keunggulan kompetitif Indonesia, yang dapat mengantar menjadi bangsa yang maju, makmur, dan mandiri Mulyadi, 2007.
Kategori komoditas unggulan ekspor diberikan terhadap komoditas unggulan perikanan yang dapat dipasarkan ke luar negeri ekspor sehingga dapat
memberikan perolehan devisa bagi negara dalam bentuk segar atau produk olahan. Produk perikanan pada saat ini semakin banyak diminati, sehingga usaha
perikanan berjuang untuk melakukan berbagai usaha untuk menentukan kualitas yang baik dari produk yang dihasilkan sehingga dapat dipasarkan secara ekspor.
Mutu merupakan masalah yang sangat penting pada komoditas ekspor. Kita memproduksi jenis barang yang diperlukan oleh negara-negara lain yang kurang
atu tidak memproduksinya. Pada umumnya negara pengimpor hanya menerima produk bermutu tinggi. Ini berarti negara pengekspor dituntut menghasilkan
produk dengan mutu tinggi dalam jumlah yang cukup. Dalam hubungan ini dikenal sistem Quota yaitu jumlah komoditas yang disepakati untuk dapat
ditransaksikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam masalah perdagangan luar negeri kadang-kadang terjadi barang bermutu tinggi tidak dapat diekspor karena
berbagai masalah, di antaranya yang berkaitan dengan volume produksi atau kesinambungan penyediaan. Jika tidak bisa mendapatkan kepercayaan mutu dan
jumlah yag diinginkan negara pengimpor maka perolehan devisa tidak dapat dilakukan Departemen Pertanian, 1999.
2.4 Sumberdaya Ikan Pelagis
Sumberdaya ikan pelagis merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang potensial karena jumlahnya yang cukup berlimpah dan mempunyai nilai ekonomis
penting, oleh karena paling banyak ditangkap baik untuk konsumsi masyarakat, kebutuhan pasar regional bahkan ekspor.
2.4.1 Ikan Cakalang
Katsuwonus pelamis
Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang tersebar di seluruh
dunia, yaitu Katsuwonus pelamis Waldron King, 1963 diacu dalam Simbolon, 2003.
Klasifikasi cakalang menurut FAO 1991 adalah sebagai berikut : Filum : Cordata
Kelas : Pisces Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidei Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus Spesies : Katsuwonus pelamis
Badan memanjang, gelendong dengan penampang melintang bundar. Kepala bagian atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada
pendek, badan kurang bersisik. Pangkal ekor ramping dengan pelat tulang yang kuat. Kepala dan badan bagian atas biru kehitaman, bagian bawah abu-abu
keperakan dan siri-sirip kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, ukurannya dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di perairan tropis dan subtropis
Peristiwady, 2006. Khusunya di Kawasan Timur Indonesia ikan cakalang tersebar di wilayah
perairan terutama Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi. Perairan tersebut termasuk daerah migrasi kelompok ikan di Samudera Pasifik
bagian Selatan, khususnya jenis ikan cakalang. Populasi cakalang yang dijumpai memasuki perairan timur Indonesia
terutama mengikuti arus. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap periode migrasi musiman serta terdapatnya ikan di suatu
perairan Uktolseija et al, 1991. Selanjutnya Nontji 2002, menyatakan bahwa faktor pembatas yang penting bagi keberadaan ikan cakalang di suatu perairan
adalah suhu dan salinitas. Telah diketahui bahwa cakalang hidup di perairan lapisan permukaan dengan suhu 16-32
C dan salinitas 32-36 ‰. Penentuan lokasi penangkapan ikan cakalang ditentukan oleh musim yang
berbeda untuk setiap perairan. Penangkapan ikan cakalang secara umum dapat dilakukan sepanjang tahun. Hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim
bervariasi pula menurut lokasi penangkapan. Saat dengan hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan bila hasil penangkapan lebih sedikit dari
biasanya disebut musim paceklik Nikijuluw, 1986. Menurut Rahmat Enjah
dalam Gafa, B W.Subani,1993 daerah penangkapan untuk usaha penangkapan huhate lebih efektif dilakukan disekitar rumpon, yang berfungsi sebagai
penghambat mikrasi ikan-ikan tuna dan cakalang sehingga dapat menaikkan jumlah hasil tangkapan, jumlah operasi dan biaya operasi menjadi berimbang.
Usaha penangkapan tuna dan cakalang dilakukan dengan alat tangkap huhate pole and line dan pukat cincin purse seine yang dikelola oleh
perusahaan swasta, sedangkan perikanan rakyat menggunakan alat tangkap funae, tonda, pajeko, dan pancing lainnya Enjah Rahmat, 2006.
Menangkap ikan cakalang dan tuna dengan huhate sangat tergantung pada suplay ikan umpan ikan hidup. Umpan harus tetap hidup dan tahan sampai
diperlukan pada waktu operasi penangkapan. Pengoperasian huhate pada prinsipnya adalah mengumpulkan ikan, yang kemudian dirangsang dengan
lemparan umpan dan disemprotkan air hingga akhirnya menangkap ikan-ikan dengan menggunakan joran, tali pancing, dan mata pancing.
Dalam rangka meningkatkan produksi cakalang dan tun, para nelayan menggunaakan rumpon laut dalam sebagai alat bantu penangkapan Diniah et all,
2006.
2.4.2 Ikan Tuna