menambahkan data demografi yang berisi tentang inisial responden, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, alamat, penyakit yang diderita, dan
lama penyakit. Sedangkan SRQ-20 adalah kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk skrining gangguan psikiatri dan keperluan penelitian
yang telah dilakukan di berbagai Negara. SRQ-20 memiliki jawaban “ya”
atau “tidak” dengan maksud mempermudah responden untuk menjawabnya. Pengukuran Gangguan Mental Emosional sendiri
menggunakan SRQ-20 terdiri dari pertanyaan – pertanyaan mengenai
gejala yang lebih mengarah kepada gangguan neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17; gejala cemas pada butir
nomor 3, 4, 5; gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19; gajala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13; gejala penurunan energy pada butir 8, 11, 12,
13, 18, 20. Ke 20 pertanyaan terseb ut mempunyai jawaban “ya” atau
“tidak” dengan menggunakan sistem cut off point nilai batas pisah 6 yang kemudian digunakan pada Riskesdas 2007. Cut off point tersebut diartikan
jika responden menjawab 6 jawaban “ya” dari pertanyaan yang diajukan maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental
emosional. Instrument SRQ-20 yang diadopsi telah dialihbahasakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan di dalam penelitian Sri Idaiani et al., 2009
yang berjudul “Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia”. Dalam penelitian ini
uji validitas didapatkan sesuai penelitian uji validitas yang telah dilakukan oleh Hartono, peneliti pada Badan Litbang Depkes tahun 1995. Pada
penelitian tersebut sensitivitas SRQ 88 dan spesifisitas 81, nilai ramal
positif 60 serta nilai ramal negative 92.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan secara manual atau elektronik dengan komputer. Untuk menentukan pengolahan data yang baik,
jawabannya tergantung pada seberapa besar ukuran datanya. Jika ukuran data yang dikumpulkan sedikit, dapat dilakukan metode pengolahan data
manual. Namun pada umumnya untuk mengolah data penelitian digunakan metode pengolahan data elektronik Supranto, 2008. Effendy 2007
menjelaskan bahwa proses pengolahan data dibagi menjadi enam tahap,
yaitu:
1. Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula seperti apa yang diinginkan. Menurut Hasan 2006 editing
adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi. 2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata
menjadi angka. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau idetitas pada
suatu informasi atau data yang akan dianalisi Hasan, 2006. Contoh pengkodean, pada jenis kelamin laki-laki diberikan kode 1
dan jenis kelamin perempuan diberikan kode 2.
3. Sorting, adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki klasifikasi data. Data
diurutkan atau dikelompokkan agar lebih mudah dalam pencarian data, misalnya disortir menurut abjad nama, jenis kelamin dan
sebagainya. 4. Entering data, adalah memasukkan data dengan cara manual atau
melalui pengolahan komputer. Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data, caranya
dengan membuat coding sheet lembar kode, direct entry, optical scan sheet.
5. Cleaning data, adalah pembersihan data. Lihat variable apakah data sudah benar atau belum dan memastikan bahwa seluruh data
yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai. Disini peneliti memrlukan adanya ketelitian dan akurasi
data. 6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan
Muninjaya 2003 menambahkan dalam bukunya bahwa setelah tahap cleaning, selanjutnya adalah tahap analisis data.
G. Metode Analisis Data
Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik Setiadi, 2007. Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh