8 tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan
pengembangan suatu produk. b.
Pengeluaran pendapatan Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan, antara lain biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.
2.1.2 Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Menurut Horngren et al. 2000, pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dilakukan untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur, atau
mengevaluasi biaya dalam berbagai kegiatan. Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel bertujuan untuk,
1. Perhitungan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu 2. Penyusunan anggaran fleksibel
3. Kalkulasi biaya langsung dan analisa margin kontribusi 4. Analisa impas dan analisis Cost-Volume-Profit
5. Analisis biaya diferensial dan komparatif 6. Analisis atas maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya dalam jangka pendek
7. Analisis penganggaran barang modal 8. Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk, dan pelanggan
Biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel untuk perhitungan analisis Cost-Volume-Profit.
2.2 Laba
Rugi dan Laba merupakan hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang
sama, apabila semua penghasilan lebih besar dibandingkan biaya, maka selisihnya adalah laba bersih dan apabila semua penghasilan lebih kecil dibandingkan semua
biaya, selisihnya adalah rugi bersih Supriyono, 2007. Menurut Dealin and Maher 1991 perhitungan laba dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
9
……………………….1
2.3 Cost-Volume-Profit Analysis
Horngren et al. 2008 menyatakan, bahwa analisis biaya-volume-laba Cost-Volume-Profit Analysis CVP menguji perilaku pendapatan total, biaya
total, da laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk. Analisis CVP dipakai untuk
menentukan berapa banyak unit produk baru yang harus dijual agar mencapai titik impas. Menurut Horngren et al. 2008 the managers of profit seeking
organizations usually study the effect of output volume revenue sales, expense cost and net income net profit. This study is commonly called Cost-Volume-
profit CVP analysis. Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan
kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan
dengan tingkat laba perusahaan. CVP Analysis help managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in many
business decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ
and what type of productive facilities to aquire Garrison et al., 2000. Analisis CVP menyajikan informasi kepada manajemen mengenai dampak perubahan
biaya, pendapatan, volume, dan bauran produk terhadap laba Rayburn, 1999.
2.3.1 Breakeven Point Analysis
Titik impas Breakeven Point adalah volume penjualan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Meskipun analisis impas merupakan konsep statis,
namun penerapannya pada situasi yang dinamis akan membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan operasi Rayburn, 1999. Menurut
Garrison dan Norrine 2000, Breakeven point is the point where the total revenue equals total cost and as the point where total contribution margin equal total
fixed costs. Breakeven Point Analysis untuk multiple product dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
10 …………......2
2.3.2 Marjin Kontribusi
Marjin kontribusi contribution marginCM adalah hasil penjualan dikurangi semua beban variabel untuk produksi, pemasaran, dan administrasi.
Margin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per
unit, atau sebagai presentase Rayburn, 1999. Menurut Hansen dan Mowen 2000, marjin kontribusi per unit dapat diperoleh dari harga jual per unit
dikurangi biaya variabel per unit, jadi marjin kontribusi per unit adalah sisa hasil penjualan setelah menutup biaya variabel yang disumbangkan untuk menutup
biaya tetap. …………………....3
Marjin kontribusi per unit merupakan alat yang sangat berguna untuk menghitung marjin kontribusi dan laba operasi.
………….4 ...5
Di samping menggambarkan marjin kontribusi dalam nilai uang per unit, dapat digambarkan pula ke dalam bentuk persentase. Presentase Marjin
Kontribusi yang juga disebut rasio marjin kontribusi adalah marjin kontribusi per unit dibagi dengan harga jual.
…………….………….…………..6 Sehingga untuk mendapatkan BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut: ……………….………...7
……………………..8
11 …………………………………..….9
2.3.3 Bauran Penjualan Sales Mix
Bauran penjualan adalah kuantitas berbagai produk yang mewakili unit penjualan total perusahaan Horngren et al., 2008. Berbeda dengan situasi yang
hanya memiliki satu produk, jumlah unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas pada perusahaan multiproduk tergantung pada bauran penjualan. Untuk
menghitung titik impas, dapat dihitung dengan marjin kontribusi rata-rata tertimbang Weighted Average Unit Contribution Margin WACM. Rumus yang
dapat digunakan yaitu: ...…………………………………………….…..10
Kemudian, dapat dihitung Breakeven sales in total units untuk menghitung titik impas dalam bentuk jumlah unit produksi dengan rumus sebagai berikut:
………………………………………………………..11 Selain itu, dapat juga menghitung titik impas pendapatan untuk kasus multi
produk dengan menggunakan persentase margin kontribusi rata-rata tertimbang.
……………………………….….…...12
………….…13
2.4 Usaha Kecil Menengah
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Menegkop dan UKM, bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil UK adalah
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah UM merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang
12 memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil
Menengah, menyatakan bahwa ada beberapa kriteria untuk Usaha Kecil Menengah.
1 Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah.
2 Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah.
2.5 Analisis Trend