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional, Pengertian Anak, Hak-hak Anak, Usia Anak, Pengertian Anak Terlantar dan Ciri-ciri Anak Terlantar.

Bab III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak PSAA

Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Yang meliputi: Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Pendanaan, Sumber Daya Manusia, Fasilitas dan Profil Warga Binaan Sosial WBS PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

Bab IV : Temuan dan Analisa Data, memuat: Hasil wawancara tentang

peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

Bab V : Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran.

16

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Peran

Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat 1 . Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya. Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, h. 268-269, Ed. Baru 4, Cet. 27 17 sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya. 2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan. 3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan berperikemanusiaan. 4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial. 2 Fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial social functioning melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya. Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang individu, keluarga, kelompok atau masyarakat dan sistem sosial lembaga 2 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005,, h. 27 18 dan jaringan sosial dalam menghadapi goncangan dan tekanan shocks and stresses 3 .

B. Pekerja Sosial 1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa AhliSumber

No Menurut Para AhliSumber Definisi Inggris Indonesia 1 Allen Pincus and Anne Minahan Social Work is concerned with the interactions between people and their social environment which affect the abilility of people to accomplish their life task, alleviate distress and realize their aspirations and values. Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang- orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas- tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. 3 Ibid, h. 28 19 2 Siporin,Max Social work is defined as a social institutional method of helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning. Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang- orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. 3 Friedlander, Walter. A, and Apte, Robert Z. Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals, groups, or communities Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu, kelompok-, maupun masyarakat 20 obtain social or personal satisfaction and interdependence. agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan. 4 Zastrow, Charles Social work is the profesional activity of helping individuals, groups, or communities to enhance or restore their capacity for social functioning and to create societal conditions favorable to their goals. Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan- tujuannya. 5 Leonora Scrafica- deGuzman Social work is the profesion which is primaly concerned with organized social service Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan 21 activity aimed to facilitate and strengthen basic relationship in the mutual adjusment between individual, and their social environment for the good of the individual and society, by the use of social work method. sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial. 4 Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ialah: Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, danatau pengalaman 4 http:blogs.unpad.ac.idteguhadityascript.phpreaddefinisi-pekerjaan-sosial , PPI STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011 22 praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial”. 5 Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu, kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka pengetahuan knowledge, kerangka keahlian skills, dan kerangka nilai value.

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial

Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community worker, yaitu: 6 a. Pemercepat Perubahan Enabler Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas 5 http:bbppkspadang.wordpress.comquantum-vi-no-11-2009-6 , Tonton Witono, SDM Kesos dan Pengembangannya, Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011 6 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Lembaga Penerbit FE UI: Depok, 2003, h. 91-94 23 mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang community worker. Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker sebagai pemercepat perubahan enabler: 1 Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka 2 Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam masyarakat 3 Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan 4 Memfasilitasi perencanaan yang efektif b. Perantara Broker Peran seorang broker perantara dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat community service, tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan penghubungan ini. c. Pendidik Educator Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan 24 baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut. Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk menyampaikan pandangan yang kurang up to date dan kurang menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu. 7 d. Tenaga Ahli Expert Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli Expert, community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan, saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja, seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompok- kelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas termasuk organisasi. 7 Ibid, h. 91 25 Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka masyarakat ataupun organisasi, tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat human service organizations baik itu organisasi pemerintahan government organizations atau non pemerintah non-government organizations. Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang pada intinya terkait dengan model intervensi pendekatan pengembangan layanan masyarakat community services approach. 8 e. Perencana Sosial Social Planner Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun kepentingan. Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada pemformulasian usulan dan saran advice yang terkait dengan isu dan permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih 8 Ibid, h. 92 26 memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pelaksanaan program. 9 f. Advokat Advocate Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah directive, di mana community worker menjalankan fungsi advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga. Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam kaitan dengan upaya pengembangan suatu komunitas. 10 g. Aktivis Activist Sebagai activist seorang community worker mencoba melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan power pada kelompok yang kurang mendapatkan 9 Ibid, h. 93 10 Ibid, h. 93-94 27 keuntungan disadvantage group. Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku injustice, kesenjangan inequity, dan perampasan hak. Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi memberikan dorongan terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut disadvantage group untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada yang menjadi penekan mereka. Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik, konfrontasi misalnya melakukan demonstrasi dan negosiasi. Serupa dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa dilakukan oleh para aktifis. 11 Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas dikategorikan berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga peran pertama pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik lebih banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat. Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan 11 Ibid, h. 94-95 28 komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait dengan model intervensi aksi komunitas.

C. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan

Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut ini: No Menurut Para AhliSumber Definisi 1 Langeveld Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan di laksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak. 2 Hoogeveld Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. 3 Rousseau Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa 29 4 Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. 5 SA. Bratanata Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 12 Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut: Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan: The term “Education” refers to the broad function of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related”. 13 12 http:chintami.students.uii.ac.id20090324definisi-ilmu-pendidikan , Diakses Pada: Senin, 14 Maret 2011 13 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Malang: Usaha Nasional, 1988, cet 3, h. 4 30 Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru generasi muda bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah. Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut: “Education is the process in wich these powers abilities, capacities of men which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help another or himself achieve the end in view”. 14 Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini kemampuan, kapasitas, manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. 15 14 Ibid, h. 6 15 Ibid, h. 7 31 Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN Ketetapan MPR RI No. IVMPR1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”. 16 Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anakpeserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan: a. Faktor Tujuan Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan. 16 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, UIN Jakarta Press: Desember, 2005, cet 1, h. 7 32 b. Faktor Anak Didik Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah. c. Faktor Pendidik Menurut Lengeveld, “Pendidik” adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak. d. Faktor Alat Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1 Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan. 2 Bukan merupakan benda-benda tetapi berupa perbuatan pendidik yang digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan. 33 e. Faktor MilieuLingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitarsekeliling anak. 17

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susilareligious. 18 Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 19

4. Jenis-jenis Pendidikan

a. Pendidikan Formal Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Sedangkan, Soedomo 1989 mendefinisikan pendidikan formal 17 Ibid, hal,10 18 Ibid, hal, 43 19 Ibid, hal, 46 34 sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah. Pendidikan formal mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: 1 merupakan sistem persekolahan, 2 berstruktur, 3 berjenjang, dan 4 penyelenggaraannya disengaja. b. Pendidikan Non Formal Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan menurut Soedomo 1989, pendidikan non formal adalah kegiatan belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi berstruktur yang terjadi di luar sistem persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 merupakan pendidikan luar persekolahan, 2 jarang berjenjang, dan 3 tidak ketat ketentuan-ketentuannya. c. Pendidikan InFormal Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo 1989, pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga belajar. Adapun ciri-ciri pendidikan informal seperti yang diungkapkan oleh Faisal 1981 antara lain: 1 sama sekali tidak terorganisasi, 2 35 tidak berjenjang kronologis, 3 tidak ada ijazah, 4 tidak diadakan dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan 5 lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri. 20 Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan keterampilan menjahit.

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional

Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: 1 pendidikan di keluarga, 2 pendidikan di sekolah, dan 3 pendidikan di masyarakat. a. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan 20 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta: 2009, h. 6-8, cet. ketiga 36 oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. b. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah lembaga pendidikan informal keluarga. Tugas dan tanggungjawab sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat. c. Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut 37 menyelenggarakan pendidikan non pemerintah swasta, membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung 21

D. Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak

Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan hadirnya buah hati anak sebagaimana dijelaskan dalam Al- Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 46:                Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. 22 Menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.. Menurut John Locke : “Anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsan gan yang berasal dari lingkungan”. 21 Modyo Ekosusilo,dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang, 1990, h. 73-76 22 Al- Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I., Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989, h. 569 38 Menurut Agustinus : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh- contoh yang diterimanya dari aturan- aturan yang bersifat memaksa”. 23 Dari pengertian anak di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti sedikit menyimpulkan bahwa anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusiaorangtua untuk dapat dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan.

2. Hak-Hak Anak

Hak-hak anak merupakan suatu hal yang mau tidak mau harus dipatuhi tanpa terkecuali. Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam UU No.23 tahun 2002 adalah sebagai berikut : 1 Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2 Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. 3 Beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua. 23 http:dunkdaknyonk.blogspot.com201103pengertian-anak-menurut-beberapa- uu.html , Diakses Pada : Rabu, 04 Mei 2011 39 4 Dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri dan berhak mengetahui orangtuanya. 5 Hak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain bila karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak. 6 Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. 7 Hak memperoleh pendidikan, termasuk anak yang menyandang cacat serta anak yang memiliki keunggulan khusus. 8 Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, memberikan informasi sesuai dengan nilai kesusilaan dan kapatutan. 9 Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya. 10 Perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, ekonomi maupun seksual, penelataran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, keadilan, dan perlakuan salah. 11 Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri. 12 Hak memperoleh perlindungan khusus: kerusuhan sosial, sengketa bersenjata, kegiatan politik dan lain-lain. 13 Korban atau pelaku anak berhak mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya 24 24 Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, Maret, 2007, hal. 13. 40

3. Usia Anak a. Masa Remaja Awal 13-14 Tahun

Pertumbuhan Fisik Pubertas merupakan periode remaja awal yang ditandai dengan perubahan dalam penampilan fisik dan fungsi fisologik. Kondisi ini memungkinkan setiap remaja mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik biasanya meliputi proposal muka dan badan serta penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya. 25 Perkembangan Kognitif 1 Kemampuan anak yang muncul untuk berpikir secara abstrak bisa menjadikan penjelasan rumit dari alasan untuk penempatan lebih masuk akal. 2 Anak mungkin memiliki kemampuan yang meningkat untuk mengidentifikasi perasaannya sendiri dan untuk mengomunikasikan keprihatinan dan kegelisahannya secara verbal. Perkembangan Emosi 1 Pra remaja adalah periode “naik turun” secara emosional. Anak bisa mengalami perubahan dan naik turun suasana hati setiap harinya setiap jamnya 2 Perubahan hormon dan fisik, termasuk perubahan tubuh yang cepat dan signifikan, menghasilkan kesadaran awal akan seksualitas. 25 Dra. Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan Islam, UIN Jakarta Press: 2006, cet 1, hal.108-109 41 Anak mengalami banyak perasaan baru, beberapa di antaranya berkonflik dan kontradiksi. 3 Anak mulai menginginkan “kemandirian” tapi kemandirian diungkapkan oleh nilai-nilai dan peran-peran orangtua dan menerapkan nilai-nilai teman sebayanya. 4 Anak mengalami kecemasan ketika kekurangan struktur, dukungan dan peraturan. 26 Perkembangan Sosial 1 Remaja awal adalah periode semrawut secara emosional. Stres tambahan memilik i potensi menciptakan “beban stress berlebih” dan bisa mempercepat krisis. 2 Anak bisa menolak hubungan dengan orang dewasa. Ketergantungan kepada orang dewasa mengancam “kemandiriannya”. Dengan menolak orang dewasa, anak tersebut mengurangi sumber penting dukungan penanganan untuknya. 3 Perpisahan dari orangtua, khususnya jika hasil dari konflik keluarga dan perilaku melanggar peraturan dari si anak, bisa mengakibatkan rasa bersalah dan kecemasan.

b. Masa Remaja Akhir 15-17 Tahun Pertumbuhan Fisik

Pada periode ini tidak tampak lagi ada perubahan bentuk tubuh yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir lebihh dilihat dari proporsikeseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan yang 26 Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children 42 lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi remaja yang berada pada periode ini. Sebab, pada periode sebelumnya yaitu remaja awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang. 27 Perkembangan Kognitif 1 Anak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami alasan yang rumit untuk perpisahan, penempatan, dan perilaku orangtua. 2 Kemampuan untuk sadar diri dan berwawasan bisa membantu dalam menangani situasi dan perasaan-perasaannya yang bertentangan mengenai hal itu. 3 Anak lebih bisa berpikir secara hipotesis. Dia dapat menggunakan kemampuannya untuk merencanakan masa depan dan untuk mempertimbangkan potensi hasil dari berbagai strategi. Perkembangan Emosi 1 Anak mengembangkan kemandirian yang lebih besar. Dia lebih bisa secara mandiri membuat atau menyumbang pada pengambilan keputusan tentang hidupnya dan kegiatannya. 2 Perkembangan kepercayaan diri yang positif tergantung kepada penerimaan oleh teman sebaya dari lawan jenis seperti juga diterima oleh teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Perkembangan Sosial 1 Hubungan lawan jenis penting seperti juga dengan sesama jenis. 2 Hubungan individu menjadi lebih penting. 27 Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan Islam, UIN Jakarta Press: 2006, cet 1, hal. 116 43 3 Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan. 4 Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan emansipasi. 5 Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri mungkin terjadi. Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan 1 Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan keluarganya. 2 Kebutuhan anak untuk kemandirian bisa mempengaruhi tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga. 3 Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak memenuhi kebutuhan. 4 Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan diri dan kemandiriannya. 28

4. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya 28 Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children 44 kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun sosialnya. 29 Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.. 30 Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti orangtuanya”. Menurut Howard Dubowitz: “Anak terlantar diberi pengertian sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan caregiver parents melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar karir”. 29 UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 30 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 45

5. Ciri-ciri Anak Terlantar

Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984 terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu: a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal yatim, atau ibu karena meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar. b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak tetap dan sangat kecil serta tidak mampu membiayai sekolah anaknya. c. Orangtua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah sendiri maupun rumah sewaan. d. Tidak memiliki ibu dan bapak yatim piatu, dan saudara, serta belum ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan pada tingkatan dasar dalam kehidupan anak 31 31 http:ichwanmuis.com?p=1356 , Anak Jalanan, Diakses Pada Rabu, 04 Mei 2011 46

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak PSAA 1. Identitas dan Sejarah PSAA

a. Pengertian PSAA

Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah Unit Pelaksana Teknis UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar.

b. Sejarah PSAA

Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak PSTPA Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis UPT Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi 47 DKI Jakarta, maka Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtertaan Sosial Provinsi DKI Jakarta. Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis UPT di lingkungan Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 61 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama.

c. Tugas dan Fungsi PSAA

1 Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet: Tugas pokok PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. 2 Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu: a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motifikasi, dan seleksi. b. Pelaksaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan penempatan dalam panti. c. Pelaksaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial. 48 d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi. e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan. f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian. g. Pelaksaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan teminasi.

d. Visi dan MISI 1 Visi

Panti Sosial Asuhan Anak Putra PSAA Utama 03 Tebet mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yatimpiatuyatim piatu dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif”. 2 Misi Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra PSAA Utama 03 Tebet yaitu: a Menyelengggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak yatimpiatuyatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan masyrakat. 49 b Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. c Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yatimpiatuyatim piatu terlantar ke dalam kehidupan yang layak, normatif dan manusiawi. 50 POLA PEMBINAAN PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET Asal WBS Rujukan Penyerahan dari Instansi masyarakat PSAA Klender Duren Sawit Calon WBS Anak Terlantar : 1. Wanita 2. usia 13 sd 18 thn 3. Memiliki Ijazah Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani Berminat mengikuti pendidikan formal dan tinggal dalam panti Proses Peneri maan A. Identifikasi 1. Identifikasi 2. Seleksi 3. Motivasi Asuha n Anak 1. Perawatan 2. Pemeliharaan 3. Perlindungan Sosial 4. Pembinaan Fisik 5. Pembinaan Kesehatan 6. Bimbingan Mental dan Sosial 7. Bimbingan Kepribadian 8. Pendidikan 9. Latihan Ketrampilan Resosialisasi : - Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat - Bimbingan Pembinaan kerja Penyalura n Bina Lanjut dan Termi nasi Bina Lanjut Anak yang mandiri, normatif dalam kehidupan di masyarakat TRAMTIB DinasSudin Bintal Kepolisian Masyarakat Keluarga Anak Keluarga tidak mampu : 1. Wanita 2. usia 13 sd 18 thn 3. Memiliki Ijazah Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani 5. Domisili di wilayah B. Penerimaan 1. Registrasi 2. Pengasrama an C. Asesmen 1. Konsultasi 2. Pengungka pan dan pe mahaman masalah 3. Home Visit Penyaluran 1. Keluarga 2. Bekerja Terminasi 51

e. Sasaran Pelayanan PSAA

Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet adalah anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun yang karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial WBS di PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah: 1 Anak usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun khusus perempuan. 2 Surat keterangan tidak mampu dari RtRw, Lurah setempat. 3 Surat keterangan sehat dari dokterPuskesmas. 4 Foto copy KTP orangtuawali domosili DKI Jakarta. 5 Pas foto 4x 6 = 2 lembar, 2x3= 2 lembar. 6 Pemilik ijazahraport terakhir. 7 Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra Utama 03 Tebet. 8 Rujukan dari panti terkait.

2. Pendanaan PSAA

Dana operasional Panti Sosial Anak Asuhan Putra Utama 03 Tebet, berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan, kesehatan, dan permakanan, karena PSAA merupakan panti di bawah naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam sarana dan prasarana, maka APBD dapat digunakan dan anggaran tersebut 52 tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA. PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin.

3. Sumber Daya Manusia di PSAA

Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 22 orang, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet Laki-laki Perempuan Jumlah 13 Orang 9 Orang 22 Orang

4. Fasilitas di PSAA

Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa : Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet No: Fasilitas LokalUnit Keterangan 1 Luas tanah 5.100 m2 - 2 Taman halaman 1.000 m2 - 3 Ruang kantor 1 lokal ruang pimpinan, ruang staff, ruang rapat. 4 Peralatan Kantor 39 Unit 5 buah komputer, 2 buah mesin tik, 1 buah fax, 12 buah meja, 12 buah kursi dan 7 buah lemari berkas. 53 5 Ruang asrama 4 lokal kamar kenanga, kemuning yang terletak di bawah dan 2 kamar lainnya terletak di atas yaitu mawar dan teratai. 6 Ruang keterampilan 2 lokal Ruang keterampilan menjahit dan ruang keterampilan komputer. 7 Ruang makan dan dapur 2 lokal - 8 Aula ruang pertemuan 1 lokal - 9 Mushalla 1 lokal - 10 Olahraga 1 lokal Bulu tangkis, tenis meja, basket dan bola voli 11 Peralatan komunikasi 2 Unit 1 buah telepon dan 1 buah mesin fax. 12 Peralatan pendukung 6 Unit 1 lemari P3K, peralatan mandi, peralatan makan, peralatan dapur, sarana tidur dan 1 buah televisi. 13 Peralatan operasional 3 Unit 2 buah mobil dan 1 buah motor 54 B. Profil Warga Binaan Sosial WBS di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya No: Tahun Jumlah 1. 2002 – 2003 100 Anak 2. 2003 – 2004 100 Anak 3. 2004 – 2005 100 Anak 4. 2005 – 2006 100 Anak 5. 2006 – 2007 100 Anak 6. 2007 – 2008 100 Anak 7. 2008 – 2009 80 Anak 8. 2009 – 2010 80 Anak 9. 2010 – 2011 80 Anak Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet terdapat suatu perubahan dari 100 anak menjadi 80 anak. Hal tersebut karena disesuaikan dengan pendanaan dari Pusat DKI Jakarta. Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan status keluarga. Terdapat lima puluh satu orang yang berstatus orang tua tidak mampu, sembilan orang yatim, empat orang piatu, enam orang yatim piatu, lima orang keluarga retak dan lima orang adalah anak terlantar. Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga No: Status Keluarga Keterangan 1. Orangtua Tidak Mampu 51 Orang 2. Yatim 9 Orang 3. Piatu 4 Orang 4. Yatim Piatu 6 Orang 5. Keluarga Retak 5 Orang 6. Anak Terlantar 5 Orang Jumlah 80 Orang 55 Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat sembilan belas orang dan SMASMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan No: Tingkat Pendidikan Kelas Ket 1 2 3 1. SMP 7 8 4 19 2. SMASMK 14 26 21 61 Jumlah 80 Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah sebagai berikut: Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP No: Nama Sekolah Kelas Ket VII VIII IX 1. SMPN 03 3 3 1 2. SMPN 33 - - 1 3. SMP DCB PALAD 4 - 1 4. SMPN 15 - 2 1 Jumlah 7 8 4 19 56 Dari tingkat SMASMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMASMK. Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMASMK No: Nama Sekolah Kelas Ket X XI XII 1. SMKN 8 - - 1 2. SMKN 47 - - 1 3 SMKN 31 - - 2 4 SMKN 40 - - 3 5 SMKN 7 - - 1 6 SMKN 50 - - 1 7 SMKN 56 - - 2 8 SMK Pancasila 8 14 3 9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5 10 SMAN 55 - - 1 11 SMK Tirta Sari - - 1 Jumlah 14 26 21 61 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial WBS di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan Berdasarkan uraian pada bab II mengenai Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Pekerja sosial yang dimaksud di sini yaitu pengasuhpetugas panti yang bekerja di PSAA PU 03. Pengasuh ini mempunyai peran yang sangat penting bagi anak-anak yang tinggal di PSAA PU 03 karena dengan adanya pengasuh, anak-anak terlantar yang berada di PSAA PU 03 mendapatkan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, spiritual, kepribadian, pendidikan dan pelatihan keterampilan, perawatan, pemeliharaan serta perlindungan sosial. Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial, pemercepat perubahan Enabler, perantara Broker, pendidik Educator, tenaga ahli Expert, perencana sosial Social Planner, advokat Advocate, dan aktivis Activist. Namun, peran yang lebih dominan yang dimainkan oleh seorang pekerja sosial yaitu pengasuhpekerja sosial berperan sebagai pendidik dan perantara. 58 1. Perantara Broker Peran seorang broker perantara dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat community service, tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Mujiono yang menjabat sebagai Kepala Bimbingan dan Penyaluran yaitu: “Menjembatani anak-anak yang hampir putus sekolah dengan pihak panti agar dapat melanjutkan sekolah hingga tamat…” Yaitu pihak sekolah bekerjasama dengan pihak panti bersama- sama untuk menangani anak-anak yang hampir putus sekolah sehingga tetap dapat melanjutkan sekolahnya hingga tamat. Salah satu sekolah yang dapat bekerjasama dengan panti adalah SMK Pancasila. Jika ada anak yang hampir putus sekolah, pihak sekolah menginformasikan panti yang ada di Jakarta sehingga keberadaan panti dapat dihubungi oleh orangtua siswa sehingga mereka mendapatkan informasi yang jelas dan akhirnya mendaftarkan anaknya ke panti. Pada akhirnya anak tersebut dapat tetap bersekolah dengan baik setelah mendapatkan pelayanan dan perawatan melalui PSAA PU 03 Tebet. 50 50 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 59 2. Pendidik Educator Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mujiono yaitu peran pekerja sosialpengasuh sebagai pengganti orangtua yaitu: “Perannya sebagai pengganti orangtua, yang berfungsi sebagai pengawas, pengasuhan, pendidik dan pembinaan yang disesuaikan dengan kebutuhan…” 51 Pernyataan dari Bapak Mujiono dipertegas oleh WBS yang berinisial AW yaitu: “Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses…” Dan dipertegas oleh WBS lain yang berinisial HA, ia memberi keterangan bahwa peran dan fungsi pekerja sosialpengasuh di PSAA yaitu: “Fungsinya adalah untuk memberikan motivasisemangat belajar kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak- anaknya menjadi lebih berguna …” 52 . Pekerja sosialpengasuh sebagai pendidik di sini adalah pekerja sosial bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang ada di panti yang didampingi oleh pengasuh serta tenaga instruktur sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. 51 Mujiono, AKS, ibid., 52 AW dan HA, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 60 Bapak Mujiono lakukan kepada anak-anak asuhnya di panti: “Dari mulai bangun tidur, persiapan makan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan ten ang karena kebutuhannya sudah terpenuhi…” 53 B. Pealayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial WBS PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat. Sesuai dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. PSAA PU 03 Tebet terdapat dua bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mujiono selaku Seksi Bimbingan dan Penyaluran tentang pernyataan pendidikan non formal yaitu kegiatan pengisi waktu luang di PSAA: “Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua, pendidikan non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan keterampilan computer …” 54 PSAA PU 03 Tebet menyediakan pendidikan formal dan pendidikan non formal yang disebut sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Pendidikan 53 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 54 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 61 formal di PSAA berupa sekolah di luar panti mulai dari tingkat SMP dan SMA. Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat sembilan belas orang dan SMASMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan No: Tingkat Pendidikan Kelas Ket 1 2 3 1. SMP 7 8 4 19 2. SMASMK 14 26 21 61 Jumlah 80 Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah sebagai berikut: Tabel 2. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP No: Nama Sekolah Kelas Ket VII VIII IX 1. SMPN 03 3 3 1 2. SMPN 33 - - 1 3. SMP DCB PALAD 4 - 5 4. SMPN 15 - 2 1 Jumlah 20 62 Dari tingkat SMASMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan dua dari SMA. Di bawah ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMASMK. Tabel 3. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMASMK No: Nama Sekolah Kelas Ket X XI XII 1. SMKN 8 - - 1 2. SMKN 47 - - 1 3 SMKN 31 - - 2 4 SMKN 40 - - 3 5 SMKN 7 - - 1 6 SMKN 50 - - 1 7 SMKN 56 - - 2 8 SMK Pancasila 7 13 3 9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5 10 SMAN 55 - - 1 11 SMA N 79 1 - - 12 SMK Tirta Sari - - 1 Jumlah 14 25 21 60 Pihak sekolah setiap hari mengecek absen anak-anak yang berasal dari panti untuk mengetahui kehadiran mereka di sekolah. Jika WBS bermasalah di sekolahnya seperti sering tidak masuk sekolah bolos, maka pihak sekolah menghubungi pihak panti lewat telepon. Hal ini termasuk kenakalan remaja 63 pada umumnya, sering bolos sekolah yang dikarenakan sedang malas belajar, ikutan ajakan teman, gurunya tidak enak dan mata pelajaran yang susah. Dari panti mengenakan pakaian seragam dengan rapi tetapi nyatanya WBS tidak sampai ke sekolahnya. Tidak ada masalah-masalah yang teramat serius yang mengharuskan petugas panti datang ke sekolah, biasanya pihak sekolah melaporkan hal tersebut ke panti hanya lewat telepon saja. Ada sanksi yang harus diterima oleh WBS jika melakukan kenakalan bolos sekolah tersebut dari pihak sekolah dan dari panti. Biasanya sanksi yang mereka terima dari sekolah hanya teguranperingatan-peringatan saja tetapi jika kenakalan tersebut terus-menerus dilakukan secara berulang-ulang maka sanksinya adalah skortidak boleh datang ke sekolah minimal 3 hari dan maksimal selama satu minggu. Lalu, sanksi dari panti yaitu peringatan- peringatannasihat dan hukuman fisik, seperti jalan jongkok dan lari 3-5 puteran di halaman panti. Dalam hal pengambilan rapor yang bertanggungjawab adalah pihak panti bukan lagi orangtua WBS yang mengambil rapor dikarenakan orangtua mereka sudah menitipkan pendidikan anak-anak mereka di PSAA PU 3 Tebet tersebut. Dari mulai biaya sekolah, peralatan dan perlengkapan sekolah, uang transportnya sampai pengambilan rapor sudah menjadi tanggungjawab PSAA PU 3 Tebet dalam hal pendidikan anak-anak. Jika WBS yang telah tamat dari tingkat SMP, mereka masih tetap tinggal di panti agar tetap dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SMASMK. WBS yang telah tamat dari tingkat SMP dilanjutkan ke sekolah tingkat SMASMK sesuai dengan hasil NEM mereka. Jika NEM yang mereka 64 hasilkan mencukupi dan tentunya bagus dapat memasuki ke sekolah SMANSMKN tetapi jika NEM yang mereka hasilkan kurang mencukupikurang dari persyaratan yang telah ditentukan dari sekolah tersebut, sudah tentu WBS akan dimasukkan ke sekolah yang sudah menjadi kerjasama dengan PSAA PU 03 Tebet, yaitu SMK Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1. Peran pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh untuk motivasi belajar para WBS di PSAA. Misalnya saja jika WBS sedang menghadapi ulangan-ulangan atau ujian akhir sekolah, pengasuh memberikan semangatdukungan berupa peringatan-peringatan, dan memenuhi segala kebutuhan WBS seperti melengkapi perlengkapan alat-alat tulis yang diperlukan saat menghadapi ujian. Seperti yang ditekankan oleh Bapak Mujiono: “Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat dan menjaga kesehatannya …” 55 Dan hal ini ditambahkan oleh Bapak Rizal selaku Seksi Identifikasi dan Asesmen: “Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan matematika ..”. 56 Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan yang telah dijelaskan oleh WBS yang berinisial AW kepada peneliti bahwa peran pengasuh dapat memotivasi WBS dalam pendidikan baik di PSAA maupun di sekolah. Sebagaimana pernyataan AW di bawah ini: 55 Mujiono, AKS, Ibid. 56 H. Fachrizal Hamid, SH, Seksi Identifikasi dan Asesmen, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 65 “Iya, mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. Misal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar …” 57 Dan pernyataan-pernyatan dari WBS lainnya menambahkan bahwa pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh dalam halnya belajar WBS di PSAA. Seperti pernyataan dari WBS yang berinisial KJ, yaitu: “Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh. Membandingkan dengan orang yang lebih sukses…” 58 Kemudian pernyataan WBS lainnya yang berinisial HA, yaitu: “Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh yang ada di sini…” 59 Dari pernyataan-pernyataan para WBS PSAA PU 03 Tebet di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan kerjasama yang baik antara pengasuh dan WBS di PSAA dalam hal pendidikan. Kemudian yang dimaksud dengan pendidikan non formal yang berada di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan tersebut yaitu pendidikan kegiatan keterampilan pengisi waktu luang dengan jadwal yang telah disesuaikan dengan jam sekolah WBS serta jadwal yang telah ditetapkan oleh PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. WBS dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang dengan mengikuti keterampilan-keterampilan yang telah disediakan oleh PSAA PU 03 Tebet yaitu kegiatan keterampilan komputer, menjahit, qosidah, dan menari. Tetapi 57 AW, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 58 KJ, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 59 HA, Warga Binaan Sosial, Waswancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 66 kegiatan keterampilan yang peneliti ambil hanya keterampilan komputer dan menjahit saja karena keterampilan tersebut dapat menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh WBS agar dapat mengembangkan potensi diri mereka. Jika WBS sudah keluar dari PSAA mereka dapat menyalurkan bakat dan minatnya tersebut sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kegiatan keterampilan tersebut diikuti oleh sebagian WBS yang tinggal di PSAA karena kegiatan keterampilan tersebut disesuaikan dengan jadwal WBS bersekolah. Jadwal komputer yaitu pada Hari Rabu dan Jum’at pada pukul 09.00-11.00 WIB. Dan jadwal untuk keterampilan menjahit yaitu pada Hari Selasa dan Kamis pada pukul 09.00-11.00 WIB. Jika ada WBS yang bersekolah pagi sudah pasti WBS tidak dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut. Berbeda dengan WBS yang bersekolah siang, mereka dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh panti. Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Mujiono yaitu: “Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca Al- Qur’an…” 60 Keterampilan-keterampilan yang ada di PSAA tidak mengharuskan WBS ikut serta pada kegitan keterampilan tersebut dikarenakan keterampilan tersebut hanya suatu kegiatan pegisi waktu luang yang ada di panti. bagi WBS yang bersekolah siang dan bagi WBS yang memiliki waktu luang sebelum 17 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, WAwancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, 24 Mei 2011 67 WBS berangkat sekolah dapat mengikuti kegiatan keterampilan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam mengikuti keterampilan menjahit dan komputer tersebut, terdapat hambatan dalam diri WBS yaitu rasa malas untuk mengikuti keterampilan-ketarampilan tersebut yang dikarenakan oleh faktor kurangnya fasilitas yang disediakan oleh pihak panti. Maksud kurangnya fasilitas di panti seperti ada tujuh buah komputer tetapi yang masih berfungsi hanya empat buah komputer saja. Komputer-komputer tersebut versi tahun 2003 yang kurangnya aplikasimenu-menu windows, tidak adanya situs internet, serta printer. Kemudian, jika ada tugas dari sekolah mereka menggunakan komputer yang ada di ruangan pengasuh beserta printer hanya ada di ruangan pengasuh saja. Bukan menggunakan komputer yang ada di ruang keterampilan karena komputer yang ada di ruangan keterampilan tersebut hanya untuk pelatihan- pelatihan saja. Dengan kurangnya fasilitas keterampilan menjahit yaitu hampir sama dengan kekurangan pada keterampilan komputer yaitu terdapat sepuluh buah mesin jahit tetapi yang hanya bisa digunakan hanya lima buah mesin jahit saja. Selain kurangnya fasilitas-fasilitas tersbut, rasa malas WBS untuk mengikuti keterampilan menjahit tersebut juga dikarenakan oleh faktor instrukturnya yang kurang dapat beriteraksi dengan baik oleh WBS di panti. 68

BAB V PENUTUP