Perkembangan Pemasaran Perkembangan Perikanan

Tabel 13 Produksi ikan total menurut jenis alat. No Jumlah produksi ton Jumlah produksi ton menurut tahun 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pukat pantai 417,688 634,82 501,407 444,297 615,194 2 Pukat cincin 4.858,05 5.690,42 5.847,04 6.319,49 8.625,46 3 Jaring lingkar 354,883 371,496 376,284 386,195 439,9 4 Jaring insang hanyut 224,924 226,026 272,039 226,147 181,431 5 Jaring insang tetap 231,884 264,67 285,237 267,427 245,757 6 Jaring klitik 4,257 2,998 4,066 4,032 3,188 7 Trammel net 96,61 45,938 89,968 91,753 166,886 8 Bagan perahu 2.962,76 6.283,03 2.853,66 2.705,99 3.146,17 9 Bagan tancap 257,643 359,292 231,719 205,375 122,681 10 Rawai tetap 287,416 207,588 477,624 484,474 535,3 11 Rawai tuna 877,615 2.700,13 1.232,78 1.522,95 2.148,58 12 Rawai hanyut 117,922 99,063 142,215 160,423 235,03 13 Huhate 4.683,22 8.272,82 7.860,60 8.471,56 7.773,09 14 Pancing tonda 742,804 1.904,72 1.337,26 1.240,11 1.506,32 15 Pancing ulur 620,401 579,4 569,838 895,291 1.213,72 16 Sero 9,758 21,627 8,264 4,892 3294 17 Bubu 52,006 54,373 55,34 49,702 50,648 Sumber : DKP Kabupaten Halmahera Utara, 2009 Tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa sumbangan hasil tangkapan terbesar diperoleh dari perikanan pukat cincin dan huhate, dilihat dari rata-rata hasil tangkapan per tahun, maka alat tangkap huhate memberikan sumbangan terbesar, berikut alat tangkap pukat cincin. Pada tahun 2008, pukat cincin merupakan penyumbang produksi terbesar berikutnya huhate. Alat tangkap yang memberikan sumbangan hasil tangkapan paling rendah yaitu jaring klitik. Jenis ikan yang disajikan adalah jenis ikan yang secara relatif tertangkap dalam jumlah yang cukup banyak dengan frekuensi tertangkap juga cukup tinggi, sedangkan jenis ikan yang tertangkap dalam jumlah yang sangat kecil atau sangat jarang ditemukan diabaikan dalam penelitian ini.

4.4.5 Perkembangan Pemasaran

Komoditas perikanan yang dijual di pasar lokal di Kabupaten Halmahera Utara hampir seluruhnya berasal dari produksi perikanan tangkap dan dalam keadaan segar. Untuk ikan segar yang berukuran besar, biasanya sebelum dijual dipotong-potong terlebih dahulu menjadi beberapa potong. Ikan hasil tangkapan sebagian besar tanpa pengawet es. Ikan didaratkan dan diletakkan begitu saja di dalam keranjang plastik tanpa adanya upaya penanganan,lalu ikan diangkut atau menunggu untuk diangkut ke pasar tanpa adanya pemberian es untuk mencegah proses kemunduran mutu. Pemberian es baru dilakukan setelah ikan tiba di pasar dan akan disimpan dalam kotak pendingin untuk dijual pada hari berikutnya. Salah satu kendala tidak diterapkannya rantai dingin tersebut adalah karena harga es balok untuk penanganan ikan masih cukup mahal dan terbatas jumlahnya, sementara permintaan untuk kepentingan lain juga cukup besar. Akibat penanganan yang kurang baik ini, maka mutu ikan segar cepat menurun, sehingga nelayan dan pedagang menerima harga yang rerlatif rendah, sementara konsumen juga memakan ikan yang rendah kualitasnya. Sekalipun demikian, mutu ikan yang rendah ini hanya diperoleh pada daerah-daerah yang jauh dari lokasi pasar. Secara umum daerah penangkapan terletak tidak terlalu jauh dari lokasi pasar sehingga dugaan turunnya mutu ikan tangkapan masih terlalu jauh. Sebagian besar ikan dikonsumsi dalam keadaan segar, bahkan ikan yang belum kena bahan pengawet es. Kegiatan pemasaran terutama diperankan oleh pedagang borongan penyalur yang kemudian disalurkan ke pedagang eceran. Rata-rata setiap unit penangkapan telah memiliki pedagang penyalur yang disebutkan sebagai pengurus istilah daerah setempat. Pengurus memegang peranan penting dalam menyalurkan hasil tangkapan untuk sampai di tangan konsumen. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

5.1.1 Penetapan komoditas unggulan 1 Kontinuitas Produksi