ini telah bertahan selama empat generasi. Para pewarisnya pun hanya berasal dari golongan keluarga saja. Para generasi-generasi tersebut yakni:
Generasi pertama dipimpin oleh H. Damong pada tahun 1885-1915 Generasi kedua dipimpin oleh H. Bitong dan H. Abdulloh pada tahun
1915-1946 Generasi ketiga dipimpin oleh H. Sa’aba Amsir pada tahun 1946-1985
Generasi keempat dipimpin oleh H. Abd. Rahman bin H. Sa’aba pada tahun 1985- hingga saat ini dan beliau merupakan anak tertua dari Alm.
H. Sa’aba.
Rebana biang merupakan rebana Betawi yang sangat istimewa, antara lain adalah dalam hal keunikan alat musiknya yang besar, latar belakang sosial
budaya, wilayah penyebarannya, pengaruh kesenian dari daerah lain, cara membawakan maupun proses teaterisasinya.
6
Rebana ini juga merupakan satu- satunya jenis rebana Betawi yang mengiringi tari Blenggo atau teater Topeng
Blantek.
7
6
Mahmudah Nur, Jurnal PENAMAS volume 28 n0. 2, dengan judul Pertunjukan Seni Rebana biang di Jakarta sebagi seni Bernuasa keagamaan, Jakarta: Kemeterian Agama RI
Balai Penelitian dan Penegmbangan Agama Jakarta,2015, h. 302-303
7
Tari Belenggo merupakan sejenis tari yang hanya dilakukan oleh orang laki-laki. Pakainnya adalah seragam berwarna hitam dan rebana biang menjadi musik mengiring dalam tari
ini. Tarian ini dipertunjukan ketika lagu-lagu rebana biang bertempo perlahan. Tari Belenggo ini diwariskan secara turun temurun dan menjadi tontonan yang digemari masyarakat di wilayah
Ciganjur hingga saat ini. Hal ini terjadi karena di wilayah Ciganjurlah kesenian rebana biang ini tetap dipertahankan dan dijaga dengan baik agar menjadi warisan budaya leluhur dalam
masyarakat Betawi. Lihat dalam buku karangan Budiaman, Folkor Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan provinsi DKI Jakarta, 2000, hal.65-66
Dalam dunia yang serba modern ini seni rebana biang sangatlah kurang diminati oleh masyarakat. Pesan dan kesan dalam syair lagu berbahasa Arab yang
disampaikan oleh pemainnya kurang dimengerti oleh sebagian masyarakat.
C. Kondisi Perkembangan Seni Rebana Biang
Tidak dapat dipungkiri, masuk dan berkembangnya seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa secara tidak langsung bersamaan dengan
berkembangnya agama Islam di Indonesia. Seni rebana biang di DKI Jakarta saat ini yang masih eksis di tengah masyarakat Kecamatan Jagakarasa adalah Sanggar
Pusaka Rebana Biang di Ciganjur di bawah pimpinan H. Abd. Rahman. Keberadaan Sanggar Pusaka Rebana Biang telah diakui sebagai kelompok seni
Betawi hingga kini. Dewasa ini keberadaannya tidak terlepas dari keterlibatan sebuah yayasan di Solo yang berinisiatif mendaftarkan sanggar ini ke Taman
Ismail Marzuki di tahun 2002.
8
Ketua Sanggar Pusaka Rebana Biang, H. Abd Rahman, menuturkan, bahwa pada generasi pertama hingga ke generasi ketiga rebana biang hanya
memiliki satu set alat musik saja, bahkan itu pun pusaka yang diwariskan oleh orang tua. Para pemain dan penerusnya pun hanya dari kalangan keluarga saja.
9
Akan tetapi lain halnya dengan kondisi perkembangan rebana biang yang dipimpin oleh H. Abd. Rahman. Kondisi perkembangan rebana biang dari tahun
ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan.
8
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Betawi dalam Seni Sastra dan Seni Suara di DKI Jakarta, Jakarta h.112-113
9
Hasil wawancara dengan H. Abd. Raman ketua Sanggar Pustaka Rebana Biang Ciganjur, pada 2 Mei 2016.
Hal ini terlihat ketika di masa H. Abd Rahman, rebana biang tidak hanya memiliki satu set alat musik saja, akan tetapi bapak dari lima anak ini juga
menduplikatkan rebana biang turunan dari yang asli sebagai warisan dari orang tuanya. Hal ini dimaksudkan agar rebana biang yang dipusakakan oleh ayahnya,
Alm H. Sa’aba, tidak rusak dan tetap terjaga kelestariannya. Tidak hanya dari alatnya saja yang berkembang tetapi juga dapat
dilihat dari segi sarana fisik, jumlah pemain, serta kemampuan sumber daya manusianya, perkembangan rebana biang Ciganjur terlihat cukup signifikan. Hal
ini terlihat dari perkembangan sanggarnya yang semula tidak memiliki tempat khusus untuk berlatih kini memiliki sanggar. Bapak dari lima anak tersebut
menuturkan bahwa sanggar ini dibangun secara perlahan-lahan dengan uang hasil kerjanya serta didapatnya dari bantuan dana dari pihak Pemerintah Daerah.
Dari segi para pemainnya dapat dilihat perkembangan rebana biang mengalami kemajuan, terlihat dari jumlah pemain yang dimilikinya yang semula
hanya satu kelompok terdiri dari empat pemain yang para pemainnya berasal dari satu keluarga yakni H. Abd Rahman, kedua putranya dan satu orang adiknya yang
sebaya dengan H. Abd rahman kini telah membentuk kelompok rebana biang menjadi tiga kelompok. Kelompok ini sekurang-kurangnya terdiri dari empat
orang, belum termasuk para penarinya. Kemampuan para pemainnya terlihat kemajuan yang cukup signifikan,
yakni terutama H. Abd Rahman setelah beliau ikut terjun langsung sebagai pemimpin sanggar serta sekaligus pelaku seni dalam sanggar dan bahkan beliau
merangkap sebagai pelantun atau vokalis. Disamping itu, H. Abd. Rahman juga merangkap sebagai pekerja seni atau membuat rebana-rebana yang dari awal
sampai tahap akhir pembuatan rebana. Pesanannya pun beragam baik yang berasal dari berbagai pihak dalam maupun pihak luar. Bahkan beliau pernah menceritakan
bahwa pemesan pembuatan rebana biang bisa berasal dari luar Pulau Jawa seperti di Bali. Pengerjaan pembuatan rebana atau alat musik dilakukan beliau dengan
bantuan dari anak buahnya. Selain itu beliau juga menerima servis untuk rebana- rebana buatannya yang dibeli oleh pihak lain. Kemampuan untuk melakukan hal
tersebut beliau peroleh dari belajar secara otodidak, dengan cara belajar mempraktikkannya.
Sebagai sebuah organisasi kesenian, proses regenerasi adalah hal yang tidak dapat ditinggalkan atau terlupakan. Proses regenerasi bertujuan agar
kesenian tersebut dapat bertahan sampai kapan pun. Kata regenerasi merupakan gabungan dari dua kata, yakni “re” dan “generasi”. Kata “re” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KBBI dapat diartikan sekali lagi atau kembali. Sedangkan , untuk makna kata “generasi” yakni sekalian orang yang kira-kira sama waktu
hidupnya, angkatan, dan masa orang seangkatan hidup.
10
Oleh dari itu berdasarkan dua makna tersebut, maka makna regenerasi merupakan proses
mempertahankan sesuatu dengan cara mewariskannya kembali kepada generasi selanjutnya. Dengan kata lain regenerasi sama maknanya dengan proses
pewarisan suatu hal, termasuk juga di dalamnya seni dan budaya kepada generasi penerus agar kesenian tersebut dapat terus bertahan.
Hal tersebut pun terjadi dengan seni rebana biang Ciganjur. Melalui proses regenerasi ini, diharapkan agar seni musik Islam ini dapat terus bertahan
10
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka,2007, h. 368
keberadaannya. Meskipun pada awal kemunculannya seni rebana biang anggotanya hanya dari keturunan keluarga.
Perkembangan regenerasi pada masa kepempimpinan H. Abd. Rahman terlihat sangat jelas. Mengingat bahwa kesenian rebana biang tidak hanya dari
keluarga saja yang menjaga dan melestarikan tetapi juga harus berasal dari masyarakat sekitarnya. Pada masa kepemimpinan H. Abd. Rahman telah dibuat
pengembang rebana biang. Usulan untuk adanya pengembang rebana biang sudah diajukan oleh Iwan yang merupakan anak tertua dari H. Abd. Rahman. Untuk
melestarikan dan menjaga seni rebana biang yang menjadi warisan orang tuanya. Beliau mengusulkan idenya pada Lembaga Kebudayaan Betawi LKB dan juga
Pemda agar setiap tempat hiburan menampilkan kesenian Betawi. Tepatnya di tahun 2014 telah dibentuk rebana biang pengembang. Pengembang rebana biang
ini dipegang langsung oleh Iwan. Iwan menuturkan bahwa peran dari pengembang ini cukup berarti
karena memiliki progam-program khusus. Program ini dirancang untuk menjaga dan melestarikan rebana biang. Program tersebut terdiri dari pengenalan, penerus,
dan bahan hingga pembuatannya. Program pengembangan pengenalan ini merupakan dasar dari inisiatif dari Iwan agar setiap tempat hiburan menampilkan
atau mempertunjukan kesenian Betawi yang bertujuan agar kesenian Betawi dikenal oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar tidak hanya pada
masyarakat perkampungan saja.
11
Untuk program pengembangan penerus sanggar ini merekrut dari berbagai kalangan baik remaja maupun dewasa. Para muridnya pun beragam tidak
11
Hasil wawancara dengan Bapak. Iwan Ketua Pengembang Sanggar Pustaka Reabana Biang,pada 15 Mei 2016.