Pengertian Rebana Biang PERKEMBANGAN SENI REBANA BIANG PADA MASYARAKAT
Rebana biang di Ciganjur yang dipimpin oleh H. Abd. Rahman merupakan seorang tokoh seni yang sangat mencintai kebudayaan Betawi. Beliau
memiliki inisiatif membuka sanggar musik tradisional Betawi rebana biang yang bertempat di Jl. R.M Kahfi I, Gang Amsar RT 05 RW04, no. 54 Ciganjur
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Sanggar tersebut diberi nama Pusaka Rebana Biang Ciganjur yang artinya sanggar ini dikhususkan untuk menjaga dan
melestarikan seni rebana biang warisan pusaka dari orang tua.
5
Sanggar ini sekaligus menyatu dengan tempat tinggalnya. Selain keunikan yang terdapat pada
alatnya, seni rebana biang pimpinan H. Abd Rahman ini mempunyai sesuatu yang unik dari segi para pemainnya dilihat dari usia para pemainnya yang bisa dibilang
sudah tidak muda lagi selain itu, seni rebana biang juga digunakan sebagai pengiring dalam tari Blenggo.
Alasan beliau mendirikan sanggar tersebut selain karena kecintaannya akan budaya seni adalah untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya
leluhur yang diwariskan padanya yakni musik tradisional Betawi rebana biang. Menurut kesaksian H. Abd. Rahman kesenian rebana biang Ciganjur di
masyarakat Kecamatan Jagakarsa pada awalnya berasal dari daerah Banten, Jawa Barat yang dibawa oleh bapak H. Kumis yang kemudian dibawa dan
dikembangkan di daerah Ciganjur yang kemudian berkembang menjadi sebuah pertunjukan.
Rebana biang ketika itu dijadikan sebagai media untuk menyiarkan agama Islam dan juga sebagai hiburan setelah pengajian agar masyarakatnya tidak
merasa bosan. Rebana biang yang berada pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa
5
Wawancara dengan bapak H. Abd. Rahman ketua Sanggar Pusaka Rebana Biang, 2 Mei 2016.
ini telah bertahan selama empat generasi. Para pewarisnya pun hanya berasal dari golongan keluarga saja. Para generasi-generasi tersebut yakni:
Generasi pertama dipimpin oleh H. Damong pada tahun 1885-1915 Generasi kedua dipimpin oleh H. Bitong dan H. Abdulloh pada tahun
1915-1946 Generasi ketiga dipimpin oleh H. Sa’aba Amsir pada tahun 1946-1985
Generasi keempat dipimpin oleh H. Abd. Rahman bin H. Sa’aba pada tahun 1985- hingga saat ini dan beliau merupakan anak tertua dari Alm.
H. Sa’aba.
Rebana biang merupakan rebana Betawi yang sangat istimewa, antara lain adalah dalam hal keunikan alat musiknya yang besar, latar belakang sosial
budaya, wilayah penyebarannya, pengaruh kesenian dari daerah lain, cara membawakan maupun proses teaterisasinya.
6
Rebana ini juga merupakan satu- satunya jenis rebana Betawi yang mengiringi tari Blenggo atau teater Topeng
Blantek.
7
6
Mahmudah Nur, Jurnal PENAMAS volume 28 n0. 2, dengan judul Pertunjukan Seni Rebana biang di Jakarta sebagi seni Bernuasa keagamaan, Jakarta: Kemeterian Agama RI
Balai Penelitian dan Penegmbangan Agama Jakarta,2015, h. 302-303
7
Tari Belenggo merupakan sejenis tari yang hanya dilakukan oleh orang laki-laki. Pakainnya adalah seragam berwarna hitam dan rebana biang menjadi musik mengiring dalam tari
ini. Tarian ini dipertunjukan ketika lagu-lagu rebana biang bertempo perlahan. Tari Belenggo ini diwariskan secara turun temurun dan menjadi tontonan yang digemari masyarakat di wilayah
Ciganjur hingga saat ini. Hal ini terjadi karena di wilayah Ciganjurlah kesenian rebana biang ini tetap dipertahankan dan dijaga dengan baik agar menjadi warisan budaya leluhur dalam
masyarakat Betawi. Lihat dalam buku karangan Budiaman, Folkor Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan provinsi DKI Jakarta, 2000, hal.65-66