Analisis Location Quotient Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap

Hasil skoring penentuan komoditas unggulan tersebut menunjukkan bahwa dari 38 jenis ikan, 31 jenis ikan tertangkap kontinyu dengan skoring nilai 3 dan 7 jenis ikan tidak kontinyu dengan nilai skoring 2. Produksi rata-rata setiap jenis ikan 3.691 tontahun, sehingga 37 jenis ikan produksi rata-ratanya dibawah nilai rata-rata kecuali ikan cakalang 11.131,472 ton dan ikan layang 4.405,296 ton per tahun. Data produksi kriteria penilaian lihat Lampiran 1. Harga tiap jenis ikan di Kabupaten Halmahera Utara berada di bawah harga rata-rata semua jenis sebesar Rp 5.551 per kg, kecuali jenis ikan kakap, lencam, kurisi, kerapu dan beronang, yang harganya lebih tinggi dibanding dengan harga rata-rata semua jenis ikan lihat Lampiran 2. Produksi ikan yang dihasilkan selalu dipasarkan dalam bentuk segar kecuali ikan julung-julung yang dipasarkan setelah diolah dengan cara pengasapan. Jenis ikan yang diekspor yaitu kerapu, cakalang dan tuna. Data harga, pengolahan produksi dan pemasaran yang digunakan untuk kriteria penilaian ini dikemukakan pada Lampiran 3 dan 4. Total nilai skoring menunjukkan bahwa jenis ikan cakalang, memiliki scoring paling tinggi yaitu 11, ikan beronang 9, ikan kerapu 8 ikan kakap, lencam, layang, dan tuna memiliki 7 ikan kurisi, teri, julung-julung dan tongkol 6, ikan manyung, ekor kuning, gerot-gerot, kuwe, beloso, peperek, bambangan, biji nangka,swanggi, sunglir, bawal putih, japuh, tembang, terubuk, terbang, selar, kembung, tigawaja, tenggiri, cucut dan pari 5 ikan sebelah, kerong-kerong, tetengkek, bentong, lemadang, dan layaran 4.

5.1.2. Analisis Location Quotient

Menghitung nilai location quotient LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa ikan di Kabupaten Halmahera Utara dalam aktivitas perikanan tangkap dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas Maluku Utara. Untuk mengetahui nilai LQ dari setiap jenis ikan lihat gambar 4. Gambar 4. Nilai LQ per jenis ikan. Hasil perhitungan LQ pada gambar 4 dan Lampiran 5, di mana jenis-jenis ikan dengan nilai LQ 1 sebanyak 12 jenis ikan, dan LQ 1 sebanyak 26 jenis ikan dan tidak ada jenis ikan LQ = 1. Berdasarkan perhitungan LQ jenis ikan yang LQ˃1 mempunyai potensi untuk ditingkatkan produksi dan pengembangannya, lihat Gambar 5. Gambar 5. Jenis ikan Nilai LQ 1 Pada gambar 5 tersebut, 12 jenis ikan yang memiliki nilai LQ1, yaitu kuweh LQ=1,62 kerapu LQ=1,01 kerong-kerong LQ=1,07 teri LQ=1.03, terbang LQ=1,98 julung-julung LQ= 1,25 tongkol LQ=1.22 lemadang LQ = 1,12 cakalang =1,10 tenggiri LQ = 1,07 tuna LQ = 1.41 dan cucut LQ = 1,11. Berdasarkan analisa LQ maka ke 12 jenis ikan tersebut merupakan jenis yang surplus produksi atau menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Utara secara relatif dibandingkan dengan dengan total produksi Provinsi Maluku Utara. Jenis ikan yang nilai LQ 1 adalah sebanyak 26 jenis ikan lihat Gambar 7. Gambar 7. Jenis Ikan Nilai LQ 1 Dari Tabel 7 tersebut terlihat jelas jenis ikan yang memiliki nilai LQ 1 sebanyak 26 jenis ikan, yang berarti mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan tangkap di Maluku Utara atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Halmahera Utara.

5.1.3. Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap

Dalam menganalisis strategi pengembangan perikanan tangkap, dilakukan analisis SWOT, yaitu menyangkut analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strength, weakness, opportunities and threatsSWOT adalah perangkat analisis yang paling populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi. Asumsi dasar yang melandasi adalah organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realitas eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Peluang tidak akan berarti manakala organisasi tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluang tersebut. Analisis SWOT adalah sebuah pendekatan konseptual yang luas, yang menjadikannya rentan terhadap beberapa keterbatasan. Pearce dan Robinson seperti diacu oleh Hiariey 2009 mengungkapkan beberapa keterbatasan analisis SWOT ini. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian pada ancaman eksternal. alam hal ini, perencana strategi di perusahaan di samping harus menyadari kekuatan yang dimiliki pada saat ini, juga harus menyadari pengaruh lingkungan eksternal terhadap kekuatan yang sekarang dimiliki tersebut. Perubahan lingkungan yang sangat cepat dapat menjadikan kekuatan yang sekarang dimiliki menjadi tidak bermakna, bahkan bisa berubah menjadi kelemahan yang menghambat kemajuan perusahaan. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang dinamis. Hal ini sama dengan apa yang terjadi pada proses perencanaan. Kritik yang sering muncul terhadap suatu perencanaan adalah bahwa perencanaan ini hanya berhenti di atas kertas, namun miskin implementasi. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang berubah sangat cepat, sehingga asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam proses perencanaan menjadi tidak valid. Analisis SWOT sering digunakan dalam proses perencanaan, tidaklah mengherankan bila analisis ini mendapat kritik dalam hal ketidak mampuannya memberikan respons yang cepat terhadap perubahan yang terjadi, oleh karena itu, analisis SWOT tidak boleh bersifat statis dan mengabaikan kemungkinan terjadinya perubahan, yang pasti terjadi. Perlu diingat bahwa analisis SWOT merepresentasikan sebuah pandangan yang khusus hanya pada satu titik waktu tertentu. Oleh karenanya elemen yang ada dalam analisis SWOT harus dikaji dan dievaluasi secara berkala. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya pada satu kekuatan atau elemen dari strategi, padahal, kekuatan yang ditekankan tersebut belum tentu mampu menutupi kelemahan yang dimiliki, serta belum tentu mampu menghadapi berbagai ancaman yang muncul. Sebuah organisasi harus senantiasa menggali berbagai macam sumber daya yang mungkin memiliki potensi menjadi sumber kekuatan organisasi. Keterbatasan lain dari analisis SWOT ini adalah kecenderungannya untuk terlalu menyederhanakan situasi dengan mengklasifikasikan faktor lingkungan perusahaan ke dalam kategori yang tidak selalu tepat. Klasifikasi sebuah faktor sebagai kekuatan atau kelemahan, atau sebagai kekuatan atau ancaman, sering ditentukan berdasarkan penilaian yang kurang tepat. Sebagai contoh, budaya tertentu dari sebuah perusahaan dapat merupakan kekuatan atau kelemahan, demikian pula perubahan teknologi, dapat merupakan ancaman, namun dapat pula dianggap sebagai peluang. Mungkin yang lebih penting adalah munculnya kesadaran perusahaan terhadap faktor lingkungan ini serta memanfaatkannya sehingga perusahaan dapat mengambil keuntungan semaksimal mungkin. Keterbatasan lainnya berkaitan dengan subjektivitas. Mintzbergth mengatakan bahwa boleh jadi penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi tidak dapat diandalkan unreliable dan bias. Dalam beberapa kasus, faktor yang menentukan kekuatan dan kelemahan, peluang maupun ancaman yang dimiliki sebuah organisasi ditentukan oleh orang-orang yang terlalu dekat atau terlalu jauh dengan aktivitas aktual perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan strategi yang merugikan perusahaan. Berbagai keterbatasan analisis SWOT seperti yang telah diuraikan di atas bukan berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi panduan dan pelajaran bagi perusahaan agar dapat memanfaatkan analisis SWOT dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Seperti halnya alat analisis yang lain, kegunaan analisis SWOT ini secara langsung berhubungan dengan kesesuaian appropriateness aplikasi, serta keterampilan mereka yang menggunakannya. Analisis SWOT untuk penetapan strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara dapat dikemukakan sebagai berikut: 1 Faktor Internal 1 Kekuatan : - Potensi sumberdaya ikan sangat tinggi. - Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan. - Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia. - Tersedianya pasar lokal yakni perusahaan-perusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak. 2 Kelemahan : - Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap - Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan Keterampilan. - Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional - Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan. 2 Faktor Eksternal 1 Peluang : - Meningkatnya permintaan ikan. - Peningkatan dan penambahan armada tangkap. - Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan. - Adanya investasi di sektor perikanan. 2 Ancaman : - Illegal fishing oleh armada kapal asing. - Adanya kegiatan destruktif fishing. Tabel 24. Matriks faktor internal strategi pengembangan perikanan tangkap. Kode Unsur SWOT Bobot Rating Skor Internal Kekuatan K1 Potensi sumberdaya ikan Kabupaten Halmahera Utara sangat tinggi 0,20 4 0,80 K2 Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan 0,15 4 0,60 K3 Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia 0,15 3 0,45 K4 Tersedianya pasar lokal yakni perusahaan- perusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak; 0,10 3 0,30 Kelemahan L1 Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap 0,15 2 0,30 L2 Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan 0,10 1 0,10 L3 Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional 0,05 2 0,10 L4 Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan 0,10 2 0.20 Total 1,00 2,85 Tabel 25. Matriks faktor eksternal strategi pengembangan perikanan tangkap. Kode Unsur SWOT Bobot Rating Skor Eksternal Peluang P1 Meningkatnya permintaan ikan 0,20 4 0,80 P2 Peningkatan dan penambahan armada tangkap 0,10 3 0,30 P3 Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan 0,15 3 0,45 P4 Adanya dukungan Pemda untuk pengembangan usaha perikanan 0,15 4 0,60 Ancaman A1 Illegal fishing oleh armada kapal asing 0,20 2 0,40 A2 Adanya kegiatan destruktif fishing 0,20 1 0,20 Total 1,00 2,75 Untuk menentukan strategi pemgembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara, maka teknik yang digunakan adalah mencari strategi silang dari ke empat faktor tersebut, yaitu : 1. Strategi KP, Strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi KA, strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi LP, strategi yang dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi LA, strategi yang dibuat didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dengan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 26. Model Matriks Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Potensi sumberdaya ikan sangat tinggi; Tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan; Sumberdaya manusia sebagai nelayan banyak tersedia; Tersedianya pasar lokal yakni perusahaan- perusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak; Kelemahan Minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap; Rendahnya pendapatan nelayan, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan; Bentuk pengelolaan usaha masih tradisional; Kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan Peluang Meningkatnya permintaan ikan. Peningkatan dan penambahan armada tangkap. Terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan. Adanya investasi disektor perikanan tangkap. Strategi KP Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada Pengembangan pengolahan hasil tangkapan. Strategi LP Peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil Menyediakan cold storage , pabrik es dan penggandaan teknologi tepat guna untuk menjaga mutu ikan Ancaman Illegal fishing oleh armada kapal asing. Adanya kegiatan destruktif fishing. Strategi KA Memaksimalkan peman- faatan potensi perikanan yang ada. Memperkuat armada lokal Sosialisasi perikanan ramah lingkungan. Strategi LA P engembangan teknologi penangkapan ikan. D iklat pengelolaan usaha perikanan berkelanjutan Tabel 27. Penentuan prioritas strategi pengembangan perikanan tangkap yang bertanggung jawab Unsur SWOT Keterkaitan Skor Rangking Pengembangan usaha perikanan tangkap dengan penambahan armada tangkap K1,K2,K3,P1,P2 2,95 1 Pengembangan pengolahan hasil tangkapan K3,K4,P2,P3 1,50 5 Peningkatan investasi dari luar untuk peningkatan usaha perikanan skala kecil L1,L3, L4,P1,P2 1,70 2 Menyediakan cold storage, pabrik es dan penggandaan teknologi tepat guna untuk menjaga mutu ikan L3,L4,P3,P4 1,35 7 Memperkuat armada lokal K2,K3,A1,A2 1,65 3 Sosialisasi perikanan ramah lingkungan. K1,K3,A2 1,45 6 Memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang ada K1,K3,A1 1,65 4 Pengembangan teknologi penangkapan ikan L1,L4,A2 0,70 8 Diklat pengelolaan usaha perikanan berkelanjutan L2,L3.A2 0,40 9 Dengan demikian maka sembilan arah strategi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara telah dapat dilaksanakan berdasarkan skala prioritas yang telah dijabarkan sesuai analisis. 5.2. Pembahasan

5.2.1. Penetapan komoditas unggulan