Gambar 21. Luas Area Penutupan Lahan Core Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat
Karakteristik keenam KU6c dan karakteristik ketujuh KU7c yang merupakan kawasan dengan kemiringan lahan agak datar dan bergelombang.
Kedua karakter tersebut erat kaitannya variasi bentukan lahan yang mempengaruhi thermal wind atau angin termal. Burung pemangsa
menggunakan angin termal dan udara vertikal untuk meluncur dan melambung untuk melintasi jarak yang jauh dengan pengeluaran energi minimal Bildstein
2006. Angin termal ini merupan kombinasi antara variasi landform dan cuaca yang baik ARRCN 2012.
Karakteristik kedelapan diinterpretasikan sebagai kawasan hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut merupakan bentuk kekayaan ekologi yang khas di
Kalimantan Barat BPHK Wilayah III Pontianak 2011. Hutan rawa primer yang ada di provinsi ini seluas 28.007 ha dan 1.582.922 ha sebagai hutan rawa
sekunder. Karakteristik penutupan lahan hutan rawa gambut ini berkaitan dengan kecukupan makanan dari SMA karena pada hutan rawa gambut didapati
beberapa spesies Dipterocarpaceae yang merupakan pohon inang dari lebah madu, seperti Koompasia spp. dan Dipterocarpus spp.
Karakteristik kesembilan KU9c dan karakteristik kesepuluh KU10 diinterpretasikan sebagai kawasan dengan kemiringan lahan berbukit dan datar.
Kedua karakter tersebut merupakan karakteristik yang berhubungan dengan thermal wind yang terbentuk atas variasi kemiringan lahan.
2. Karakteristik Edge Habitat di Kalimantan Barat
Karakteristik utama KU1e edge habitat diinterpretasikan sebagai kawasan dengan karakteristik lanskap pertanian.berupa sawah dan semak
belukar rawa. Karakteristik ini memiliki kesamaan dengan KU2c pada core habitat. Karakter ini terkait dengan keberadaan makanan SMA yaitu larva lebah.
Lebah merupakan serangga penting yang berfungsi sebagai pollinator
membantu penyerbukan tanaman pertanian, buah-buahan, dan bunga liar. Untuk meningkatkan efektivitas kerja dari lebah itu sendiri, diperlukan akses
lokal bagi lebah untuk berkoloni dan juga memperoleh sumber makanannya Svensson et al. 1999
Kelas kemiringan lahan pegunungan merupakan karakter yang muncul pada karakteristik kedua KU2e. Kawasan pegunungan merupakan tempat yang
disukai oleh SMA untuk membangun sarangnya serta membantu SMA untuk terbang dengan bantuan thermal wind. Untuk karakteristik ketiga KUe3,
diperoleh bahwa karakteristik yang diperoleh merupakan kelas elevasi 300-1000 meter. Ketinggian ini merupakan lokasi yang cocok bagi ragam pohon dari
famili Dipterocarpae yang merupakan pohon inang dari sarang lebah.
Karakteristik keempat KU4e yang didapat adalah perkebunan kelapa sawit. Menurut Borneo Climate Change 2012, perusahaan perkebunan kelapa
sawit di Kalimantan Barat melakukan perusakan lingkungan demi usaha mereka, seperti penebangan kayu di pinggiran sungai, lean clearing di lahan gambut,
dan sebagian wilayah usaha perusahaan memasuki wilayah konservasi. Kelas penutupan lahan perkebunan kelapa sawit yang ada sekarang ini muncul sebagai
salah satu karakteristik yang dipilih SMA karena kemungkinan besar kawasan inilah yang belum ditempati oleh spesies burung pemangsa non-migran yang
ada di Kalbar.
Hasil KU5e merupakan kawasan dengan klasifikasi kemiringan lahan pegunungan. Sama halnya dengan KU2e, kawasan ini adalah tempat yang
disukai oleh SMA untuk membangun sarangnya dan kebutuhan SMA akanthermal wind. Karakteristik keenam KU6e adalah hutan rawa gambut.
Hutan rawa gambut berkaitan dengan sumber pangan SMA yaitu larva lebah. Sarang lebah di hutan rawa gambut terdapat pada pohon Dipterocarpaceae yang
tumbuh pada hutan rawa gambut.
KU7e yang didapat pada edge habitat adalah kelas elevasi lebih dari 1000 meter. Pada ketinggian ini, diindikasikan juga terdapat jajaran Dipterocarpaceae
yang merupakan pohon inang sarang lebah. Selain itu juga, ketinggian ini merupakan kawasan Montana dimana SMA memilih kawasan ini sebagai
tempat bersarang ARRCN 2012. Karakteristik kedelapan KU8e merupakan jenis lanskap yang berdekatan dengan aktifitas manusia.Karakteristik ini pun
muncul pada KU4c core habitat. Pemilihan karakteristik lahan terbangun oleh SMA dilakukan karena adanya kompetisi dari burung non-migran yang telah
memiliki habitat yang tetap pada suatu kawasan sehingga SMA memiliki kecenderungan untuk memilih kawasan marginal yang berada di antara kawasan
alami namun masih berdekatan dengan kawasan non-alami.
Karakteristik kesembilan KU9e, kesepuluh KU10e, dan kesebelas KU11e yang dihasilkan adalah kelas kemiringan lahan datar, agak datar, dan
kelas elevasi 0-300 meter. KU12e yang dihasilkan adalah hutan lahan kering.Keempat karakteristik tersebut dapat diindikasikan sebagai kawasan
hutan dataran rendah. Kelas penutupan lahan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat didominasi oleh hutan lahan kering dengan luas area
1.045.128,25 ha Gambar 22.
Karakteristik terakhir KU13e yang diperoleh adalah kelas kemiringan lahan pegunungan.Kelas kemiringan lahan ini berpengaruh kepada keberadaan
thermal wind yang dipengaruhi oleh variasi landform untuk mempermudah individu SMA terbang.
Gambar 22. Luas Area Penutupan Lahan Edge Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat
Perbandingan Karakteristik Lanskap Core dan Edge Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat