Breakeven Point Analysis Bauran Penjualan Sales Mix

9 ……………………….1

2.3 Cost-Volume-Profit Analysis

Horngren et al. 2008 menyatakan, bahwa analisis biaya-volume-laba Cost-Volume-Profit Analysis CVP menguji perilaku pendapatan total, biaya total, da laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk. Analisis CVP dipakai untuk menentukan berapa banyak unit produk baru yang harus dijual agar mencapai titik impas. Menurut Horngren et al. 2008 the managers of profit seeking organizations usually study the effect of output volume revenue sales, expense cost and net income net profit. This study is commonly called Cost-Volume- profit CVP analysis. Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan dengan tingkat laba perusahaan. CVP Analysis help managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in many business decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ and what type of productive facilities to aquire Garrison et al., 2000. Analisis CVP menyajikan informasi kepada manajemen mengenai dampak perubahan biaya, pendapatan, volume, dan bauran produk terhadap laba Rayburn, 1999.

2.3.1 Breakeven Point Analysis

Titik impas Breakeven Point adalah volume penjualan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Meskipun analisis impas merupakan konsep statis, namun penerapannya pada situasi yang dinamis akan membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan operasi Rayburn, 1999. Menurut Garrison dan Norrine 2000, Breakeven point is the point where the total revenue equals total cost and as the point where total contribution margin equal total fixed costs. Breakeven Point Analysis untuk multiple product dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 10 …………......2 2.3.2 Marjin Kontribusi Marjin kontribusi contribution marginCM adalah hasil penjualan dikurangi semua beban variabel untuk produksi, pemasaran, dan administrasi. Margin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai presentase Rayburn, 1999. Menurut Hansen dan Mowen 2000, marjin kontribusi per unit dapat diperoleh dari harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit, jadi marjin kontribusi per unit adalah sisa hasil penjualan setelah menutup biaya variabel yang disumbangkan untuk menutup biaya tetap. …………………....3 Marjin kontribusi per unit merupakan alat yang sangat berguna untuk menghitung marjin kontribusi dan laba operasi. ………….4 ...5 Di samping menggambarkan marjin kontribusi dalam nilai uang per unit, dapat digambarkan pula ke dalam bentuk persentase. Presentase Marjin Kontribusi yang juga disebut rasio marjin kontribusi adalah marjin kontribusi per unit dibagi dengan harga jual. …………….………….…………..6 Sehingga untuk mendapatkan BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ……………….………...7 ……………………..8 11 …………………………………..….9

2.3.3 Bauran Penjualan Sales Mix

Bauran penjualan adalah kuantitas berbagai produk yang mewakili unit penjualan total perusahaan Horngren et al., 2008. Berbeda dengan situasi yang hanya memiliki satu produk, jumlah unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas pada perusahaan multiproduk tergantung pada bauran penjualan. Untuk menghitung titik impas, dapat dihitung dengan marjin kontribusi rata-rata tertimbang Weighted Average Unit Contribution Margin WACM. Rumus yang dapat digunakan yaitu: ...…………………………………………….…..10 Kemudian, dapat dihitung Breakeven sales in total units untuk menghitung titik impas dalam bentuk jumlah unit produksi dengan rumus sebagai berikut: ………………………………………………………..11 Selain itu, dapat juga menghitung titik impas pendapatan untuk kasus multi produk dengan menggunakan persentase margin kontribusi rata-rata tertimbang. ……………………………….….…...12 ………….…13

2.4 Usaha Kecil Menengah