Latar Belakang Excellent Commodity Based Development of Capture Fishery in North Halmahera

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas wilayahnya mencapai 7,7 juta km 2 UU Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Di dalamnya terdapat lebih dari 13.000 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km. Sekitar 70 wilayah Indonesia adalah laut memiliki potensi sumberdaya hayati yang cukup besar baik jumlah maupun keragamannya. Murdyanto 2003, menyatakan bahwa dalam upaya pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan memprioritaskan 4 empat program kerja yaitu 1 peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan kemampuan dan potensi lestari sumberdaya ikan dan daya dukung lingkungan; 2 peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, kelautan dan perikanan, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan kecil; 3 pengelolaan lingkungan ikan air tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan; 4 peningkatan peran sebagai pemersatu bangsa perekat antar nusa dan budaya bahari. Salah satu upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan adalah meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumberdaya dengan memproduksi komoditas ikan laut melalui kegiatan penangkapan ikan. Peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kebijakan khusus pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah pembangunan yang jelas Gunawan 2007 dalam R.Luki Karunia et all, 2008. Kabupaten Hamahera Utara dengan luas wilayah 24.983,32 km 2 yang terdiri dari 19.536,02 km 2 wilayah laut 78 dan 5.447,30 km 2 wilayah daratan 22 dan terdiri dari 115 pulau kecil dan besar baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Kabupaten Halmahera Utara mempunyai potensi sumberdaya ikan standing stock yang mencapai 664.382,48 ton dengan jumlah potensi lestari yang dapat dimanfaatkan Maximum Sustainable Yield MSY sebesar 347.191 ton per tahun. Ikan pelagis sebesar 211.590 ton per tahun dan ikan demersal sebesar 135.005 ton per tahun. Data total produksi Kabupaten Halmahera Utara tahun 2004 18.119,540 ton, tahun 2005 44.857,458 ton, tahun 2006 23.582,725 ton, tahun 2007 25.124,770 ton, dan tahun 2008 28.632,371 ton. Berdasarkan data produksi tersebut diatas misalnya tahun 2008 28.632.371 ton hanya 7,92 dari potensi lestari. Hal ini tentu saja menjadi petunjuk bahwa sektor perikanan dan kelautan masih merupakan sektor yang memiliki keunggulan ke depan bila dapat dikelola secara optimal. Pengelolaan dan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan terutama ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Untuk itu pengembangan agribisnis perikanan merupakan salah satu alternatif yang perlu diperhatikan. Dalam pengembangan agribisnis perikanan perlu adanya pemilihan produk perikanan yang menjadi komoditas unggulan atau komoditas strategis dari sekian banyak jenis ikan nilai ekonomis penting. Komoditas perikanan yang tergolong unggul adalah jika produk yang dihasilkan tersebut memenuhi beberapa kriteria penting yaitu: banyak diminati konsumen, rata-rata harga, rata-rata produksi tiap tahunnya, kekontinyuan produksinya dan nilai produksi dari komoditas tersebut lebih tinggi dari keseluruhan komoditas perikanan ikan ekonomis penting yang didaratkan di suatu wilayah pelabuhan perikanan. Komoditas unggulan adalah produk perikanan baik dalam keadaan segar maupun hasil olahan yang paling diminati dan memiliki nilai jual yang tinggi. Dari produk unggulan diharapkan dapat memberikan penghasilan atau pemasukan yang besar bagi kesejahteraan nelayan serta peningkatan pendapatan negara. Dilihat dari segi pemasarannya, komoditas unggulan dapat dibagi menjadi komoditas unggulan lokal dan ekspor. Adanya komoditas unggulan sangat tergantung dari unit penangkapan ikan yang digunakan Raharjo et al, diacu dalam Roslianti, 2003. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1979, ikan ekonomis penting adalah jenis-jenis ikan yang digolongkan antara lain mempunyai nilai ekonomis tinggi, volume produksi makro tinggi dan mempunyai daya produksi tinggi. Ikan- ikan tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk ikan-ikan yang mempunyai kualitas baik dengan nilai harga yang baik pula, namun juga jenis-jenis ikan kualitas rendah dengan harga yang murah namun secara makro daya produksinya tinggi. Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan dan kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan, dan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar, baik pasar domestik maupun pasar internasional. Perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara belum menetapkan komoditas unggulan dan kebijakan pembangunan perikanan tangkap berdasarkan pengkajian secara komprehensip dalam rangka investasi perikanan tangkap, pengolahan ikan, dan kebijakan pengembangannya. Pengembangan perikanan tangkap Kabupaten Halmahera Utara diperhadapkan dengan belum diketahuinya komoditas unggulan, kurangnya kebijakan pemerintah daerah dan pusat dalam pengembangan perikanan tangkap yang berbasis komoditas unggulan. Untuk menjawab permasalahan perikanan yang dihadapi di Kabupaten Halmahera Utara, terutama untuk mengetahui jenis ikan unggulan, maka diperlukan penelitian.

1.2 Perumusan Masalah