Perbandingan Karakteristik Edge Habitat Musim Dingin SMA di Kalbar

Kalbar dan KU2e di Kalsel, serta KU13e di Kalbar dan KU4e di Kalsel. Karakteristik lanskap dengan elevasi 0-300 muncul komponen utama dengan urutan ke sebelas KU11e di Kalbar dan urutan ketujuh KU7e di Kalsel. Karakteristik lainnya yang memiliki persamaan dengan kedudukan yang berbeda adalah elevasi 500-1000 m muncul dengan urutan KU3e di Kalbar dan KU1e di Kalsel.Karakteristik terakhir yang muncul adalah elevasi lebih dari 1000 m dengan posisi KU7e Kalbar dan KU1e Kalsel. Karakteristik unik yang ada hanya pada edge habitat musim dingin Kalimantan Barat jarak terdekat ke perkebunan kelapa sawit dan jarak terdekat ke lahan terbangun. Jarak terdekat dengan badan air, hutan mangrove, elevasi 300-500 m, dan kelas kemiringan lahan pegunungan 25-40 merupakan karakteristik unik yang ada pada edge habitat musim dingin di Kalimantan Selatan. Tabel 11. Perbandingan Variabel Lingkungan Edge Habitat SMA di Kalbar dan Kalsel Komponen Utama Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Selatan Hasanah 2011 KU1 Jarak Terdekat ke Semak Belukar JTSB Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering JTHK Jarak Terdekat ke Sawah JTSH Jarak terdekat ke Elevasi 300-500 m JTE2 Jarak terdekat ke Elevasi 500-700 m JTE3 Jarak terdekat ke Elevasi 700-1000 m JTE4 Jarak terdekat ke Elevasi 1000 m JTE5 KU2 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 40 JTK6 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3-8 JTK2 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8-15 JTK3 KU3 Jarak terdekat ke Elevasi 500-700 m JTE3 Jarak Terdekat ke Lahan Terbuka JTBK Jarak Terdekat ke Sawah JTSH Jarak terdekat ke Elevasi 700-1000 m JTE4 Jarak Terdekat ke Lahan PerkebunanPersawahan JTPS KU4 Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering JTHK Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15-25 JTK4 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 25-40 JTK5 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 40 KU5 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8-15 JTK3 Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut JTHR KU6 Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut JTHR Jarak Terdekat ke Hutan Mangrove JTMG KU7 Jarak terdekat ke Elevasi 1000 m JTE5 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0-3 JTK1 Jarak Terdekat ke Elevasi 0-300 m JTE1 KU8 Jarak Terdekat ke Lahan Terbangun JTBG Jarak Terdekat ke Badan Air JTBA KU9 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0-3 JTK1 - KU10 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3-8 JTK2 - KU11 Jarak terdekat ke Elevasi 0-300 m JTE1 - KU12 Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering JTHK - KU13 Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15-25 JTK4 - Rencana Pengelolaan Lanskap Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat Migrasi satwa ke Kalimantan Barat merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.Aktifitas ini merupakan sebuah tolak ukur kondisi Provinsi Kalimantan Barat memiliki kesesuaian ekologis yang tinggi bagi burung pemangsa pada umumnya dan SMA pada khususnya sebagai kawasan tujuan migrasi. SMA merupakan indikator lingkungan karena posisinya pada rantai makanan yang berada pada top predator. Dengan keberadaan SMA, kita pun dapat menilai kualitas lanskap habitatnya yang terdiri atas komponen biotik dan abiotik, seperti air, tanah, udara, dan ketersediaan sumber daya alam. Lanskap habitat ini tidak hanya dimanfaatkan oleh SMA saja melainkan dapat memberikan manfaat kepada manusia yang ada atau tinggal disekitar habitat SMA. Dengan adanya nilai manfaat bagi lanskap dan manusia, keberadaan habitat SMA perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan lanskap habitat ini perlu dilakukan pada core dan edge habitat musim dingin SMA agar karakteristik dari kedua tipe habitat tersebut pun dapat terjaga dengan baik. Karakteristik lanskap habitat di core dan edge habitat perlu dilestarikan agar aktifitas migrasi burung pemangsa, khususnya SMA, dapat terus berlangsung. Konversi lahan yang terus berlangsung di Kalimantan Barat dapat mempengaruhi keberlanjutan karakteristik lanskap habitat SMA. Selain itu juga, aktivitas manusia yang memiliki kecenderungan untuk pemanfaatan maksimum memiliki kemampuan untuk mengurangi kualitas lingkungan suatu bentuk lanskap, dalam hal ini lanskap habitat musim dingin SMA. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengelolaan yang berintegrasi bagi pihak-pihak pengelola ataupun pimpinan yang mengambil dan membuat keputusan dalam mengelola Provinsi Kalimantan Barat. Dengan diperolehnya karakteristik core dan edge habitat musim dingin SMA, penyusunan pengelolaan lanskap habitat musim dingin SMA dapat dilakukan. Rencana pengelolaan lanskap habitat SMA ini dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan jangka waktunya, yaitu jangka pendek dan jangka panjang pada masing-masing core dan edge habitat.

1. Pengelolaan Jangka Pendek

Pengelolaan jangka pendek merupakan pengelolaan yang ditujukan untuk melestarikan keberadaan lanskap habitat musim dingin SMA di Kalimantan Selatan. Pengelolaan ini dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik core dan edge habitat yang perlu dipertahankan dan diperbaiki agar fungsinya dapat dimaksimalkan. Terdapat beberapa persamaan karakter secara umum yang ditemukan pada kedua kawasan namun memiliki tingkat kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan suatu rencana pengelolaan yang dapat dilakukan pada kedua kawasan. Upaya yang dilakukan untuk mengelola lanskap habitat musim dingin dalam jangka waktu pendek dan dapat dilakukan pada core maupun edge habitat sebagai berikut.

a. Sosialisasi kepada petani dan peternak lebah madu tentang keberadaan

SMA Berdasarkan hasil karakteristik core dan edge habitat, jarak terdekat ke sawah dan semak belukar merupakan variabel lingkungan yang berada ditemukan pada masing-masing habitat. Keberadaan sawah dan semak belukar merupakan salah satu sumber penghasil nektar bagi ketersediaan pangan SMA. Ketersediaan pangan adalah salah satu faktor intrinsik dari suatu spesies untuk bermigrasi ke kawasan lainnya Hutto 1985. Begitu pula dengan SMA yang bermigrasi ke Provinsi Kalimantan, untuk memperoleh makanan utamanya berupa larva lebah atau tawon ARRCN 2012. Keberadaan lebah madu di alam terdapat pada habitat alaminya dan habitat buatan peternakan lebah. Harmonis 2006 menyatakan bahwa habitat jenis lebah Apis dorsata yang memiliki habitat di alam liar semakin menyempit. Penyempitan ini dikarenakan adanya konversi lahan untuk kepentingan lain. Penyempitan habitat lebah madu di alam akan menyulitkan keberadaan SMA untuk melanjutkan hidupnya ketika sedang bermigrasi ke habitat musim dinginnya. Solusi yang dapat diusulkan adalah dengan membuat budidaya lebah madu khususnya Apis cerana atau Apis mellifera. Sosialisasi ini penting dilakukan kepada para peternak lebah agar melakukan kegiatan budidaya lebah madu sehingga SMA dapat memanfaatkan kegiatan budidaya ini untuk memakan larva madu dikawasan budidaya lebah seperti pada kawasan konservasi Ninety Nine Peaks di Taiwan. Dengan diketahuinya keberadaan SMA oleh peternak lebah diharapkan konflik yang mengancam keberadaan SMA dapat dikurangi dan SMA pun dapat memperoleh sumber pakannya.

b. Konservasi landform agak datar hingga berbukit

Kemiringan lahan yang disukai SMA adalah kemiringan lahan dengan variasi 0-40 yang merupakan kelas kemiringan lahan agak datar hingga berbukit.Kemiringan lahan tersebut dijumpai baik pada core maupun edge habitat SMA di Kalbar. Walaupun tingkat kepentingan variabel lingkungan terhadap kemiringan lahan berbeda-beda, kemiringan lahan ini membentuk suatu variasi landform yang dapat membantu SMA untuk terbang.Variasi landform ini mempengaruhi kondisi angin termal yang dimanfaatkan SMA untuk terbang dengan energi minimum ARRCN 2012. Konservasi landform dilakukan dengan cara menyesuaikan pembangunan provinsi dengan Rancangan Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP Kalimantan Barat. RTRWP Kalbar telah mengklasifikasikan penggunaan wilayah sesuai dengan fungsinya, sebagai kawasan budidaya atau kawasan lindung. Sebaiknya pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat ini sesuai dengan rencana wilayahnya dan kawasan yang telah ditetapkan menjadi kawasan lindung tidak terganggu dengan aktifitas budidaya.

c. Restorasi Lanskap Koridor untuk Konektivitas Habitat SMA

Ekologi suatu lanskap terdiri atas empat prinsip, antara lain patch, edges tepi, koridor, dan mosaik Dramstad et al. 1996. Habitat SMA terdapat pada jangkauan area yang sangat luas. Tidak hanya mencakup skala kota atau provinsi bahkan mencakup skala regional yang terdiri dari beberapa negara. Keberadaan habitat musim dingin SMA disusun atas beberapa karakteristik penutupan lahan yang beragam diantaranya adalah perkebunan kelapa sawit KU4e, lahan terbangun KU4c dan KU8e, dan lahan terbuka KU1c dan KU4e. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 2011, Kalimantan Barat menempati posisi kelima area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia dengan luas keseluruhan 540.835 ha. Hampir seluruh wilayah administrasi Kalbar merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai kebun kelapa sawit. Core dan edge habitat SMA sebagian besar tersebar di utara Kalimantan Barat dimana luasan perkebunan kelapa sawit di dalamnya berkisar antara 1-100.000 ha. Dapat disimpulkan bahwa, Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki tingkat ancaman yang cukup tinggi terhadap konversi lahan Gambar 26. Untuk menghadapi kerusakan habitat, perencanaan dan perancangan keterhubungan suatu lanskap perlu dilakukan dengan cara menyediakan koridor pergerakan satwa liar yang menghubungkan antar patch. Gambar 26. Ilustrasi Kondisi Penutupan Lahan Antara Core dan Edge Habitat di Provinsi Kalimantan Barat Sumber : www.flickr.com Patch didefinisikan sebagai area permukaan nonlinear yang memiliki perbedaan tampilan terhadap lingkungan disekitarnya Forman dan Gordon 1986. Patches membentuk suatu derajat isolasi tertentu, efek dan tingkat keberlanjutannya tergantung atas kehadiran suatu spesies tertentu Darmstad et al. 1996. Akibat adanya konversi penutupan lahan di Kalbar, keberadaan patch ini cenderung terputus sehingga menimbulkan isolasi bagi satu jenis spesies saja. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu konektivitas antar patch. Konektivitas telah dideskripsikan sebagai suatu perpanjangan pergerakan bagi flora dan fauna yang tidak hanya berbentuk linear Hansson dalam Hilty et al. 2006. Untuk membentuk suatu konektivitas antar patch, diperlukan suatu perencanaan koridor yang menghubungkan kedua patch yang telah terputus. Koridor ini berfungsi sebagai tempat sementara yang menyediakan pakan dan istirahat bagi SMA.Terdapat dua macam koridor penghubung antar patch, yaitu koridor yang kontinu dan diskontinu. Bentuk koridor kontinu yang paling sering dijumpai dan dapat diaplikasikan adalah shelterbelts. Shelterbelts adalah suatu area yang ditanami dengan pohon dan semak dalam suatu susunan barisan untuk memecah angin Brandle 2011. Shelterbelts berfungsi sebagai pelindung angin, pertanian dan peternakan, jalan raya dapat diaplikasikan dengan cara membentuk grid pada perkebunan kelapa sawit, serta keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati ini membantu menjaga kestabilan suatu rantai makanan dan mengontrol hama dan penyakit tanaman secara ekologis. Ilustrasi shelterbelts dapat dilihat pada Gambar 27. Selain itu juga, menurut Hannon dan Sisk 2009, lebah memiliki ketertarikan terhadap hedgerows jajaran asosiasi tanaman dalam suatu baris karena ketersediaan sumber pakan yang ada pada suatu jajaran asosiasi tanaman memudahkan pergerakan lebah madu yang merupakan pakan utama SMA. Lebar minimum shelterbelts yang direkomendasikan adalah 75-150 meter Brandle 2011. Gambar potongan shelterbelts dapat dilihat pada Gambar 29.