Sosialisasi kepada petani dan peternak lebah madu tentang keberadaan
                                                                                Gambar 26. Ilustrasi Kondisi Penutupan Lahan Antara Core dan Edge Habitat di Provinsi Kalimantan Barat Sumber : www.flickr.com
Patch  didefinisikan  sebagai  area  permukaan  nonlinear  yang  memiliki perbedaan  tampilan  terhadap  lingkungan  disekitarnya  Forman  dan  Gordon
1986.  Patches  membentuk  suatu  derajat  isolasi  tertentu,  efek  dan  tingkat keberlanjutannya  tergantung  atas  kehadiran  suatu  spesies  tertentu  Darmstad
et  al.  1996.  Akibat  adanya  konversi  penutupan  lahan  di  Kalbar,  keberadaan patch  ini  cenderung  terputus  sehingga  menimbulkan  isolasi  bagi  satu  jenis
spesies  saja.  Oleh  karena  itu,  dibutuhkan  suatu  konektivitas  antar  patch. Konektivitas telah dideskripsikan sebagai suatu perpanjangan pergerakan  bagi
flora dan fauna yang tidak hanya berbentuk linear Hansson dalam Hilty et al. 2006.
Untuk  membentuk  suatu  konektivitas  antar  patch,  diperlukan  suatu perencanaan  koridor  yang  menghubungkan  kedua  patch  yang  telah  terputus.
Koridor ini berfungsi sebagai tempat sementara yang menyediakan pakan dan istirahat  bagi  SMA.Terdapat  dua  macam  koridor  penghubung  antar  patch,
yaitu  koridor  yang  kontinu  dan  diskontinu.  Bentuk  koridor  kontinu  yang paling  sering  dijumpai  dan  dapat  diaplikasikan  adalah  shelterbelts.
Shelterbelts adalah suatu area yang ditanami dengan pohon dan semak dalam suatu  susunan  barisan  untuk  memecah  angin  Brandle  2011.  Shelterbelts
berfungsi sebagai pelindung angin, pertanian dan peternakan, jalan raya dapat diaplikasikan  dengan  cara  membentuk  grid  pada  perkebunan  kelapa  sawit,
serta keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati ini membantu menjaga kestabilan suatu rantai makanan dan mengontrol  hama dan penyakit tanaman
secara ekologis. Ilustrasi shelterbelts dapat dilihat pada Gambar 27. Selain itu juga, menurut  Hannon dan Sisk  2009, lebah memiliki  ketertarikan terhadap
hedgerows  jajaran  asosiasi  tanaman  dalam  suatu  baris  karena  ketersediaan sumber  pakan  yang  ada  pada  suatu  jajaran  asosiasi  tanaman  memudahkan
pergerakan lebah madu yang merupakan pakan utama SMA. Lebar minimum shelterbelts  yang  direkomendasikan  adalah  75-150  meter  Brandle  2011.
Gambar potongan shelterbelts dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar  27.  Shelterbelts  Pada  Lahan  Pertanian  di  Nakashibetsu,  Hokkaido Prefecture, Jepang Sumber : Google Earth
Gambar  28.  Ilustrasi  Pembuatan  Stepping  Stone  di  Kawasan  Perkebunan  Kelapa
Sawit  Sumber  :Dramstad  et  al.  2006;  digambar  ulang  oleh  : Oktaviana M.
Bentuk  koridor  diskontinu  yang  dapat  diaplikasikan  pada  perubahan penutupan  lahan  tertentu  adalah  stepping  stone.  Stepping  stone  merupakan
gabungan  dari  beberapa  patch  kecil  adalah  suatu  pusat  konektivitas  yang berukuran kecil antara koridor dan menyediakan pergerakan spesies di dalamnya
Dramstad  et  al.  1996.  Pembuatan  stepping  stone  dapat  dilakukan  dengan menganalisis  keberadaan  vegetasi  yang  merupakan  pohon  inang  lebah  madu,
seperti  Banggeris,  LomuJelemu,Nyawai,  Meranti,  Kapur,  Keruing,    Bangkirai, Rengas,  Kapuk,  Karet,  Laban,  Perupuk,  Putat,  Kejawi  dan  Panggang.    Setelah
diketahui  lokasi  yang  merupakan  habitat  dari  pohon  inang  tersebut,  sebaiknya
lokasi  tersebut  dikonservasi  dengan  membentuk  suatu  “pijakan”  seperti  pulau kecil yang kemudian terangkai sehingga dapat menhubungkan antar patch.
“Pulau- pulau” kecil inilah yang menjadi stepping stone bagi pergerakan SMA. Jarak antar
stepping  stone  yang  direkomendasikan  berkisar  antara  7,5  km  antar  patch-nya.
                                            
                