Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Agama merupakan salah satu pembangkit daya cipta yang luar biasa untuk mewujudkan sesuatu yang bernilai seni. 8 Secara umum seni Islam merupakan segala hasil usaha dan daya upaya, buah pikiran dari kaum muslim yang menciptakan sesuatu yang indah. 9 Sidi Gazalba dalam bukunya yang berjudul Islam dan Kesenian berpendapat, bahwa kesenian itu mengandung daya tarik yang berkesan untuk menarik sasarannya dan pemanfaatannya sendiri bertujuan untuk menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik keindahan, juga merupakan naluri atau fitrah manusia. 10 Seni yang membahas tentang keindahan atau estetik disebut dalam Islam adalah seni suara atau musik yang biasa disebut Handasah Al-Shaut. Agama Islam mengajarkan umat muslim agar semua tindakan yang dilakukan berdasarkan pada petunjuk Allah. Dewasa ini, perkembangan dunia musik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut terjadi karena masuknya unsur budaya luar dari berbagai belahan dunia. Sehingga banyak menimbulkan berbagai argumen berbeda-beda dalam pandangan Islam. Sebab pandangan terhadap seni musik dalam sejarah kebudayaan Islam sering diartikan sebagai seni yang negatif. Islam tidak melarang umatnya untuk mendengarkan seni musik. Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya yang berjudul Halal dan Haram berpendapat bahwa, nyanyian adalah salah satu bentuk hiburan yang dapat menghibur jiwa dan menyenangkan hati. Islam memperbolehkan nyanyian 8 C. Israr, Sejarah Kesenaian Islam II, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, h. 21 9 Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam: Pertumbuhan dan Perkembangannya, Bandung: PT Angkasa, 1993, h. 9 10 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998, cet ke-1, h.186 asalkan tidak ada unsur kotor, maksiat dan tidak mengandung penghinaan. 11 Pemanfaatan seni musik sebagai media dakwah sudah dilakukan sejak zaman dahulu, yaitu melalui musik nasyid, gambus, kasidah. Beberapa pandangan mengenai hukum musik, seperti Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa musik hukumnya mubah boleh, namun harus dibatasi dengan sikap yang tidak berlebihan. 12 Seni musik dan lagu sudah ada sejak zaman klasik hingga zaman modern. Bahkan mempunyai peran penting dalam menyampaikan dakwah dan pesan-pesan moral. Bahkan para sufi pun menempatkan seni musik yang mengandung nilai-nilai dakwah sebagai suatu yang sangat penting keberadaannya. Seni musik di dunia Islam dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang, yakni sebagai suatu warisan historis dari abad pertengahan dan zaman kuno, sebagai seni pertunjukan, sebagai cabang ilmu pengetahuan dan sebagai media ketaatan spiritual. Ketika Islam berkembang di Indonesia hal ini membawa pengaruh terhadap perkembangan seni musik, khususnya dalam seni musik Islam. Dalam peradaban Islam, musik telah berkembang ketika di masa pemerintahan Khalifah Usman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib yang ketika itu kota Madinah menjadi pusat utama kegiatan seni musik di Timur Tengah. 13 Musik bagi organisasi sosial keagamaan, seperti tarekat sufi memainkan peranan penting dalam mempertahankan dan mengembangkan tradisi musik Islam. Bahkan dari segi sejarah, ketika itu Nabi Muhammad dan para sahabat 11 Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram, Jakarta: Robbani Press, 2005, cet 5, h. 345- 346 12 Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, Solo: Era Intermedia, 2002, h. 54 13 Abdul hadi W.M, Islam Cakrawala estetika dan budaya, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000, h. 425 pernah berlagu dan berdendang ketika mendirikan masjid Nabawi di Madinah serta ketika menggali parit untuk perang Khandak. Dahulu juga orang-orang Arab biasa menyanyi dan menyenandungkan lagu sambil memukul alat musik rebana. Seni rebana merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Indonesia. Seni musik ini sangat melekat pada masyarakat muslim. Kata rebana berasal dari kata Arba ’a dalam bahasa Arab yang berarti empat. Makna bilangan empat ini mengandung arti prinsip-prinsip dasar agama Islam yaitu melakukan kewajiban terhadap Allah, masyarakat, kepada alam dan melakukan kewajiban pada diri sendiri 14 . Pertunjukan rebana biasanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu seperti memperingati Maulid Nabi SAW, perayaan hari besar Islam, khitanan, pernikahan dan lain sebagainya. Seni rebana tidak hanya terdapat di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Jenis kesenian ini memiliki nama berbeda-beda di setiap Negara masing- masing, misalnya untuk sebutan rebana di seluruh dunia di Arab disebut Tar, di Sinkiang Cilia disebut Daira, di Maroko rebana disebut Bendir. Dalam istilah bahasa Inggris lebih dikenal dengan Tambourine. Tambourine atau disebut Riq digunakan di berbagai negara Arab, termasuk Mesir, Irak, Suriah dan lainnya. Sedangkan di Rusia, Ukrania, Slovia, Polandia seni ini disebut dengan Buben, Lalu untuk negara-negara Asia Tengah disebut Dajre. 15 Sedangkan untuk Di Indonesia sendiri memiliki beranekaragan nama atau sebutan untuk rebana. 14 Nirwantoki. Shendrowinoto. dkk, Seni Budaya Betawi Mengiringi Zaman, Jakarta: Dinas Kebudayaan Betawi DKI Jakarta, 1998, h. 71-74 15 Jantara: Jurnal Sejarah dan Budaya, Musik dan Lagu, Yogjakarta : 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, h. 145-150 Seperti dalam istilah Jawa lebih akrab disebut Terbang, sedangkan untuk masyarakat Betawi seni ini lebih akrab di panggil rebana. Saat ini kesenian rebana sangat melekat pada musik tradisional Betawi yang dikenal dikalangan masyarakatnya. Dalam masyarakat Betawi seni rebana memiliki nama dan fungsi yang beranekaragam. Berdasarkan pada jenis alatnya yaitu rebana, sumber syair yang dibawakan, wilayah penyebarannya dan latar belakang sosial pendukungnya, jenis rebana dalam masyarakat Betawi terbagi menjadi rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana maulid, rebana hadroh, rebana dor, rebana kasidah, rebana maukhid, rebana burdah dan rebana biang. 16 Rebana biang merupakan salah satu kesenian musik tradisional yang terdapat di Betawi. Dahulu persebaran rebana biang terdapat di beberapa wilayah seperti Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Bogor. Seiring dengan perubahan zaman serta globalisasi yang semakin berkembang kesenian ini pun satu persatu terlah sirna keberadaannya. Menurut kesaksian bang Indra, rebana biang di Jakarta saat ini yang masih tetap dijaga kelestariannya hanya terdapat di Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan yang di bawah kepemimpinan H. Abd. Rahman. 17 Dalam penuturan H. Abd. Rahman asal muasal rebana biang di Ciganjur Kecamatan Jagakarsa bermula dari seorang tokoh yang bernama kumpi Zaenal atau biasa disebut bapak H. Kumis. Ketika itu beliau mengajarkan agama Islam di daerah tersebut lalu sebagai hiburan agar para muridnya tidak merasa 16 Rahmat Ruchiat, dkk., Ikhtisar Kesenian Betawi, Jakarta: Dinas kebudayaan DKI Jakarta, 2000, h. 45 17 Hasil wawancara dengan wakil ketua LKB bang Indra pada hari senin, tanggal 09 bulan Mei 2016 pukul 14.30WIB bertempat di rumah beliau. bosan beliau mempertunjukan rebana biang setelah pengajian. Kemudian seiring perkembangan dari generasi ke generasi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan dalam masyarakat Kecamatan Jagakarsa serta menjadi sebuah pertunjukkan kesenian tradisional dalam masyarakatnya. Kondisi perkembangan seni rebana biang pimpinan H. Abd. Rahman tidak semulus seni musik tradisional Betawi lainnya, seperti gambang kromong, atau tanjidor. Masih dalam penurutan H. Abd. Rahman, rebana biang sempat mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Akan tetapi dengan niat yang tulus serta ingin menjalankan amanat dari ayahnya beliau tetap berusaha untuk menjaga dan melestarikan seni rebana biang dalam masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Oleh karena itu, berdasarkan pada perolehan data serta sumber yang penulis dapatkan dari hasil observasi serta wawancara penulis bermaksud mengkaji persolan tersebut. Berdasarkan data Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2014 merupakan salah satu wilayah yang memiliki sanggar kesenian terbanyak yakni 41 group kesenian. 18 Kesenian musik memiliki jumlah terbesar di antara group kesenian yang lain. Hal ini menandakan masyarakat Kecamatan Jagakarsa lebih tertarik pada seni musik. Ketertarikan penulis dalam penelitian ini selain karena usaha dari pelaku seninya yang terus menjaga kesenian ini hal lain juga karena, 18 Sumber data dalam penelitian ini di antaranya wawancara dengan pihak SUDIN Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Selatan dan dokumen berupa naskah serta penulis juga melakukan pengamatan pribadi observasi. Pelaksanaan observasi hari selasa28 Maret 2016, pukul 13.00 WIB perkembangannya dari generasi ke generasi hingga menjadi salah satu seni rebana biang yang masih tetap bertahan di DKI Jakarta. Serta menjadi organisasi kesenian resmi yang terdaftar di Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan Lembaga Kebudayaan Betawi LKB. Maka dari itu, berdasarkan pada paparan diatas serta landasan itulah penulis melakukan penelitian ini dengan mengambil aspek perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa melalui sanggar pusaka rebana biang Ciganjur dibawah kepemimpinan H. Abd. Rahman.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini menguraikan beberapa permasalahan antara lain mengenai perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Penulis juga membatasi permasalahan penelitian ini di wilayah Jakarta Selatan, melalui sanggar pusaka rebana biang Ciganjur pimpinan H. Abd. Rahman. Berdasarkan uraian yang penulis paparkan dalam latar belakang, penulis bermaksud mengkaji tentang perkembangan seni rebana di DKI Jakarta khususnya dalam seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Dalam tulisan ini, permasalahan yang akan diangkat terbagi menjadi beberapa pertanyaan yaitu : 1. Bagaimanakah pengertian seni dalam Islam? 2. Bagaimanakah deskripsi potret wilayah pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan dari segi kondisi geografis, sosial-ekonomi serta sosial-budaya? 3. Bagaimana perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam proses penulisan, penulis akan membahas mengenai perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Adapun tujuan penulisan ini adalah: 1. Mengetahui mengenai pengertian seni dari sudut pandang Islam. 2. Menjelaskan mengenai potret wilayah dan kondisi sosial masyarakat Kecamatan Jagakarsa. 3. Mengetahui bagaimana perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan pada aspek kesenian yang bernuasa Islam. 2. Memberikan informasi tentang sejarah kesenian Islam khususnya seni rebana 3. Sebagai sumber informasi atau perbandingan terhadap perkembangan musik yang bernafaskan Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, penulis mencari beberapa referensi tentang seni rebana biang, baik tentang pengertian, asal usul hingga perkembangan rebana biang. Akan tetapi sejauh penulis dapatkan, belum menemukan pembahasan yang secara spesifik menjelaskan tentang kesenian ini. Adapun sumber referensi lain yang penulis gunakan sebagai bahan acuan yang tentunya masih berkaitan dengan seni rebana biang seperti: Buku karya yang ditulis oleh Atik Sopandi, dkk dengan judul Rebana Burdah dan Rebana Biang. Buku terbitan tahun 1992 yang diterbitkan oleh Dinas kebudayaan DKI Jakarta ini menjelaskan tentang proses penyampaian atau penyajian rebana biang pada masyarakat sekitarnya ketika masa itu dan menjadi buku acuan penulis dalam melakukan penelitian ini. Buku rujukan lain adalah terbitan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta seperti karya Nirwanto Ki S Hendrowinoto, dkk dengan judul Seni Budaya Betawi Mengiringi Zaman, karya Rachmat Ruchiat, dkk dengan judul Ikhtisar Kesenian Betawi, buku ini memang tidak menjelaskan secara spesifik tentang rebana biang, akan tetapi memberikan gambaran tentang kesenian Betawi secara umum dan mencakup tentang kesenian rebana biang. Buku-buku karya Yusuf Qardhawi dengan tema tentang seni Islam, berjudul Islam dan Seni, Islam Bicara Seni, Seni dan Hiburan Dalam Islam. Buku ini memberikan gambaran kepada penulis mengenai seni musik dari sudut pandang para Ulama, terlebih lagi memudahkan penulis untuk membuat penyusun penelitian ini. Tidak hanya sumber referensi yang berbentuk buku bacaan, penulis juga menggunakan referensi lain dalam bentuk jurnal atau penelitian dengan judul Pertunjukan Seni Rebana Biang Di Jakarta Sebagai Seni Bernuasa Keagamaan oleh Mahmudah Nur artikel. Buku ini menjelaskan tentang pertumbuhan pertunjukan seni rebana biang di tengah masyarakat hingga aspek pelestarian rebana biang di Jakarta. Bagi penulis, hal ini memberikan informasi mengenai gambaran perkembangan seni rebana biang di Jakarta. Bahan rujukan lain yang penulis pakai adalah hasil laporan akhir tahunan Kecamatan Jagakarsa. Laporan akhir ini dilakukan setiap tahunnya oleh kecamatan Jagakarsa sebagai pertanggung jawaban akhir pada Pemerintah Pusat. Laporan ini menjelaskan tentang wilayah kecamatan Jagakrasa dari aspek karekteristik wilayah, kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dan lain-lain sebagainya. Meskipun tidak menjelaskan tentang seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa akan tetapi, membantu penulis dalam menjelaskan keadaan masyarakat di kecamatan Jagakarsa. Maka itu sejauh referensi yang penulis temukan, penulis belum menemukan hasil penelitian yang menjelaskan tentang perkembangan seni rebana biang pada masyarakat Kecamata Jagakarsa. Oleh karena itu penulis mengembangkan karya penelitian ini agar kelak menjadi bahan referensi dalam mengembangkan seni rebana biang pada masyarakat Kecamatan Jagakarsa bagi peneliti lain.