Kebijakan Pemerintah Mengenai Pengelolaan Tata Ruang

ke elevasi 300-800 meter JTE3 dan jarak terdekat ke elevasi 800-1000 meter JTE4e sehingga dapat disimpulkan bahwa KU2e edge habitat adalah jarak terdekat ke elevasi 300-1000 meter. Rata-rata jarak terdekat ke masing-masing karakter adalah 0,003 meter. Karakteristik keempat KU4e, kelima KU5e, dan keenam KU6e yang telah diperoleh yaitu jarak terdekat ke perkebunan kelapa sawit JTST dan jarak terdekat ke lahan terbuka JTBK, jarak terdekat ke kemiringan lahan 8-15 JTK3, dan jarak terdekat ke hutan rawa gambut JTHR. JTST memiliki rata-rata 32,9 km. JTK3 memiliki rata-rata 3,4 km. JTHR memiliki rata-rata 3,8 km. Karakteristik ketujuh yang diperoleh adalah jarak terdekat ke elevasi lebih dari 1000 meter dengan jarak rata-rata 26,3 km. Untuk karakteristik kedelapan KU8e, kesembilan KU9e, dan kesepuluh KU10e, masing-masing hasil yang diperoleh adalah jarak terdekat ke lahan terbangun JTBG, jarak terdekat ke kemiringan lahan 0-3 JTK1, dan jarak terdekat ke kemiringan lahan 3-8 JTK2. Rata-rata jarak untuk KU8 adalah22,6 km sedangkan rata-rata jarak KU9 dan KU10 adalah 4,6 km dan 2,7 km. Jarak terdekat ke elevasi 0-300 meter merupakan karakteristik kesebelas KU11e dengan rata-rata jarak 0,01 meter. Karakteristik keduabelas KU12e yang didapat adalah jarak terdekat ke hutan lahan kering JTHK dengan rata-rata 7,7 km. Karakteristik terakhir KU13e yang dihasilkan adalah jarak terdekat ke kemiringan lahan 15-25 JTK4 dengan rata-rata 3,4 km. Perbandingan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin di Kalimantan Barat dengan Kalimantan Selatan Hasil perbandingan variabel lingkungan core dan edge habitat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa core habitat di Kalimantan Barat berbeda nyata core habitat di Kalimantan Selatan. Begitu juga dengan Edge habitat di Kalimantan Barat memiliki hasil uji t-student berbeda nyata dengan edge habitat di Kalimantan Selatan. Perbedaan karakteristik lanskap habitat SMA di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan berdasarkan uji t-student ini menjadikan pengelolaan lanskap habitat SMA di kedua provinsi tersebut berbeda. Tabel 5. Karakteristik Core Habitat Musim Dingin di Kalimantan Barat Variabel Lingkungan KU1c KU2c KU3c KU4c KU5c KU6c KU7c KU8c KU9c KU10c JTBA -0.854 -0.111 -0.009 -0.129 -0.012 0.000 -0.201 -0.213 -0.124 0.132 JTBG 0.106 0.084 0.023 0.955 -0.009 0.035 -0.114 -0.031 -0.050 -0.032 JTBK -0.505 -0.120 -0.194 0.244 -0.025 -0.002 -0.212 -0.295 0.011 0.098 JTHK 0.300 0.426 0.018 0.049 0.056 0.072 0.065 0.335 0.149 -0.008 JTHR 0.262 0.088 0.131 -0.041 0.057 0.025 0.093 0.911 0.116 -0.069 JTMG 0.709 0.029 -0.212 0.014 -0.004 0.024 0.035 0.112 -0.240 0.009 JTPS -0.160 0.292 -0.058 0.127 -0.011 -0.020 -0.106 0.056 0.037 0.005 JTSB -0.034 0.976 -0.011 0.045 0.004 0.042 -0.001 0.043 0.068 -0.033 JTSH -0.034 0.976 -0.011 0.045 0.004 0.042 -0.001 0.043 0.068 -0.033 JTST -0.443 0.268 -0.234 0.199 -0.012 0.043 -0.137 -0.086 0.046 -0.059 JTE1 0.058 0.008 -0.005 -0.010 0.993 0.055 0.009 0.045 0.038 0.045 JTE2 0.634 -0.060 0.137 -0.324 0.064 -0.022 0.052 0.134 0.027 -0.061 JTE3 0.955 -0.052 0.004 -0.023 0.035 0.017 0.092 0.095 0.007 -0.072 JTE4 0.916 -0.120 0.026 -0.154 0.042 0.045 0.142 0.064 -0.028 0.022 JTE5 0.911 -0.002 -0.048 0.326 0.016 0.053 0.004 0.019 -0.028 -0.026 JTK1 -0.114 -0.060 -0.179 -0.028 0.053 0.057 -0.085 -0.062 -0.172 0.947 JTK2 0.057 0.074 -0.001 0.033 0.055 0.991 0.027 0.021 -0.015 0.050 JTK3 0.268 -0.002 0.084 -0.123 0.011 0.032 0.929 0.092 0.056 -0.091 JTK4 -0.026 0.142 0.176 -0.055 0.046 -0.017 0.054 0.111 0.938 -0.179 JTK5 -0.065 -0.017 0.895 0.027 -0.010 0.000 0.094 0.140 0.207 -0.217 JTK6 0.168 -0.268 0.316 -0.266 0.042 0.002 0.011 0.039 0.097 -0.103 Eigenvalue 6.475 3.542 2.582 1.409 1.129 0.941 0.840 0.812 0.650 0.621 Variability 23.746 11.464 5.481 6.570 4.814 4.801 5.036 5.628 5.203 4.993 Cumulative 23.746 35.210 40.692 47.262 52.076 56.877 61.913 67.541 72.744 77.737 Keterangan : JTBA : Jarak Terdekat ke Badan Air JTBG : Jarak Terdekat ke Lahan Terbangun JTBK : Jarak Terdekat ke Lahan Terbuka JTHK : Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering JTHR : Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut JTMG : Jarak Terdekat ke Hutan Mangrove JTPS : Jarak Terdekat ke Pertanian SemakPerkebunan JTSB : Jarak Terdekat ke Semak Belukar Rawa JTSH : Jarak Terdekat ke Sawah JTST : Jarak Terdekat ke Perkebunan Kelapa Sawit JTE1 : JarakTerdekat ke Elevasi 0-300 meter JTE2 : Jarak Terdekat ke Elevasi 300-500 meter JTE3 : Jarak Terdekat ke Elevasi 500-700 meter JTE4 : Jarak Terdekat ke Elevasi 700-1000 meter JTE5 : Jarak Terdekat ke Elevasi lebih dari 1000 meter JTK1 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0-3 JTK2 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3-8 JTK3 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8-15 JTK4 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15-25 JTK5 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 25-40 JTK6 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan lebih dari 40 Tabel 6.Karakteristik Edge Habitat Musim Dingin di Kalimantan Barat Variabel Lingkungan KU1e KU2e KU3e KU4e KU5e KU6e KU7e KU8e KU9e KU10e KU11e KU12e KU13e JTBA 0.088 -0.059 0.004 0.473 -0.083 0.053 -0.186 0.117 0.090 0.183 0.082 0.098 -0.174 JTBG 0.234 -0.046 0.002 0.162 -0.040 0.081 0.010 0.912 0.010 0.044 0.087 0.136 -0.056 JTBK 0.213 -0.096 0.002 0.740 -0.009 0.090 -0.133 0.245 0.124 0.162 0.179 0.177 -0.113 JTE1 0.282 -0.043 0.001 0.204 0.036 0.080 -0.140 0.096 0.094 0.073 0.886 0.103 -0.047 JTE2 -0.138 0.222 -0.008 -0.174 0.021 -0.019 0.241 -0.075 -0.120 -0.115 -0.069 -0.068 0.199 JTE3 -0.002 0.001 1.000 0.001 -0.002 -0.001 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.001 JTE4 -0.002 0.001 1.000 0.001 -0.002 -0.001 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.001 JTE5 -0.134 0.104 0.007 -0.203 0.009 -0.062 0.912 0.009 -0.071 -0.033 -0.130 -0.057 0.030 JTHK 0.312 -0.079 -0.003 0.213 -0.007 0.130 -0.064 0.158 -0.010 0.000 0.108 0.871 -0.080 JTHR 0.092 -0.002 -0.001 0.092 0.022 0.976 -0.052 0.069 -0.018 -0.001 0.062 0.094 -0.010 JTMG -0.040 0.139 0.004 -0.028 0.008 0.080 0.097 -0.048 -0.063 -0.100 0.000 -0.023 0.053 JTPS 0.303 -0.089 0.001 0.184 -0.022 0.073 -0.110 0.246 0.119 0.032 0.176 0.150 -0.106 JTSB 0.931 -0.065 -0.003 0.158 0.020 0.060 -0.077 0.126 0.063 0.089 0.136 0.140 -0.072 JTSH 0.931 -0.065 -0.003 0.158 0.020 0.060 -0.077 0.126 0.063 0.089 0.136 0.140 -0.072 JTST 0.252 -0.081 0.001 0.861 0.035 0.088 -0.170 0.068 0.138 0.194 0.135 0.133 -0.043 JTK1 0.174 -0.108 0.001 0.268 0.031 -0.003 -0.036 0.049 0.947 0.145 0.074 -0.001 -0.101 JTK2 0.098 -0.086 0.000 0.151 0.046 -0.021 -0.066 0.011 0.180 0.879 0.079 -0.006 -0.043 JTK3 0.029 0.035 -0.004 0.011 0.995 0.021 0.007 -0.031 0.040 0.022 0.025 -0.005 0.030 JTK4 -0.118 0.135 0.002 -0.090 0.037 -0.012 0.029 -0.055 -0.043 -0.085 -0.042 -0.067 0.931 JTK5 -0.089 0.257 -0.002 -0.080 -0.015 0.043 0.097 -0.031 -0.105 -0.138 -0.002 -0.039 0.242 JTK6 -0.127 0.869 0.003 -0.119 0.053 -0.004 0.118 -0.054 -0.108 -0.110 -0.046 -0.080 0.164 Eigenvalue 6.857 2.138 2.000 1.318 1.199 0.980 0.917 0.806 0.757 0.720 0.568 0.532 0.502 Variability 10.955 4.690 9.524 9.110 4.818 4.890 5.047 5.050 5.016 4.665 4.626 4.466 5.171 Cumulative 10.955 15.645 25.170 34.280 39.098 43.988 49.034 54.084 59.100 63.764 68.391 72.857 78.027 30 Keterangan : JTBA : Jarak Terdekat ke Badan Air JTBG : Jarak Terdekat ke Lahan Terbangun JTBK : Jarak Terdekat ke Lahan Terbuka JTHK : Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering JTHR : Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut JTMG : Jarak Terdekat ke Hutan Mangrove JTPS : Jarak Terdekat ke Pertanian SemakPerkebunan JTSB : Jarak Terdekat ke Semak Belukar Rawa JTSH : Jarak Terdekat ke Sawah JTST : Jarak Terdekat ke Perkebunan Kelapa Sawit JTE1 : JarakTerdekat ke Elevasi 0-300 meter JTE2 : Jarak Terdekat ke Elevasi 300-500 meter JTE3 : Jarak Terdekat ke Elevasi 500-700 meter JTE4 : Jarak Terdekat ke Elevasi 700-1000 meter JTE5 : Jarak Terdekat ke Elevasi lebih dari 1000 meter JTK1 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0- 3 JTK2 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3- 8 JTK3 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8- 15 JTK4 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15- 25 JTK5 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 25- 40 JTK1 : Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan lebih dari 40 Tabel 7. Hasil Uji T-student Variabel Lingkungan Core Habitat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan Variabel t Observed Value |t| Critical Value p-value Two Tailed Alpha Kesimpulan Hasil JTBA 63.475 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTBG 175.760 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTBK 138.441 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTHK 80.118 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTHR 97.268 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTMG 339.101 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTPS 64.360 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTSB 129.766 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTST 57.334 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE1 -90.161 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE2 -224.378 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE3 -277.460 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE4 -362.467 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE5 101.386 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK1 22.523 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK2 55.268 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK3 111.409 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK4 84.839 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK5 116.521 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK6 213.419 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata Hipotesis :  H : Variabel Tidak Berbeda Nyata 1 H : Variabel Berbeda Nyata Tabel 8. Hasil Uji T-student Variabel Lingkungan Edge Habitat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan Variabel t Observed Value |t| Critical Value p-value Two Tailed Alpha Kesimpulan Hasil JTBA 349.673 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTBG 490.460 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTBK 402.470 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTHK 273.093 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTHR 262.469 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTMG 143.105 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTPS 338.359 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTSB 351.362 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTST 393.768 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE1 -98.935 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE2 -465.725 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE3 -524.445 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE4 -568.816 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTE5 -145.489 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK1 247.395 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK2 254.986 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK3 261.904 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK4 -10.279 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK5 -36.442 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata JTK6 -26.810 1.960 0.0001 0.05 Tolak Ho Variabel Berbeda Nyata Hipotesis :  H : Variabel Tidak Berbeda Nyata 1 H : Variabel Berbeda Nyata PEMBAHASAN Karakteristik Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat Migrasi adalah bagian utama dari siklus kehidupan dari banyak burung pemangsa di dunia dengan tujuan untuk bertahan hidup. Hal ini dikarenakan persediaan makanan di habitat berkembangbiaknya tidak mencukupi lagi akibat pengaruh cuaca sehingga mereka harus bermigrasi menuju ke daerah yang memiliki persediaan makanan yang lebih mencukupi. Menurut Hutto 1985 terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemilihan habitat suatu spesies, yaitu faktor intrinsik dari dalam habitat seperti ketersediaan makanan dan keterlindungan dari predator serta faktor ekstrinsik dari luar habitat seperti bantuan angin dan arah angin. Kebutuhan burung dalam berkembang biak dan bertahan hidup terdiri atas ketersediaan makanan, tempat untuk berkembang biak, tempat untuk beristirahat sementara, dan bernyanyi Hutto 1985. Pada habitat musim dinginnya, kebutuhan SMA yang utama adalah ketersediaan makanan dan tempat beristirahat sementara. Makanan utama SMA adalah larva lebah dan tawon yang jatuh ke permukaan tanah, lubang pohon, bahkan diambil langsung dari sarangnya ARRCN 2012. Selain itu juga, SMA mengkonsmsi lebah dewasa, tawon dewasa, lalat, dan serangga lainnya serta mamalia kecil, reptil, telur, dan burung-burung kecil. Suku dayak Mate-Mate di Kalimantan Barat menginformasikan bahwa terdapat enam spesies pohon utama yang merupakan pohon inang dari lebah madu de Jong 2000. Menurut Harmonis et al. 2006, koloni lebah Apis dorsata didapati bersarang pada beberapa jenis pohon seperti Banggeris Koompassia exelsa, Rambai Laut Sonneratia caseolaris, LomuJelemu Canarium dichotomum, Nyawai Ficus variegata, Meranti Shorea sp., Kapur Dryobalanops sp., Keruing Dipterocarpus sp., Bangkirai Shorea laevifolia, Rengas Gluta renghas, Kapuk Ceiba petandra, Karet Hevea brasiliensis, Laban Vitex pubescens, Perupuk Lophopetalum sp., Putat Planchonia valida, Kejawi dan Panggang. Banggeris merupakan pohon inang yang paling dominan di seluruh lokasi penelitian dan pohon ini dikenal sebagai pohon madu bee trees. Habitat musim dingin SMA tersusun atas core dan edge habitat. Kedua habitat ini memiliki karakteristik yang berbeda.

1. Karakteristik Core Habitat di Kalimantan Barat

Berdasarkan hasil analisis komponen utama, diperoleh bahwa variabel lingkungan yang menjadi karakteristik utama KU1c adalah kawasan lahan basah atau wetland berupa hutan mangrove, badan air, lahan terbuka, dan area dengan elevasi lebih dari 300 meter. Hutan mangrove atau hutan bakau adalah hutan yang tumbuh diatas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut Wikipedia 2012. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat yang terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Karakteristik ini diidentifikasikan sebagai lokasi SMA mencari makanan.Makanan utama SMA adalah larva lebah dan tawon-tawonan. Menurut Harmonis et al. 2006, rambai laut atau Sonneratia caseolaris adalah pohon inang bagi koloni lebah yang termasuk ke dalam famili Dipterocarpaceae yang berada di daerah pesisir dengan tipe hutan bakau. Pada tahun 2009, kondisi hutan mangrove di Provinsi Kalimantan Barat memiliki total luas 153,327 hektar BPKH Wilayah III Pontianak 2011. Elevasi lebih dari 300 meter didefinisikan sebagai kawasan yang didalamnya terdapat jenis-jenis pohon inang yang disukai oleh koloni lebah.Pohon inang yang disukai lebah umumnya tergolong ke dalam famili Dipterocarpaceae Harmonis et al. 2006. Dipterocarpaceae merupakan sekelompok tumbuhan pada daerah beriklim basah dan tumbuh pada ketinggian dibawah 1000 meter serta memiliki ukuran sangat besar dengan ketinggian pohon mencapai 70-85 meter Wikipedia 2012. Hasil KU2c merupakan kawasan lanskap pertanian dengan jenis penutupan lahan sawah dan semak belukar rawa. Lanskap pertanian merupakan suatu bentuk lanskap yang penting bagi habitat SMA. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan makanan SMA, yaitu larva lebah. Koloni suatu lebah membutuhkan nektar dari bunga untuk membangun sarangnya. Nektar tersebut diperoleh lebah dari tanaman liar atau tanaman berbunga yang ada pada suatu lahan pertanian. Hasil KU3c adalah kawasan yang memiliki karakteristik kemiringan lahan pegunungan 25-40. Pegunungan merupakan rangkaian jajaran yang dibatasi oleh dataran tinggi atau dataran yang melewati punggung gunung atau Lembah Wikipedia 2012. Habitat SMA dapat ditemukan pada kawasan dataran rendah, hutan pegunungan, serta lembah sungai dan bersarang pada pohon-pohon tinggi ARRCN 2012. Karakteristik lanskap ini merupakan karakteristik lanskap yang dapat membentuk thermal wind yang membantu SMA untuk terbang. Angin termal ini merupan kombinasi antara variasi landform dan cuaca yang baik ARRCN 2012. Hasil KU4c merupakan lanskap yang berdekatan dengan aktifitas manusia. Burung migran dapat digolongkan sebagai spesies “fugitive”, yaitu spesies yang mampu bertahan dan beradaptasi di suatu habitat baru dalam jangka waktu yang relatif singkat MacArthur et al. diacu dalam Rappole dan Jones 2003. Menurut Rappole dan Jones 2003, salah satu kategori yang menjadi habitat dari spesies “fugitive” adalah kawasan hutan hujan tropis sebagai habitat musim dinginnya. Sebagian besar burung migran tidak menggunakan kawasan hutan hujan tropis sebagai habitat musim dinginnya karena kawasan tersebut telah ditempati oleh burung non-migran yang telah memiliki territorial kekuasannya sehingga burung migran terpaksa untuk memilih habitat sekunder, marginal, bahkan habitat yang sudah tidak alami lagi. Hasil KU5c diinterpretasikan dengan kawasan yang memiliki elevasi 0- 300 meter. Hasanah 2011 menyatakan bahwa salah satu karakteristik utama penyusun habitat musim dingin SMA di Kalimantan Selatan adalah kawasan dengan karakter hutan dataran rendah dengan elevasi 0-300 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen utama kelima ini adalah hutan dataran rendah karena penutupan lahan core habitat di Kalbar adalah hutan lahan kering dengan luas penutupan lahan 60.104,5 ha. Ragam penutupan lahan core habitatdi Kalbar tersaji dalam Gambar 21. Gambar 21. Luas Area Penutupan Lahan Core Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat Karakteristik keenam KU6c dan karakteristik ketujuh KU7c yang merupakan kawasan dengan kemiringan lahan agak datar dan bergelombang. Kedua karakter tersebut erat kaitannya variasi bentukan lahan yang mempengaruhi thermal wind atau angin termal. Burung pemangsa menggunakan angin termal dan udara vertikal untuk meluncur dan melambung untuk melintasi jarak yang jauh dengan pengeluaran energi minimal Bildstein 2006. Angin termal ini merupan kombinasi antara variasi landform dan cuaca yang baik ARRCN 2012. Karakteristik kedelapan diinterpretasikan sebagai kawasan hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut merupakan bentuk kekayaan ekologi yang khas di Kalimantan Barat BPHK Wilayah III Pontianak 2011. Hutan rawa primer yang ada di provinsi ini seluas 28.007 ha dan 1.582.922 ha sebagai hutan rawa sekunder. Karakteristik penutupan lahan hutan rawa gambut ini berkaitan dengan kecukupan makanan dari SMA karena pada hutan rawa gambut didapati beberapa spesies Dipterocarpaceae yang merupakan pohon inang dari lebah madu, seperti Koompasia spp. dan Dipterocarpus spp. Karakteristik kesembilan KU9c dan karakteristik kesepuluh KU10 diinterpretasikan sebagai kawasan dengan kemiringan lahan berbukit dan datar. Kedua karakter tersebut merupakan karakteristik yang berhubungan dengan thermal wind yang terbentuk atas variasi kemiringan lahan.

2. Karakteristik Edge Habitat di Kalimantan Barat

Karakteristik utama KU1e edge habitat diinterpretasikan sebagai kawasan dengan karakteristik lanskap pertanian.berupa sawah dan semak belukar rawa. Karakteristik ini memiliki kesamaan dengan KU2c pada core habitat. Karakter ini terkait dengan keberadaan makanan SMA yaitu larva lebah. Lebah merupakan serangga penting yang berfungsi sebagai pollinator