Pelestarian hutan lahan kering

lanskap jangka panjang.Perolehan karakteristik habitat musim dingin SMA di Provinsi Kalimantan Barat dapatdijadikan suatu acuan untuk perencanaan ekowisata. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung terbatas supaya sesuai dengan daya dukung, pola wisata ramah lingkungan, pola wisata ramah budaya dan nilai setempat, membantu secara langsung perekonomian masyarakat adat, dan modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata WWF 2009. Supriyanto 2011 mengemukakan bahwa ada empat langkah dalam pengembangan ekowisata berbasi raptor, diantaranya adalah perencanaan, meliputi : pertimbangan tujuan konservasi jenis dan habitat burung migran atau burung non migran desain tapak, mengecek akses, atraksi, dan akomodasi ekowisata, serta pendekatan berbasis habitat dan masyarakat; pemasaran, meliputi segmen pasar serta informasi dan rencana aksi pengelola; pelaksanaan, meliputi kepastian kontrol kualitas; dan monitoring serta evaluasi dalam pengendalian dampak dan pengawasan.

d. Kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat Kalimantan Barat

Kegiatan kampanye dan sosialisasi ini perlu dilakukan kepada masyarakat Kalimantan Barat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keberadaan burung migran pada umumnya dan SMA pada khususnya. Kampanye dan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan aktivitas ini dengan badan pemerintahan atau organisasi-organisasi yang peduli dengan keanekaragaman hayati dan lingkungan.

e. Pemberian perlindungan kepada peternak penghasil lebah dan petani

yang ikut serta melestarikan keberadaan SMA Salah satu karakteristik yang menyusun habitat musim dingin SMA adalah penutupan lahan sawah dan lahan terbuka. Luas total penutupan lahan sawah di core dan edge habitat musim dingin habitat SMA yaitu 35.536 ha. Keberadaan lahan persawahan ini seringkali mengalami alih fungsi lahan.Keberadaan peternak penghasil lebah ini seringkali berada dekat dengan kawasan pertanian sehingga keberadaannya selalu berdekatan dengan lahan pertanian. Bentuk perlindungan kepada peternak lebah dan petani yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian insentif bantuan dalam pengembangan pertanian dan peternakan lebah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik masing-masing core dan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat. Terdapat sepuluh komponen utama yang menyusun karaktersitik core habitat. Karakteristik edge habitat yang diperoleh sebanyak tiga belas komponen utama. Melalui perbandingan karakteristik core dan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat dapat disimpulkan bahwa terdapat lima karakteristik utama penyusun habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat. Karakteristik utama yang diperoleh antara lain kawasan lanskap pertanian dengan tipe penutupan lahan sawah dan semak belukar rawa, hutan rawa gambut, lahan terbangun, elevasi kurang dari 300 meter, dan kelas kemiringan lahan kurang dari 25. Selain mengidentifikasi core dan edge habitat SMA di Kalbar, penelitian ini menguji perbedaan karakteristik habitat SMA di Kalbar dan Kalsel. Hasil yang diperoleh untuk uji t-student pada masing-masing core dan edge habitat adalah karakteristik habitat musim dingin SMA di Kalbar dan Kalsel berbeda nyata. Dengan diperolehnya hasil perolehan karakteristik SMA di Kalbar, rencana pengelolaan habitat musim dingin SMA di Kalbar berbeda dengan rencana pengelolaan lanskap habitat di Kalsel. Pengelolaan lanskap habitat ini dilakukan dalam jangka pendek dan jangka panjang.Pengelolaan jangka pendek dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pengelolaan habitat SMA secara umum, pengelolaan core habitat, dan pengelolaan edge habitat. Pengelolaan jangka pendek yang dapat dilakukan di core dan edge habitat antara lain sosialisasi kepada petani dan peternak lebah madu mengenai keberadaan SMA, konservasi landform agak datar hingga berbukit, dan restorasi lanskap koridor untuk konektivitas habitat SMA. Pengelolaan lanskap jangka pendek yang dapat dilakukan di core habitat yaitu konservasi badan air, pelestarian kawasan hutan mangrove, dan penetapan core habitat sebagai kawasan lindung sedangkan pengelolaan jangka pendek yang hanya dapat dilakukan di edge habitat adalah pelestarian hutan rawa gambut, pelestarian hutan lahan kering, dan kolaborasi pengelolaan lanskap dngan provinsi Kalimantan Tengah dan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Rencana pengelolaan jangka panjang terdiri atas lima poin, antara lain penetapan kawasan melalui aspek hukum, pendidikan konservasi kepada pihak pengelola lanskap, pengembangan ekowisata berbasis burung migran, kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat Kalimantan Barat, serta memberikan kepada peternak penghasil lebah dan petani yang ikut serta melestarikan keberadaan SMA. Saran Keberadaan burung seringkali bukan menjadi perhatian penting bagi masyarakat luas. Padahal dengan keberadaan burung yang ada di alam dapat menjadi suatu indikator lingkungan, terlebih lagi keberadaan burung pemangsa yang berada pada posisi top predator pada rantai makanan. Karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA di Kalbar perlu dijaga dan dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Pengelolaan lanskap habitat musim dingin perlu dilakukan agar karakteristik lanskapnya tidak mengalami perubahan. Rencana pengelolaan lanskap habitat SMA dibedakan menjadi perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Pengelolaan jangka pendek dibedakan menjadi pengelolaan secara umum, pengelolaan core habitat, dan pengelolaan edge habitat. Pengelolaan jangka pendek secara umum yang dapat dilakukan pada