Gambar 4.6 rebana biang sanggar pusaka rebana biang
Gambar 4.7 tamborin atau kecrekan.
Bila membahas tentang kelengkapan alat rebana biang akan terasa kurang tanpa membahas tentang bahan-bahan yang dibutuhkan membuat rebana
biang. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat rebana biang yakni: Pertama adalah gelung atau body rebana biang. Gelung ini terbuat dari
kayu mahoni untuk sekarang , sedangkan untuk rebana pusakanya terbuat dari kayu pohon nangka,
Kedua adalah kulit kambing yang di cukur atau dihabiskan bulunya, Ketiga adalah rotan dengan berdiameter 4-5 mili yang kemudian di
belah menjadi 4 bagian yang berfungsi sebagai tali utuk pengikat rebana. Keempat adalah kayu rotan dengan ukuran 1setengah cm untuk bagian
pemegangnya. Kelima adalah Pasak atau disebut kancing yang terbuat dari kayu
bangunan atau balok yang kuat. Keenam adalah stema yang terbuat dari kayu rotan berdiameter 5 mili
yang diletakan di dalam rebana biang yang berfungsi sebagai penguatnya.
Berikut adalah foto bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat rebana biang.
16
Gambar 4.8 Gelung atau body rebana biang dilihat dari depan
16
Foto hasil dokumentasi penulis, di sanggar Pusaka Rebana Biang Ciganjur Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, 12 Oktober 2016
Gambar 4.9 Gelung atau body rebana biang dilihat belakang
Gambar 4.10 kulit kambing yang belum dicukur habis bulunya.
Gambar 4.11 kulit kambing yang sudah dicukur habis bulunya atau dihaluskan
Gambar 4.12 Kayu rotan berdiameter 4-5 mili yang kemudian di belah menjadi 4 bagian
Gambar 4.13 Kayu rotan ukuran 1 setengah cm
Gambar 4.14 Pasak atau kancing untuk rebana biang.
Gambar 4. 15 Stema dalam rebana biang yang terbuat dari kayu rotan
Dalam pertunjukan rebana biang selain permainan instrument, para pemainnya juga menyertai dengan lagu-lagu. Adapun lagu-lagu yang digunakan
seperti berupa salawat atau pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Lagu rebana biang ada dua macam. Pertama yang berirama cepat disebut dengan lagu Arab.
Kedua dengan berirama lambat antara lain, lagu rebana atau lagu Melayu. Lagu-lagu yang dimiliki Sanggar Pusaka Rebana Biang juga pernah
mengalami penggubahan lagu, bahkan nada, pernah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sesuai dengan konteksnya, seperti dalam acara hajatan
pernikahan
4. Tempat Pementasan
Pada awalnya pementasan rebana biang hanya dilaksanakan setelah selesai pengajian untuk hiburan para muridnya yang dilakukan oleh tokoh yang
mengajarkan rebana biang di Ciganjur. Namun, ternyata seiring dengan perkembangan zaman serta permintaan masyarakat akan hiburan seni, rebana
biang berkembang menjadi sebuah pertunjukan untuk masyarakat sekitarnya. Pementasan rebana biang bisa dilakukan dimana saja seperti, dilakukan pada
halaman-halaman terbuka di perkampungan-perkampungan Betawi, khususnya ketika seseorang mengadakan perayaan pernikahan, khitanan dan lain-lain.
Tempat pementasan rebana biang dapat dilakukan di berbagai tempat, sesuai dengan acara dan permintaan yang bersangkutan. Apabila rebana biang
dipertunjukkan dalam suatu acara resmi seperti undangan peresmian dari pemerintah maka mereka akan tampil di atas panggung yang sudah disediakan
panitianya, yakni di dalam gedung, sedangkan bila pementasan rebana biang pada acara non resmi seperti perayaan pernikahan, khitanan dan acara-acara festival,
lebaran Betawi dan lain-lain dilakukan pada ruang terbuka yang memiliki penonton yang banyak.
Dalam Sanggar Pusaka Rebana Biang untuk setiap pementasan bukan berapa banyak lagu yang mesti dimainkan tetapi berapa lama waktu yang
diberikan dalam kelompoknya. Sebelum pementasan biasanya para pemain mengawalinya dengan membaca bismillah dan Al-Fatihah.
Dalam waktu pementasan rebana biang tidak memiliki batasan waktu. Para pemain dapat mempertunjukannya kapan aja, baik itu pagi, siang, sore
ataupun malam sesuai dengan acara yang bersangkutan. Asalkan jadwalnya disesuaikan dengan waktu para pemain. Berikut foto panggung pementasan.
17
17
Foto dokumentasi penulis, panggung pementasan rebana biang di Setu Babakan biasanya para pemain Sanggar Pusaka Rebana Biang mempertunjukkan permainannya di
panggung tersebut.
Gambar 4.16 Panggung pementasan rebana biang di perkampungan Betawi Setu Babakan
Gambar 4.17 Tempat pementasan pada ruang terbuka yang memilki banyak penonton bertempat di Perkampungan Setu Betawi Babakan
E. Usaha dan Upaya dalam Mengembangkan Seni Rebana Biang
Suatu kesenian tidak dapat bertahan keberadaanya bila hanya di dukung oleh pelaku seni saja tanpa adanya dukungan pemerintah maupun masyarakatnya.
Seni merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat sebab suatu konsep seni tidak lepas dari kehidupan masyarakatnya.
Dewasa ini arus perkembangan seni musik tradisional semakin tertinggal, maka diperlukan suatu usaha dan upaya dalam melestarikan dan
mengembangkan kesenian tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan dukungan yang baik antara seniman, pemerintah, dan masyarakatnya.
1. Upaya Pemerintah DKI Jakarta
Suatu kesenian tidak akan maju jika hanya mendapat dukungan dari masyarakat sekitarnya saja. Peran pemerintah juga dapat menjadi salah satu cara
agar seni rebana biang tetap eksis di tengah modernisasi. Menurut hasil wawancara, peran Pemerintah turut andil dalam melesetarikan seni rebana biang.
Dalam hal ini Pemerintah Kota Jakarta Selatan, berperan menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan melestarikan seni rebana biang.
Pemerintah juga kerap melakukan pembinaan, pengembangan, dan promosi-promosi ke masyarakat luar. Upaya yang dilakukan antara lain dengan
cara menampilkan seni rebana biang pada masyarakat, mengikut sertakan rebana biang pada acara-acara resmi, festival atau pertemuan antara kesenian Betawi
yang diselenggarakan pemerintah. Kelompok rebana biang ini pun pernah mengikuti acara-acara kesenian tradisional dari tingkat nasional hingga
internasional.