Sistem Informasi Geografi SIG

2.4.2 Kelembaban Udara

Kelembaban yakni banyaknya kadar uap air yang ada di udara Kartasapoetra, 1986. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Kelembaban tertinggi di Indonesia dicapai pada musim hujan dan kelembaban terendah dicapai pada musim kemarau. Kelembaban atau RH dipengaruhi pula oleh adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai pelindung, terutama pepohonan yang ditanamnya rapat. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udara yang dihasilkan semakin rendah. Oleh karena itu, secara tidak langsung faktor yang dapat mempengaruhi suhu udara juga dapat mempengaruhi besarnya kelembaban udara.

2.5 Sistem Informasi Geografi SIG

Secara umum Sistem Informasi Geografis SIG didefinisikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis Hartoyo, 2010. Komponen lengkap yang digunakan untuk mengoperasikan SIG adalah orang yang menjalankan sistem, aplikasi sebagai prosedur yang digunakan untuk mengolah data, data atau informasi yang dibutuhkan untuk diolah dalam aplikasi, software berupa program aplikasi, dan hardware yang dibutuhkan dalam menjalankan sistem. Sebagian besar data yang digunakan dalam SIG merupakan data spasial, yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokal spasial dan informasi deskriptif atau atribut. Istilah informasi geografis mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan atau atribut yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui Prahasta, 2001. Penggunaan SIG ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah ruang lingkup yang dapat dipelajari menjadi lebih luas dan tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh manusia dapat dengan mudah tergambar. SIG juga mampu merepresentasikan dunia nyata di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas, hanya saja SIG memiliki fleksibilitas dibandingkan lembaran peta di kertas. Data yang digunakan dalam SIG adalah data citra, dimana data citra tersebut perlu diolah lebih lanjut agar dapat diterjemahkan. Proses pengolahan dengan menggunakan SIG dan proses penerjemahannya ini disebut interpretasi citra. Interpretasi citra menurut Purwadhi 2001, merupakan perbuatan mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar di dalam citra, dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Interpretasi citra ini dapat dilakukan secara manual dan digital. Selain data citra, sumber data untuk SIG dapat berupa peta, foto udara, tabel hasil observasi lapang maupun instrumen pencatat digital. Analisis dan interpretasi data citra digital dikelompokkan dalam tiga prosedur operasional, yaitu: a. Pra-pengolahan data digital Tahap ini mencakup rektifikasi pembetulan dan restorasi pemugaran atau pemulihan citra. Rektifikasi dan restorasi citra merupakan prosedur operasi agar diperoleh data permukaan bumi sesuai dengan aslinya tanpa distorsi. Distorsi dapat disebabkan oleh gerakan sensor, faktor media antara, dan faktor objeknya sendiri, sehingga perlu dilakukan pembetulan dan pemulihan kembali. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih mirip pandangan aslinya. Prosedur operasi pada tahap ini disebut operasi pengolahan data awal. b. Penajaman citra Citra Enhancement Penajaman citra bertujuan untuk peningkatan mutu citra, yaitu menguatkan kontras kenampakkan yang tergambar dalam citra digital. Penajaman citra dilakukan sebelum interpretasi, dengan maksud menambah jumlah informasi yang dapat diinterpretasikan secara digital. Tiga teknik penajaman citra yang dapat dilakukan yaitu manipulasi kontras citra, manipulasi kenampakkan secara spasial dan manipulasi secara jamak. Sama seperti pra-pengolahan data digital, proses penajaman citra termasuk pengolahan data awal pre-processing operation. c. Klasifikasi citra Image Classification Klasifikasi citra bertujuan untuk mengelompokkan atau membuat segmentasi mengenai kenampakkan yang homogen dengan teknik kuantitatif. Prosedur pengklasifikasian dilakukan dengan pengamatan dan evaluasi setiap pixel yang terkandung di dalam citra, kemudian dikelompokkan pada setiap kelompok informasi. Klasifikasi secara digital dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu 1 klasifikasi nilai pixel berdasarkan pada contoh daerah yang diketahui jenis objek dan nilai spektralnya, disebut klasifikasi terbimbing atau terselia supervised classification; 2 klasifikasi tanpa daerah contoh yang diketahui jenis objek dan nilai spektralnya, disebut klasifikasi tak terbimbing unsupervised classification; dan 3 klasifikasi gabungan atau hibrida. Penelitian menggunakan data dan metode SIG perlu dilakukan uji ketelitian, karena hasil uji ketelitian sangat mempengaruhi besarnya kepercayaan terhadap jenis data maupun analisisnya Lillesand dan Kiefer, 1979. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85 persen menurut sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS.

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian berada di Kota Depok, Propinsi Jawa Barat Gambar 2. Kota Depok dipilih sebagai lokasi penelitian karena letaknya yang dekat dengan wilayah DKI Jakarta sehingga dimungkinkan menjadi salah satu kota yang berkembang secara pesat dimana luasan ruang terbuka hijaunya semakin berkurang. Gambar 2. Peta Administrasi Kota Depok sumber: RTRW Tahun 2010. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April yang diawali dengan persiapan yang kemudian dilanjutkan inventarisasi. Waktu pengumpulan data di lapang dilakukan dari bulan Juli hingga bulan September 2012. Pengolahan data dan penyusunan dilakukan selama dua bulan berikutnya.

3.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada: a. Interpretasi sederhana terhadap citra penutupan lahan Kota Depok yang dibuat menggunakan citra Landsat 7 +ETM yang diolah dengan