Ruang Terbuka Hijau TINJAUAN PUSTAKA

2.2.4 Ruang Terbuka Hijau RTH Kota

Taman kota atau RTH kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang lengkap dengan segala fasilitasnya untuk melengkapi kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi aktif maupun pasif. Taman kota biasanya berbentuk area hijau dengan luasan tertentu yang tidak tertutup oleh bangunan ataupun paving dan digunakan sebagai penanaman vegetasi Simonds, 2006. Selain digunakan sebagai tempat rekreasi warga kota, paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, taman kota juga berfungsi sebagai habitat flora dan fauna terutama burung. Dahlan 2004 menyebutkan dalam bukunya bahwa taman kota merupakan keanekaragaman hayati yang harus diupayakan semaksimal mungkin menjadi suatu komunitas vegetasi yang tumbuh di lahan kota dengan struktur menyerupai hutan alam dan membentuk habitat bagi satwa.

2.3 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas, maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka bisa berbentuk jalan, trotoar, atau ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya. RTH mengalami pembagian berdasarkan karakteristiknya, yaitu: a. Berdasarkan bentuknya, RTH dibagi menjadi a RTH alami berupa habitat liaralami, kawasan lindung dan b RTH binaan berupa pertamanan kota, lapangan olahraga, pemakaman, b. Berdasarkan sifat dan karakteristik ekologisnya, RTH dibagi menjadi a RTH kawasan berupa areal, non linear dan b RTH jalur dalam bentuk koridor maupun linear, c. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya, RTH dibagi menjadi a RTH kawasan perdagangan, b RTH kawasan perindustrian, c RTH kawasan permukiman, d RTH kawasan pertanian dan e RTH kawasan khusus seperti pemakaman, hankam, olahraga maupun alamiah, d. Berdasarkan status kepemilikkannya, RTH dibagi menjadi a RTH privat dan b RTH publik. RTH mempunyai pola struktur yang ditentukan oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya Dahlan, 2004. Pola RTH ini dibagi menjadi: a. RTH struktural, merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis yang bersifat antroposentris contohnya taman perumahan, taman lingkungan, taman kota, b. RTH non struktural, merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris, contohnya RTH kawasan lindung, RTH sempadan sungai, RTH sempadan danau dan RTH pesisir. Ruang terbuka hijau yang didominasi oleh tumbuhan, dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, sebagai sarana lingkungan atau kota, pengamanan jaringan prasarana, dan budidaya pertanian. Selain itu dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah. Ruang terbuka hijau RTH di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lanskap kota. Luas ruang terbuka hijau yang ideal sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2 adalah 30 persen dari luas kota. Hampir semua kota besar di Indonesia saat ini persen ruang terbuka hijaunya baru mencapai 10 persen dari luas kota, padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. Sesuai dengan Permen PU Nomor 5 Tahun 2008, penanaman yang digunakan sebagai ruang terbuka hijau di perkotaan harus memenuhi persyaratan umum, yakni disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota, mampu tumbuh pada tanah yang tidak subur dengan udara yang tercemar, tahan terhadap gangguan fisik, perakaran tidak mudah tumbang, tidak gugur daun dan cepat tumbuh, dan dapat menyediakan oksigen serta meningkatkan kualitas lingkungan kota. Ketersediaan RTH bagi perkotaan sangat penting untuk mengendalikan dan memelihara integritas serta fungsi-fungsi lingkungan.

2.4 Iklim Mikro