Iklim Mikro Kawasan Industri

berdasarkan data Tabel 9 sebesar 6,09 persen dari luas total wilayah kota. Badan air yang dominan di Kota Depok adalah danau di Universitas Indonesia dan situ yang tersebar di Kota Depok. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan land use yang berbeda untuk melihat pengaruhnya terhadap iklim mikro, dilihat berdasarkan luas RTH-nya yang diperoleh dari peta penutupan lahan yang di-overlay dengan peta penggunaan lahan Kota Depok sehingga dapat diketahui luas RTH tersebut. Luas dan persen RTH pada masing-masing land use dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Luas RTH setiap Land use Land Use RTH Ha LB Ha BA Ha Total RTH Industri 5,67 20,79 0,45 26,91 21,07 CBD Margonda 22,14 73,89 0,72 96,75 22,88 Perumahan Bella Casa 4,95 18,09 0,81 23,85 20,75 RTH Kota Tahura Depok 7,56 1,08 0,81 9,45 80 Keterangan: RTH= Ruang Terbuka Hijau LB = Lahan Terbangun BA = Badan Air Perhitungan persentase luas RTH pada Tabel 10 diperoleh dari perbandingan luas RTH pada setiap land use dibandingkan dengan jumlah luas lahan terbangun dan badan air pada kawasan keseluruhan. Berdasarkan perhitungan, persentase luas RTH terbesar hingga terkecil: RTH kota, CBD, industri, dan perumahan.

5.2 Hasil Pengukuran Iklim Mikro tiap Land use

5.2.1 Iklim Mikro Kawasan Industri

Jenis industri di Kota Depok meliputi berbagai golongan, diantaranya adalah makanan dan minuman, pengolahan tembakau, tekstil, kimia dan barang dari bahan kimia, kendaraan bermotor, dan furniture. Industri makanan dan minuman merupakan industri yang terbanyak di Kota Depok. Kawasan industri Kota Depok banyak terdapat di sepanjang Jalan Raya Bogor-Jakarta. Sepanjang jalan ini didominasi industri-industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman, bahan kimia, kendaraan bermotor, furniture dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya. Industri yang diambil sebagai lokasi pengambilan data merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang furniture yakni lampu hias. Perusahaan tersebut terletak di Bagian Wilayah Kota BWK Sukatani. Peta lokasi pengambilan data iklim mikro pada kawasan industri dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengukuran iklim mikro berupa suhu dan kelembaban dilakukan pada pohon jambu air Syzigium aquaeum dengan tinggi ±7 meter, semak bugenvil Bougenvillea sp. dengan tinggi ±2 meter dan rumput teki Cyperus rotundus. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut disajikan grafik pengukuran suhu dan kelembaban pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Suhu Udara pada Kawasan Industri. Gambar 16 merupakan grafik pengukuran suhu udara yang dilakukan di kawasan industri dengan vegetasi pohon, semak dan rumput. Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa dari awal pengukuran pada vegetasi pohon dan semak, hasil yang diperoleh adalah stabil, sedangkan pada vegetasi rumput terjadi penurunan. Namun dapat dilihat bahwa suhu udara yang dihasilkan dari pengukuran di bawah naungan pohon, diperoleh hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan semak, sedangkan untuk hasil suhu udara semak diperoleh hasil yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan rumput. Rata-rata suhu yang diperoleh adalah 34,47°C untuk pohon, sebesar 35,76°C untuk semak dan sebesar 40,36°C untuk rumput. Perbedaan hasil dapat disebabkan karena pohon memiliki area naungan yang lebih luas dibandingkan semak dan rumput, sehingga pohon lebih mereduksi suhu dibandingkan semak dan rumput. Rumput menghasilkan suhu udara yang paling tinggi, hal ini dapat disebabkan karena rumput menerima cahaya dan panas 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 36.00 37.00 38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Su hu Uda ra °C Waktu menit Pohon Semak Rumput dari matahari secara langsung tanpa ternaungi, sehingga suhu yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Gambar 17. Grafik Kelembaban Udara pada Kawasan Industri. Gambar 17 merupakan grafik hasil pengukuran kelembaban udara yang dilakukan di kawasan CBD dengan vegetasi pohon, semak dan rumput. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa dari awal pengukuran hingga selesai, hasil yang diperoleh pada kedua vegetasi adalah stabil, kecuali pada vegetasi pohon yang sedikit mengalami kenaikan kemudian penurunan. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa kelembaban udara yang dihasilkan rumput adalah yang paling rendah dibandingkan dengan semak kemudian pohon menghasilkan kelembaban udara paling tinggi. Rata-rata dari tiga pengulangan pengukuran kelembaban udara yang dilakukan diperoleh hasil sebesar 47,79 persen untuk pohon, 44,61 persen untuk semak dan 37,60 persen untuk rumput. Hasil yang berbeda antara vegetasi pohon, semak dan rumput ini dapat disebabkan karena pohon mempunyai kemampuan untuk menghasilkan uap air dari proses evapotranspirasi yang lebih besar dibandingkan dengan semak dan rumput. Begitu pula dengan semak, karena semak mempunyai kemampuan menghasilkan uap air lebih besar dibandingkan dengan rumput, maka kelembaban di sekitar semak lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban di rumput. Uji statistik pada hasil pengukuran iklim mikro berupa suhu dan kelembaban menyatakan bahwa suhu udara dan kelembaban pada pohon, semak dan rumput berbeda pada taraf nyata 5 persen Lampiran 7. 32.00 34.00 36.00 38.00 40.00 42.00 44.00 46.00 48.00 50.00 52.00 54.00 56.00 58.00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 K elem ba ba n Uda ra persen Waktu menit Kelembaban di Kawasan Industri Pohon Semak Rumput 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 36.00 37.00 38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 1 3 5 7 9 11131517192123252729 Su hu U dara ° C Waktu menit Pohon Semak Rumput

5.2.2 Iklim Mikro Kawasan Central Bussiness District CBD