sebesar 44,16 persen untuk kawasan perumahan dan sebesar 55,5 persen untuk kawasan RTH kota.
Pohon di kawasan RTH kota menghasilkan rata-rata kelembaban yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Perbedaan kelembaban yang
dihasilkan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakter kawasan dan perbedaan karakter pohon yang digunakan. Kawasan RTH kota memiliki banyak vegetasi di
sekitar kawasannya, sehingga suhu yang dihasilkan merupakan suhu yang paling rendah. Suhu yang rendah ini mempengaruhi kelembaban yang dihasilkan, yakni
kelembaban yang paling tinggi. Banyaknya pohon pada kawasan RTH kota juga berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi, dimana semakin banyak pohon
maka evapotransipirasi semakin besar dan keadaan di sekitar pohon menjadi sejuk.
Uji statistik yang dilakukan pada hasil pengukuran iklim mikro berupa suhu dan kelembaban pohon pada empat kawasan yakni industri, CBD,
perumahan dan RTH kota menyatakan bahwa suhu udara dan kelembaban pohon pada empat land use berbeda pada taraf nyata 5 persen Lampiran 17. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara pada pohon dipengaruhi oleh perbedaan keadaan lingkungan land use.
5.3.2 Analisis Iklim Mikro Semak pada Berbagai Land use
Semak merupakan tumbuhan yang umumnya memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan pohon, berbatang kayu, hidup dan tumbuh bergerombol
lebih dari satu pohon. Vegetasi yang tergolong dalam semak mempunyai tinggi berkisar 0,5
–3 meter. Semak memiliki beberapa fungsi, yaitu ameliorasi iklim dengan menurunkan suhu dan memodifikasi kelembaban, rekayasa lingkungan
dengan mengurangi kebisingan dan memberi aroma, dan dalam penggunaan arsitektural berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengarah, penutup, pagar serta
pembatas. Semak juga dapat berfungsi secara estetika karena keberagaman warna daun, warna dan bentuk bunga, bentuk tajuk, ukuran dan aroma dari semak.
Pengukuran iklim mikro suhu dan kelembaban dilakukan dibawah naungan struktur vegetasi semak pada empat land use yakni industri, CBD,
perumahan dan RTH kota. Semak pada kawasan industri adalah bugenvil
Bougenvillea sp., agave Agave sp. pada kawasan CBD, wregu Rhapis excelsa pada kawasan perumahan dan talas raksasa Alocasia machorriza pada kawasan
RTH kota. Berikut disajikan perbedaan suhu udara yang dihasilkan semak pada keempat land use yakni industri, CBD, perumahan dan RTH Kota dalan bentuk
grafik Gambar 26.
Gambar 26. Grafik Suhu Udara Struktur Vegetasi Semak. Berdasarkan grafik, semak wregu di kawasan perumahan menghasilkan
suhu yang paling tinggi, kemudian semak bugenvil di kawasan industri urutan kedua, semak agave di kawasan CBD sebagai urutan ketiga dan yang paling
rendah menghasilkan suhu adalah semak talas raksasa di kawasan RTH kota. Rata-rata suhu udara semak untuk kawasan industri adalah 38,9°C, untuk kawasan
CBD adalah 34,54°C, untuk kawasan perumahan 38,96°C dan untuk kawasan RTH kota adalah 32,37°C.
Suhu pada kawasan perumahan di bawah naungan semak merupakan yang paling tinggi, hal ini dapat disebabkan karena kawasan perumahan memiliki
banyak bangunan dan perkerasan aspal. Kawasan CBD memiliki rata-rata suhu semak yang lebih rendah dibandingkan kawasan perumahan, hal ini dapat dilihat
dari persen luas ruang terbuka hijaunya. RTH pada kawasan perumahan lebih kecil yakni sebesar 20,75 persen sehingga suhu yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan dengan industri. Suhu di kawasan RTH kota merupakan yang terendah, hal ini dapat disebabkan karena banyaknya vegetasi di kawasan RTH
kota, sehingga di bawah naungan semak suhu udara menjadi lebih rendah.
30.00 31.00
32.00 33.00
34.00 35.00
36.00 37.00
38.00 39.00
40.00 41.00
42.00
Su hu
Uda ra
°C
Kawasan
Kawasan CBD Kawasan RTH Kota
Kawasan Perumahan
Kawasan Industri
Gambar 27. Grafik Kelembaban Struktur Vegetasi Semak. Gambar 27 merupakan grafik hasil pengukuran kelembaban struktur
vegetasi semak pada keempat land use. Berdasarkan grafik, semak talas raksasa di kawasan RTH kota menghasilkan kelembaban yang paling tinggi, kemudian
semak agave di kawasan CBD urutan kedua, semak bugenvil di kawasan industri urutan ketiga dan yang paling rendah kelembabannya adalah semak wregu di
perumahan. Rata-rata kelembaban semak untuk kawasan industri adalah 44,61 persen, sebesar 52,84 persen untuk kawasan CBD, sebesar 38,21 persen untuk
kawasan perumahan dan 53,98 persen untuk kawasan RTH kota. Pengukuran kelembaban dengan hasil yang paling rendah dihasilkan oleh
semak yang berada di kawasan RTH kota. Banyaknya vegetasi yang berada di kawasan RTH kota mempengaruhi keadaan kelembaban sekitar sehingga
meskipun berada di bawah naungan semak, suhu yang dihasilkan rendah dan kelembabannya tinggi. Kelembaban semak yang paling rendah adalah semak
yang berada di kawasan perumahan. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya bangunan yang ada pada kawasan perumahan. Selain itu aktivitas kendaraan dan
perkerasan aspal yang digunakan juga merupakan salah satu yang mempengaruhi suhu tinggi yang dihasilkan sehingga kelembaban yang dihasilkan pun menjadi
rendah. Uji statistik yang dilakukan pada hasil pengukuran iklim mikro berupa
suhu dan kelembaban untuk struktur vegetasi semak pada empat kawasan yakni industri, CBD, perumahan dan RTH kota menyatakan bahwa suhu udara dan
kelembaban semak pada empat land use berbeda pada taraf nyata 5 persen
30.00 32.00
34.00 36.00
38.00 40.00
42.00 44.00
46.00 48.00
50.00 52.00
54.00 56.00
58.00
K elem
ba ba
n Uda
ra
Kawasan
Kawasan CBD Kawasan RTH Kota
Kawasan Perumahan Kawasan Industri
Lampiran 18. Hal ini menyatakan bahwa suhu dan kelembaban yang dihasilkan pada semak dipengaruhi oleh karakteristik kawasan dan jenis vegetasi pada
masing-masing land use.
5.3.3 Analisis Iklim Mikro Rumput pada Berbagai Land use