Sekadau, dan Ketapang. Sedangkan penduduk dengan mata pencaharian di sub sektor pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi dan tanaman
pangan lain, pada umumnya tersebar di wilayah pesisir seprti Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak dan Landak. Jika dilihat dari tingkat
pendidikannya, sebagian besar penduduk yang bekerja di bidang pertanian berlatar pendidikan setingkat SD atau tidak tamat SD. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan penduduk yang bermata pencaharian di bidang industri, perdagangan, atau sektor jasa yang memiliki kecenderungan berpendidikan
lebih tinggi, yaitu setingkat SMP atau SMA.
Gambar 19. Ragam Suku yang Tinggal di Provinsi Kalimantan Barat Sumber : BPS Kalbar 2010
Gambar 20. Total Produksi Pertanian Provinsi Kalimantan Barat 2010 Sumber : Portal Indonesia 2012
Tabel 4. Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
Pendidikan Lapangan Usaha
Total Pertanian
Industri Perdagangan
Jasa Lain-lain
TidakBelum Pernah Sekolah
122.529 5.380
11.043 3.243
3.998 146.193
TidakBelum Tamat SD
418.525 17.859
41.967 19.048
51.615 549.014
43
15 11
11 10
10 Dayak
Sambas Tionghoa
Jawa Kendayan
Melayu
Pendidikan Lapangan Usaha
Total Pertanian
Industri Perdagangan
Jasa Lain-lain
Sekolah Dasar 414.663
30.467 53.254
22.527 63.759
584.670 SMPSederajat
209.150 24.490
59.247 28.823
50.628 372.338
SMA Sederajat
97.493 20.683
97.787 80.918
53.666 350.547
Universitas 4.072
2.076 9.967
67.593 8.855
92.563 Total
1.266.432 100.955
273.265 222.152
232.521 2.095.325
Sumber : BPS Prov. Kalbar 2011
4. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pengelolaan Tata Ruang
Peraturan Presiden mengenai Rencana Tata Ruang RTR Pulau Kalimantan Tahun 2005 menyatakan bahwa kawasan pelestarian alam adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya. Salah satu tujuan dari RTR Pulau
Kalimantan ini adalah menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan yang berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan
perairannya.
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No.5 Tahun 2004 mengenai rencana tata ruang wilayah Provinsi Kalimantan Barat menyatakan
bahwa tujuan pemanfaatan ruang wilayah antara lain menyelenggarakan peraturan pemanfaatan ruang wilayah yang berwawasan lingkungan sesuai
dengan kebijaksanaan pembangunan nasional serta daya dukung lingkungan dan mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan diiringi pengembangan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan ruang, ditetapkan beberapa
cara, diantaranya adalah pengelolaan kawasan lindung dan pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, serta tata guna sumber daya lainnya.
Strategi yang ditetapkan untuk pemeliharaan kawasan lindung sebagai berikut:
a. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu secara
bertahap b.
Mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di kawasan perbatasan wilayah kabupatenkota dijadikan suatu kesatuan yang
serasi dan terpadu c.
Melaksanakan berbagai kegiatan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan
d. Pengembangan kerjasama regional penanganan dampak lingkungan
Karakteristik Core Habitat
Hasil dari Analisis Komponen Utama AKU adalah sepuluh komponen utama yang dapat menjelaskan 77,737 dari ragam data karakterisktik lanskap
habitat musim dingin SMA. Hasil Analisis Komponen Utama disajikan dalam Tabel 4. Di dalam Tabel 4, sel yang memiliki tulisan berwarna merah merupakan
Lanjutan Tabel 4.
variabel lingkungan yang merupakan komponen utama pada masing-masing urutannya. Variabel lingkungan yang merupakan komponen utama 1 KU1c
dengan nilai variability dan eigen value masing-masing sebesar 6,475 dan 23,746, terdiri atas jarak terdekat ke badan air JTBA, jarak terdekat ke lahan
terbuka JTBK, jarak terdekat ke hutan mangrove JTMG, dan jarak terdekat dengan elevasi lebih dari 300 meter. Dapat disimpulkan bahwa SMA memilih
core habitat pada kawasan hutan mangrove pada elevasi lebih dari 300 meter. Jarak rata-rata terdekat ke hutan mangrove yang diperoleh adalah 14,5 km.
Karakteristik kedua KU2c yang dihasilkan oleh analisis komponen utama terdiri ada jarak terdekat ke jarak terdekat ke semak belukar rawa JTSB dan
jarak terdekat ke sawah dan perkebunan JTSB. Rata-rata jarak terdekat kepada masing-masing karakter adalah 4,5 meter. Karakteristik ketiga KU3c, variabel
lingkungan yang dipilih oleh SMA sebagai habitat musim dingin adalah jarak terdekat ke kemiringan lahan 25-40 dengan rata-rata jarak 7,1 km.
Karakteristik keempat KU4c yang diperoleh adalah jarak terdekat ke lahan terbangun dengan jarak rata-rata 15,3 km ke karakteristik tersebut. Pada
karakteristik kelima KU5c, karakteristik keenam KU6c, dan karakteristik ketujuh KU7c, variabel lingkungan yang dipilih SMA sebagai habitat musim
dinginnya antara lain jarak terdekat ke elevasi 0-300 meter JTE1, jarak terdekat ke kemiringan lahan 3-8 JTK2, dan jarak terdekat ke kemiringan lahan 8-
15. Rata-rata jarak terdekat terhadap masing-masing karakteristik antara lain 0.00016275 meter, 1,9 km, dan 2,9 km.
Karakteristik kedelapan KU8c yang didapat adalah jarak terdekat ke hutan rawa gambut JTHR dengan jarak rata-rata 3,7 km. Pada karakteristik kesembilan
KU9c dan kesepuluh KU10c, variabel lingkungan yang dipilih oleh SMA terdiri atas jarak terdekat ke kemiringan lahan 0-3 JTK1 dan jarak terdekat ke
kemiringan lahan 15-25 JTK3. Rata-rata jarak terdekat yang dihasilkan oleh masing-masing karakteristik antara lain 26,4 km dan 0,3 km.
Karakteristik Edge Habitat
Hasil dari analisis komponen utama AKU adalah 13 komponen utama yang dapat menjelaskan 78,027 dari variasi data bagi karakteristik lanskap edge
habitat musim dingin di Provinsi Kalimantan Barat Tabel 5. Variasi karakteristik di edge habitat lebih beragam dikarenakan luas wilayah edge habitat jauh lebih
besar dibandingkan dengan core habitat. Di dalam Tabel 5, sel yang memiliki tulisan berwarna merah merupakan variabel lingkungan yang merupakan
komponen utama pada masing-masing urutannya. Pada edge habitat, diidentifikasikan bahwa terdapat dua karakteristik utama KU1e sebagai
penyusunnya, yaitu jarak terdekat ke semak belukar rawa JTSB dan jarak terdekat ke sawah dan perkebunan JTSH dengan nilai variability dan eigen value
masing-masing sebesar 6,557 dan 10,955. Dapat disimpulkan bahwa KU1 yang menyusun edge habitat merupakan suatu bentuk lanskap pertanian dengan rata-
rata jarak terdekat terhadap masing-masing karakteristik adalah 7,28 km.
Karakteristik kedua KU2e yang diperoleh adalah jarak terdekat ke kemiringan lahan lebih dari 40 JTK6 dengan rata-rata jarak 5,5 km. Pada
karakteristik ketiga KU3e, dua karakteristik yang diperoleh adaah jarak terdekat
ke elevasi 300-800 meter JTE3 dan jarak terdekat ke elevasi 800-1000 meter JTE4e sehingga dapat disimpulkan bahwa KU2e edge habitat adalah jarak
terdekat ke elevasi 300-1000 meter. Rata-rata jarak terdekat ke masing-masing karakter adalah 0,003 meter.
Karakteristik keempat KU4e, kelima KU5e, dan keenam KU6e yang telah diperoleh yaitu jarak terdekat ke perkebunan kelapa sawit JTST dan jarak
terdekat ke lahan terbuka JTBK, jarak terdekat ke kemiringan lahan 8-15 JTK3, dan jarak terdekat ke hutan rawa gambut JTHR. JTST memiliki rata-rata
32,9 km. JTK3 memiliki rata-rata 3,4 km. JTHR memiliki rata-rata 3,8 km. Karakteristik ketujuh yang diperoleh adalah jarak terdekat ke elevasi lebih dari
1000 meter dengan jarak rata-rata 26,3 km.
Untuk karakteristik kedelapan KU8e, kesembilan KU9e, dan kesepuluh KU10e, masing-masing hasil yang diperoleh adalah jarak terdekat ke lahan
terbangun JTBG, jarak terdekat ke kemiringan lahan 0-3 JTK1, dan jarak terdekat ke kemiringan lahan 3-8 JTK2. Rata-rata jarak untuk KU8 adalah22,6
km sedangkan rata-rata jarak KU9 dan KU10 adalah 4,6 km dan 2,7 km. Jarak terdekat ke elevasi 0-300 meter merupakan karakteristik kesebelas KU11e
dengan rata-rata jarak 0,01 meter. Karakteristik keduabelas KU12e yang didapat adalah jarak terdekat ke hutan lahan kering JTHK dengan rata-rata 7,7 km.
Karakteristik terakhir KU13e yang dihasilkan adalah jarak terdekat ke kemiringan lahan 15-25 JTK4 dengan rata-rata 3,4 km.
Perbandingan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin di Kalimantan Barat dengan Kalimantan Selatan
Hasil perbandingan variabel lingkungan core dan edge habitat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Berdasarkan hasil
tersebut, disimpulkan bahwa core habitat di Kalimantan Barat berbeda nyata core habitat di Kalimantan Selatan. Begitu juga dengan Edge habitat di Kalimantan
Barat memiliki hasil uji t-student berbeda nyata dengan edge habitat di Kalimantan Selatan. Perbedaan karakteristik lanskap habitat SMA di Kalimantan
Barat dan Kalimantan Selatan berdasarkan uji t-student ini menjadikan pengelolaan lanskap habitat SMA di kedua provinsi tersebut berbeda.