Gambar 30. Contoh Restorasi Mangrove di West Lake Park, Hollywood, USAA. Awal Pembuatan, Juli 1989, B 28 Bulan Berikutnya, November
1991, C 50 bulan berikutnya, Januari 1996 Sumber : Lewis III 2004
Gambar 31. Susunan Penanaman Hutan Mangrove Berdasarkan Zona Pasang Surutnya Sumber : Lewis III 2004
Suatu hutan mangrove memiliki daya memperbaiki ekologinya sendiri dalam rentang waktu 15-30 tahun dengan syarat pasang surut air lautnya tidak
terganggu dan kemungkinan penyebaran bibit mangrove tidak dibatasi bahkan dihalangi Lewis III 2004. Untuk merestorasi ekologi hutan mangrove,
diperlukan pemahamam terhadap ragam kondisi hidrologi dan iklim dalam ragam tipe mangrove. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat susunan hutan mangrove Gambar 31. Lewis dan Marshall telah menyarankan lima langkah untuk merestorasi hutan mangrove, yaitu
1.
Memahami autoekologi pada spesies mangrove di tapak 2.
Memahami pola hidrologi yang mengontrol distribusi dan pertumbuhan tanaman mangrove
3. Menilai tingkat modifikasi lingkungan hutan mangrove sebelumnya yang
bisa saja menghambat restorasi ekologi yang dapat direncanakan 4.
Merancang program restorasi untuk mengembalikan tingkat hidrologi yang cocok
5. Mengumpulkan bibit yang dibutuhkan untuk menambah populasi dari
mangrove yang akan direstorasi di kawasan tersebut.
c. Penetapan core habitat sebagai kawasan lindung
Luas core habitat di Provinsi Kalimantan Barat adalah 1.349,5
2
km
sedangkan luas edge habitat sebesar 20.155,62
2
km . Keberadaan core habitat di Pulau Kalimantan masih banyak yang belum masuk ke dalam kawasan
lindung. Luas core habitat yang telah masuk ke dalam bagian kawasan lindung memiliki luas kurang dari 100
2
km
. Core habitat merupakan habitat inti yang lebih sering dikunjungi oleh SMA sehingga tingkat gangguan lingkungan
yang ada di core habitat perlu dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi gangguan lingkungan pada kawasan tersebut adalah dengan menetapkan core
habitat sebagai kawasan lindung.
Selain core habitat, pengelolaan lanskap edge habitat juga perlu untuk
dilakukan, antara lain.
a. Pelestarian hutan rawa gambut
Keberadaan hutan rawa gambut merupakan karakteristik penting yang menyusun edge habitat musim dingin SMA. Jarak Terdekat ke Hutan Rawa
Gambut JTHR muncul sebagai Komponen Utama Enam KU6e pada edge habitat.Keberadaan hutan rawa gambut dikaitkan dengan ketersediaan
makanan bagi SMA. Terdapat beberapa spesies pohon yang tumbuh di kawasan rawa gambut dan merupakan inang dari sarang lebah madu.Hutan
rawa gambut merupakan suatu ekosistem unik dan didalamnya terdapat keanekaragaman flora dan fauna yang khas Wetlands International 2009.
Oleh karena itu, pelestarian hutan rawa gambut perlu dilakukan, tidak hanya untuk keberlangsungan hidup dari SMA melainkan keanekaragaman hayati di
dalamnya. Kondisi hutan rawa di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2009 secara umum sudah berupa hutan rawa sekunder atau bekas tebangan, yaitu
seluas 1.582.922 ha dan hanya 1,74 atau seluas 28.007 ha yang masih merupakan hutan rawa primer BPKH Wilayah III Kalbar 2010. Pelestarian
hutan rawa gambut dapat dilakukan dengan cara biormediasi kawasan hutan rawa gambut dengan penanaman vegetasi yang tepat, pengaturan drainase, dan
implementasi biofertilizer Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor 2009.
b. Pelestarian hutan lahan kering
Persamaan karakteristik yang memiliki proporsi variasi dan pengaruh terbesar yang menunjukkan bahwa SMA cenderung memilih hutan lahan
kering dengan elevasi lebih dari 300 meter di Kalimantan Selatan Hasanah 2011. Hutan lahan kering di Kalimantan Barat adalah satu karakteristik
penting yang menyusun edge habitat SMA di Kalimantan Barat yang merupakan variabel lingkungan Komponen Utama 12 KU12 edge habitat di
Kalbar. Hutan lahan kering didominasi oleh tegakan Dipterocarpaceae yang merupakan pohon inang dari sarang lebah madu yang berada di alam. Jenis
vegetasi Dipterocarpaceae pada umumnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak orang yang mencari untuk diperdagangkan. Implikasi yang
terjadi sekarang ini adalah tingginya kasus illegal logging yang ada di
Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karena itu, ragam vegetasi famili Dipterocarpaceae membutuhkan perlindungan dari aktivitas manusia.
c. Kolaborasi pengelolaan lanskap dengan provinsi Kalimantan Tengah dan
Negara Malaysia
Provinsi Kalimantan Barat merupakan provinsi yang memiliki batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia,
sebelah selatan Laut Jawa dan Kalimantan Tengah, sebelah timur Kalimantan Timur, dan sebelah barat Laut Natuna dan Selat Karimata Pengelolaan Jangka
Panjang. Beberapa kawasan edge habitat terpotong oleh batas administratif Provinsi Kalimantan Barat sehingga kawasan edge habitat ada yang berada di
Negara Bagian Serawak, Malaysia dan Provinsi Kalimantan Tengah. Darmstad 1996 mengemukakan bahwa batas administrasi atau politik dari
suatu kawasan lindung tidak boleh memotong batas alami ekologinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kolaborasi pengelolaan lanskap habitat musim
dingin SMA dengan provinsi Kalimantan Tengah dan Negara Bagian Serawak, Malaysia agar habitat musim dingin SMA dapat terjaga.
Pengelolaan jangka panjang ditujukan pada penetapan kebijakan dan membangun kearifan lokal masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat sebagai
habitat musim dingin SMA. Kebijakan ini dilakukan pada core dan edge habitatagar habitat musim dingin tersebut dapat terus berkelanjutan. Pengelolaan
lanskap jangka panjang yang dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Penetapan kawasan melalui aspek hukum
Core dan edge habitat musim dingin SMA perlu ditetapkan menjadi suatu kawasan lindung oleh pemerintah. Penetapan ini dilakukan agar pengelolaan
kawasan dapat dilakukan secara keberlanjutan dan terus memberikan jasa lingkungan bagi Provinsi Kalimantan Barat.
b. Pendidikan konservasi kepada pihak pengelola lanskap
Salah satu prinsip dasar pelestarian alam adalah keterpaduan elemen masyarakat dan pemerintah Hamiudin 2011. Salah satu cara untuk menjaga
keterpaduan elemen masyarakat dan pemerintah yaitu dengan memberi pendidkan konservasi kepada pihak pengelola sehingga pihak pengelola dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas. Menurut Hamiudin 2011, tujuan dari dilakukannya pendidikan konservasi adalah membentuk jiwa
konservasionis yang memiliki sikap sadar terhadap lingkungannya. Pihak pengelola lanskap yang menjadi sasaran pemberian pendidikan konservasi
adalah masyarakat adat lokal dan pemerintah.
c. Pengembangan ekowisata berbasis burung pemangsa migran
Menurut Ceballos-LascurĂ¡in diacu dalam Weaver 1996, ekowisata adalah perjalanan ke kawasan yang masih alami dengan tujuan yang spesifik
seperti menambah ilmu pengetahuan dan menikmati pemandangan serta flora dan fauna, dan juga mengenal aktifitas budaya di dalamnya dimasa sekarang
dan lampau. Kegiatan ekowisata adalah salah satu bentuk pengelolaan
lanskap jangka panjang.Perolehan karakteristik habitat musim dingin SMA di Provinsi Kalimantan Barat dapatdijadikan suatu acuan untuk perencanaan
ekowisata. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung terbatas supaya sesuai dengan daya dukung, pola wisata ramah lingkungan,
pola wisata ramah budaya dan nilai setempat, membantu secara langsung perekonomian masyarakat adat, dan modal awal yang diperlukan untuk
infrastruktur tidak besar Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata WWF 2009. Supriyanto 2011 mengemukakan bahwa ada empat langkah dalam
pengembangan ekowisata berbasi raptor, diantaranya adalah perencanaan, meliputi : pertimbangan tujuan konservasi jenis dan habitat burung migran
atau burung non migran desain tapak, mengecek akses, atraksi, dan akomodasi ekowisata, serta pendekatan berbasis habitat dan masyarakat;
pemasaran, meliputi segmen pasar serta informasi dan rencana aksi pengelola; pelaksanaan, meliputi kepastian kontrol kualitas; dan monitoring serta evaluasi
dalam pengendalian dampak dan pengawasan.
d. Kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat Kalimantan Barat
Kegiatan kampanye dan sosialisasi ini perlu dilakukan kepada masyarakat Kalimantan Barat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
keberadaan burung migran pada umumnya dan SMA pada khususnya. Kampanye dan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
aktivitas ini dengan badan pemerintahan atau organisasi-organisasi yang peduli dengan keanekaragaman hayati dan lingkungan.
e. Pemberian perlindungan kepada peternak penghasil lebah dan petani
yang ikut serta melestarikan keberadaan SMA
Salah satu karakteristik yang menyusun habitat musim dingin SMA adalah penutupan lahan sawah dan lahan terbuka. Luas total penutupan lahan sawah
di core dan edge habitat musim dingin habitat SMA yaitu 35.536 ha. Keberadaan lahan persawahan ini seringkali mengalami alih fungsi
lahan.Keberadaan peternak penghasil lebah ini seringkali berada dekat dengan kawasan pertanian sehingga keberadaannya selalu berdekatan dengan lahan
pertanian. Bentuk perlindungan kepada peternak lebah dan petani yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian insentif bantuan dalam pengembangan
pertanian dan peternakan lebah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik masing-masing core dan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat. Terdapat sepuluh komponen