Keadaan Sosial Pola perpindahan merek mie instan

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2009. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,97, sekunder sebesar 26,23 dan primer sebesar 2,80. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,85, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,64, industri jasa pengolahan sebesar 14,96. Demikian juga pada tahun 2010, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,86, disusul sektor sekunder sebesar 26,46 dan sektor primer sebesar 2,68. Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 26,92 dari lapangan usaha perdaganganhotelrestoran, lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,95 dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 14,97.

4.5 Keadaan Sosial

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonom, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi buknlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM Kota Medan pada tahun 2007 mencapai 77.65. Kota Medan mendapat urutan kedua setelah Kota Pematang Siantar. Meningkatnya nilai IPM Kota Medan tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Medan, hal ini antara lain terlihat dari besarnya peranan pihak swasta didalam penyediaan fasilitas pendidikan. Peningkatan IPM Kota Medan mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya beli masyarakat dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan meningkatnya konsumsi daya beli per kapita masyarakat Kota Medan. Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses transisi yang terjadi di Kota Medan seperti perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.

4.6 Karakteristik konsumen sampel penelitian

Kelas sosial konsumen sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen baik dalam pembelian maupun mengkonsumsi suatu produk Suryani, T, 2008. Sampel penelitian ini adalah konsumen mie instan dengan berbagai merek. Karakteristik konsumen meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, status pendidikan, dan pendapatan. Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik tersebut.

4.6.1 Karakteristik konsumen sampel menurut kelompok umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu produk. Dari 138 responden sampel, keadaan umur sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur No Kelompok umur Tahun Jumlah Orang Frekuensi 1 10-14 7 5 2 15-19 20 15 3 20-24 28 20 4 25-29 34 25 5 30-34 13 9 6 35-39 13 9 7 40-44 8 6 8 45-49 9 7 9 50-54 6 4 Jumlah 138 100 Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Untuk lebih jelasnya, karakteristik sampel menurut kelompok umur, akan disajikan pada diagram 2 berikut ini. Diagaram 2 : 5 15 20 25 9 9 6 7 4 Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur 10-14th 15-19th 20-24th 25-29th 30-34th 35-39th 40-44th 45-49th 50-54th Berdasarkan data dari tabel 5, dapat diketahui bahwa range umur rata-rata konsumen sampel adalah 25 – 29 sebanyak 34 orang 25. Dari umur rata-rata tersebut secara umum konsumen mie instan tergolong masih dalam usia produktif, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman dan pengetahuan konsumen tentang suatu produk merek mie instan sudah cukup banyak, dan konsumen sudah dapat mengambil keputusan. Data ini menjelaskan juga bahwa konsumen sampel sebagian besar masih muda.

4.6.2 Karakteristik konsumen sampel menurut tingkat pendidikan

Perilaku membeli konsumen yang satu dengan yang lainnya tidak sama tergantung pada tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pola hidup dan sosial seseorang. Karakteristik sampel penelitian dengan berbagai latar belakang pendidikan dapat disajikan pada diagram 3 sebagai berikut. Diagram 3 1 6 38 19 36 Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan SD SMP SMA DIPLOMA SARJANA Sumber: diolah dari data lampiran 1 Dari diagram 3, dapat diketahui bahwa status pendidikan sampel terendah adalah Sekolah Dasar SD dengan proporsi sebanyak 2 orang 1, sedangkan proporsi sampel tertinggi adalah Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak 53 orang 38. Kebutuhan konsumen senantiasa berubah seiring dengan meningkatnya pendidikan. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi juga pemenuhan akan kebutuhan hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen maka pola pikir konsumen juga akan lebih maju dan berkembang dan konsumen tentu lebih selektif dan rasional dalam membuat keputusan membeli mie instan. Konsumen yang mempunyai pendidikan cukup tinggi akan cenderung tanggap terhadap informasi yang diterimanya sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk.

4.6.3 Karakteristik konsumen sampel menurut status pekerjaan

Menurut Sumarwan 2003, pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan konsumen. Dan selanjutnya jenis pekerjaan responden akan mempengaruhi pendapatan yang mereka terima. Pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsinya yang selanjutnya akan mempengaruhi daya beli konsumen terhadap suatu produk dalam hal ini adalah pembelian mie instan. Jenis pekerjaan sering dianggap sebagai indikator sosial. Hal ini dapat dipahami karena pekerjaan berkaitan langsung dengan kedudukan seseorang di masyarakat. Data 138 responden dengan beragam latar belakang mata pencaharian dapat disajikan pada tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan status pekerjaan No Pekerjaan Jumlah Orang Frekuensi 1 Pelajar 21 15,2 2 Mahasiswa 29 21,0 3 Wiraswasta 24 17,4 4 Pegawai Swasta 19 13,8 5 Pegawai Negeri 19 13,8 6 Ibu Rumah Tangga 26 18,8 Jumlah 138 100 Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa konsumen yang paling banyak membeli mie instan adalah para mahasiswa yaitu sebanyak 29 orang 21. Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, berpandangan jauh, jujur, kreatif, tangguh dan berani menanggung resiko. Dari status pekerjaan, sampel yang sudah memiliki pendapatan tetap adalah wiraswasta, pegawai swasta dan pegawai negeri dengan proporsi 88 orang 64. Sedangkan yang tidak memiliki penghasilan tetap ada sebanyak 50 orang 36. Seperti pelajar dan mahasiswa, konsumen sampel ini masih bergantung pada penghasilan orang tua. Sedangkan ibu rumah tangga yang bergantung pada suami kepala rumah tangga dengan proporsi sebesar 26 orang 18,8. Hal ini menunjukkan bahwa mie instan dikonsumsi oleh semua konsumen dari berbagai latar belakang jenis pekerjaan.

4.6.4 Karakteristik pengeluaran konsumen sampel

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli seseorang. Pendapatan sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Pengeluaran adalah suatu nilai yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Besar kecilnya pengeluaran seseorang tergantung pada tingkat penghasilan, besar kecilnya jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan kedudukan sosial, dan tingkat harga kebutuhan. Karakteristik pengeluaran konsumen sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Distribusi karakteristik pengeluaranbulan sampel untuk konsumsi pangan No Jumlah Pengeluaranbulan Rp Jumlah Orang Frekuensi 1 100.000-500.000 11 7,97 2 600.000-1.000.000 46 33,34 3 1.100.000-1.500.000 14 10,15 4 1.600.000-2.000.000 37 26,82 5 2.100.000-2.500.000 14 10,15 6 2.600.000-3.000.000 12 8,69 7 3.100.000-3.500.000 3 2,18 8 3.600.000-4.000.000 1 0,72 Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah pengeluaran konsumen sampel untuk memenuhi kebutuhan pangan selama satu bulan pada range Rp. 100.000-500.000 ialah konsumen yang tergolong pelajar. Rp. 600.000-1.000.000 ialah konsumen yang tergolong mahasiswa. Sedangkan besar pengeluaran yang lebih dari Rp. 1.000.000 ialah konsumen sampel yang tergolong konsumen yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, dan ibu rumah tangga. Besar pengeluaran yang tertinggi berada pada range Rp. 1.600.000-2.000.000 dengan proporsi 37 orang 26,82. Data tersebut menunjukkan bahwa ekonomi konsumen sampel sebagian besar adalah menengah keatas. Semakin tinggi pendapatan maka pengeluaran seseorang semakin tinggi pula, karena tingkat kebutuhannya juga meningkat.

4.6.5 Karakteristik jumlah tanggungan konsumen sampel

Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan antara lain sebagai inisiator yang memberikan inisiatifgagasan awal, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli, dan pengguna. Jumlah pembelian mie instan dan pemilihan merek juga disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga yang disesuaikan dengan selera masing-masing anggota keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin banyak pula pertimbangan dalam memilih merek suatu produk. Jumlah tanggungan konsumen sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jumlah tanggungan konsumen sampel No Jumlah Tanggungan Jumlah Orang Frekuensi 1 54 39,13 2 1 9 6,53 3 2 34 24,64 4 3 30 21,74 5 4 9 6,52 6 5 2 1,44 Sumber: Data diolah dari lampiran 1 Berdasarkan data dari tabel 8, proporsi tertinggi konsumen mie instan pada penelitian ini adalah konsumen yang tidak memiliki tanggungan yaitu sebanyak 54 orang 39,13. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa sebagian besar konsumen yang tidak memiliki tanggungan adalah konsumen yang belum menikah atau memiliki keluarga. Anggota keluarga dapat saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi suatu produk. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kemungkinan pengambilan keputusan dipengaruhi keluarga semakin besar. Sehingga anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan konsumsi suatu produk. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk makanan yang dijual di pusat – pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi dibidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih tanggap terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan ini ternyata secara tidak langsung merubah selera dan kebiasaan masyarakat dalam memilih produk pangan yang akan di konsumsinya. Kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang sudah semakin dinamis dikarenakan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat melakukan upaya – upaya yang lebih keras untuk menutupi kebutuhannya tersebut. Saat ini masyarakat semakin sibuk dengan jam kerja yang lebih panjang, yang mendorong konsumen untuk memilih makanan dengan penyajiannya lebih praktis tetapi tetap beragam. Perkembangan konsumsi makanan instan yang berbasis gandum dari tahun ke tahun memperlihatkan tren yang positif dan semakin berkembang. Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Tidak dapat dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Peran mie instan tidak hanya sebagai bahan pokok tetapi dapat pula berperan sebagai lauk – pauk sehingga sering dijumpai masyarakat yang makan nasi dengan lauk mie instan. Hal ini dimungkinkan karena mie instan dapat di proses dengan mudah dan praktis dan dapat memenuhi selerasebagian besar masyarakat baik orang dewasa maupun anak – anak. Satu takaran saji mie instan yang berjumlah 80 gram dapat menyumbangkan energi sebesar 4400 kkal, yaitu sekitar 20 dari total kebutuhan energi harian 2000 kkal. Kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan dari natriumnya yang tinggi, yang kurang menguntungkan bagi konsumen yang memiliki maag. Agar gizi dapat terpenuhi ketika mengkonsumsi mie instan, cara baik mengkonsumsi mie instan dengan menambah menu yang berasal dari bahan dasar hewani dan sayur-sayuran berserat. Anonimous, 2011 Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK, konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Anonimous, 2011 Penelitian ini dilakukan pada konsumen mie instan yang berada di kota Medan dengan jumlah responden sebanyak 138 orang dari 21 kecamatan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perpindahan merek mie instan yang dilakukan konsumen.

5.1 Pertimbangan konsumen dalam memilih dan berpindah merek produk mie instan

5.1.1 Konsumen mie instan saat ini berdasarkan merek

Mie instan sudah merupakan salah satu makanan favorit warga Indonesia khususnya di Kota Medan. Bisa dipastikan hampir setiap orang telah mencicipi mie instan atau mempunyai persediaan mi instan di rumah. Bahkan tak jarang orang membawa mie instan saat ke luar negeri atau ke luar kota sebagai persediaan makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner kepada 138 konsumen dari 21 kecamatan di Kota Medan, diperoleh data merek mie instan yang dikonsumsi oleh konsumen sebagai berikut. Tabel 9. Jumlah konsumen mie instan dari berbagai merek Sumber: Data diolah dari lampiran 2 Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa 2 merek mie instan yang paling diminati oleh konsumen adalah Indomie dan Mie sedap. Sedangkan untuk mie instan dengan merek Sarimi, Supermie, Abc, dan merek lainnya memiliki jumlah konsumen Merek mie instan Konsumen saat ini Proporsi Indomie 67 49 Mie Sedap 45 33 Supermie 13 9 Sarimi 8 6 Abc 5 4 Jumlah 138 100 yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena Indomie merupakan merek mie instan yang sudah lama dikenal masyarakat melalui iklan dan promosi yang dilakukan oleh produsen. Selain itu juga produsen Indomie mampu mendistribusikan produk mereka hingga tersebar ke berbagai tempat. Dan harga yang ditetapkan oleh produsen terjangkau dan ekonomis. Untuk merek Mie Sedap, mie instan merek ini dapat dikatakan masih termasuk merek baru dibandingkan dengan merek Indomie. Namun merek Mie Sedap mampu bersaing dengan Indomie, terbukti jumlah konsumen yang menempati urutan kedua. Hal ini disebabkan mie sedap memiliki cita rasa masakan yang dapat memuaskan konsumen, dan sering ada promo untuk menarik pelanggan. Namun harga yang ditetapkan produsen relatif mahal dibandingkan merek yang lainnya. Sedangkan untuk merek Supermie, Sarimi, Abc mie instan dengan merek ini sudah lama ada di pasaran dibandingkan dengan mie sedap, namun posisi ketiga merek mie instan ini dapat dikatakan telah digeser oleh merek Mie Sedap, meskipun demikian ketiga merek mie instan ini mampu mendistribusikan produk hingga tersebar ke berbagai tempat sehingga konsumen dapat memperolehnya diberbagai tempat. Selain itu, harga yang ditetapkan juga masih relatif murah. Menurut Kotler 2001, Keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan yang rumit antara faktor-faktor internal yaitu budaya kebudayaan, subbudaya, dan kelas sosial, sosial kelompok acuan, keluarga, peran dan status, pribadi umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian , dan psikologi pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap dari pembeli. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal yang menimbulkan persepsi konsumen yaitu faktor stimulus pemasaran yang terdiri atas produk, harga, distribusi, dan promosi Umar, 2000.

5.1.2 Pertimbangan konsumen memilih dan berpindah merek mie instan

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard 1990, Perilaku konsumen merupakan tindakan - tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan kuisoner alasan yang dikemukakan oleh konsumen dalam memilih merek mie instan berbeda-beda untuk lebih jelas, alasan konsumen memilih merek mie instan akan disajikan pada tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Alasan konsumen memilih merek mie instan No Alasan memilih merek Indom ie M ie S eda p Su pe rm i Sa rimi Abc 1 Harganya ekonomismurah 12 - 6 1 - 2 Promosi yang menarik 14 13 - 5 1 3 Tergolong produk terkenal 17 6 - 2 - 4 Kemasan menarik - 2 - - 1 5 Mudah diperoleh 9 2 5 - - 6 Informasi nilai gizi 2 4 - - - 7 Cita rasa masakan 7 17 2 - 1 8 Kebiasan dari keluarga 6 - - - 2 9 Rekomendasi dari temanoranglain - 1 - - - Total konsumen 67 45 13 8 5 Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa alasan konsumen memilih untuk mengkonsumsi mie instan dengan merek Indomie adalah karena harganya ekonomismurah, tergolong produk terkenal, mudah diperoleh tersedia di banyak tokokedai, kebiasaan dari keluarga, promosi yang dilakukan menarik konsumen, cita rasa masakan dan informasi nilai gizi. Dari seluruh konsumen yang memilih Indomie, banyak dari konsumen tersebut mengatakan alasan mereka adalah karena Indomie tergolong produk terkenal dengan proporsi sebesar 25,4, bukan karena kemasan menarik atau adanya rekomendasi dari temanoranglain. Sedangkan mie instan merek Mie sedap dipilih konsumen karena cita rasa masakan, informasi nilai gizi, dan promosi menarik, ada juga yang mengatakan mudah diperoleh, kemasan menarik dan rekomendasi dari teman. Dari seluruh konsumen yang memilih mie sedap, sebagian besar mengatakan alasan mereka memilih mengkonsumsi mie instan dnegan merek mie sedap adalah karena cita rasa masakan dengan proporsi sebesar 37,8, bukan karena harganya yang ekonomis, atau kebiasaan dari keluarga. Tabel 11. Alasan konsumen berpindah merek mie instan Alasan berpindah merek Dari merek - ke merek Jumlah Indom ie - S eda p Indom ie - S upe rm ie Indom ie - S ar imi Indom ie - Abc S eda p - I ndom ie S eda p – S upe rm ie S eda p - Abc S upe rm ie –I ndom ie S upe rm ie – S eda p S upe rm ie - S ar imi S upe rm ie - Abc S ar imi - I ndom ie S ar imi - S eda p S ar imi - S upe rm ie S ar imi - Abc Abc – I ndom ie Abc - S eda p Abc - S upe rm ie Abc - S ar imi L ai nnya - I ndom ie Sekedar mencoba 7 1 1 1 4 2 1 1 3 - 1 1 - 1 - 1 - 3 - 6 Rekomendasi Temanoranglain - - - - 5 2 - - - - - 1 - - - 1 - - - - Adanya promosi atau iklan 11 - 2 - 6 1 - 3 3 2 - 2 3 - - 2 1 - 1 - Adanya diskonhadiah menarik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Ketidakpuasan pasca konsumsi 3 2 1 - 6 - - 4 - - - 2 - - 2 4 - - - - Rasa Penasaran 4 - - - 8 - - - 4 - - - 2 - - - - - - - Jumlah 122 Ada dua faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu, faktor keluarga internal, dan faktor lingkungan eksternal. Salah satunya adalah faktor lingkungan, faktor lingkungan ini melalui komunikasi seperti komunikasi dari individu ke individu atau komunikasi kelompok, komunikasi pemasaran iklan. Setelah konsumen membuat keputusan membeli suatu merek, konsumen melakukan evaluasi, selama proses dari evaluasi ini konsumen akan belajar dari pengalaman dan merubah pola pikirnya, mengevaluasi merek sebekumnya dan memilih merek yang disukai saat ini. Pengalaman konsumen ini secara langsung akan berpengaruh pada pembelian yang dilakukan berikutnya. Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa ada 122 orang 88,4 konsumen yang berpindah merek. Diantaranya, ada 34 orang 27,8 konsumen yang mengatakan alasan mereka berpindah merek adalah sekedar mencoba, kemudian 9 orang 7,4 konsumen mengatakan alasan mereka berpindah karena adanya Rekomendasi dari temanoranglain. Sedangkan 37 orang 30,3 konsumen lainnya mengatakan alasan mereka berpindah merek adalah karena adanya promosi atau iklan. Selanjutnya, 24 orang 19,7 konsumen lainnya mengatakan alasan mereka berpindah merek adalah karena ketidakpuasan pasca konsumsi dan 18 orang 14,8 mengatakan karena rasa penasaran terhadap merek mie instan tersebut. Dengan demikian dapat dilihat bahwa alasan konsumen sampel berpindah merek mie instan yang paling banyak yaitu karena Adanya promosi atau iklan yang menarik, dan sekedar mencoba.

5.2 Pola perpindahan merek mie instan

Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan perpindahan merek dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena alasan tertentu. Brand switching ini merupakan bagian dari loyalitas merek dimana seorang pengguna yang setia menggunakan merek tertentu Durianto dan Sitinjak, 2001. Dari hasil pengolahan data 138 kuesioner diperoleh data jumlah konsumen saat ini dan konsumen sebelumnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa ada 122 orang 88,4 konsumen yang pernah berganti merek mie instan selama satu tahun terakhir. Perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen tersebut akan menghasilkan pola perpindahan merek mie instan ke merek lainnya, sehingga perlu diketahui perolehan data masing-masing konsumen mie instan yang sebenarnya. Data jumlah konsumen saat ini dan konsumen sebelumnya ≤ 1 tahun lalu akan disajikan pada tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Pola perpindahan merek Brand Switching Patern mie instan ≤1 tahun di kota Medan D ar i m er ek Merek Mie Instan Ke merek Indomie Mie Sedap Supermie Sarimi Abc Konsumen sebelumnya Indomie 10 25 3 4 1 43 Mie Sedap 29 4 5 - 1 39 Supermie 8 10 1 2 1 22 Sarimi 6 5 1 1 2 15 Abc 8 1 3 1 - 13 Lainnya 6 - - - - 6 Kons. saat ini 67 45 13 8 5 138 Sumber: Data diolah dari lampiran 2 Tabel 12 merupakan tabel yang memperlihatkan pola perpindahan merek dari satu merek ke merek lainnya. Baris horizontal merupakan merek yang dikonsumsi sebelumnya dan kolom vertikal sebagai merek yang dikonsumsi saat ini. Masih pada tabel 12 dapat diketahui bahwa konsumen Indomie saat ini yang berjumlah 67 orang berasal dari 10 orang 15 konsumen yang loyal terhadap merek Indomie, 29 orang 43 yang berpindah dari Mie Sedap, 8 orang 12 dari Supermie, 6 orang 9 dari Sarimi, 8 orang 12 dari Abc, dan 6 orang 9 dari merek lainnya. Sedangkan untuk konsumen Mie Sedap yang saat ini berjumlah 45 orang berasal dari 4 orang 9 konsumen yang loyal terhadap merek Mie sedap selebihnya berasal dari 25 orang 56 yang berpindah dari Indomie, 10 orang 22 dari merek Supermie, 5 orang 11 dari Sarimi dan 1 orang 2 dari merek Abc. Selanjutnya, konsumen Supermie saat ini yang berjumlah 13 orang berasal dari 1 8 orang konsumen yang loyal terhadap merek supermie, 3 orang 23 konsumen yang berpindah dari Indomie, 5 orang 38 dari Mie Sedap, dan 1 orang 8 dari merek Sarimi, dan 3 orang 23 dari merek Abc. Demikian seterusnya untuk merek Sarimi Abc, dan Lainnya. Dengan memperhatikan tabel diatas dapat diketahui bahwa masing – masing merek mie instan memiliki konsumen yang loyal terhadap merek tersebut. Namun dapat dilihat pada merek Indomie, merek tersebut memiliki konsumen yang loyal terbanyak dari merek yang lainnya. Tingkat persaingan yang tinggi dapat menyebabkan pergeseran loyalitas jonsumen mie instan. Kondisi ini mendorong perusahaan senantiasa melakukan riset pemasaran terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk mie instan. Oleh karena itu upaya memuaskan pelanggan sangat penting. Hasil data penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit, sehingga diharapkan produsen dapat menyusun strategi dan program yang tepat untuk memuaskan pelanggannya. Pada tabel 13 akan dijelaskan Jumlah konsumen mie instan dari berbagai merek pada sebelumnya dan pada saat ini. Tabel 13. Jumlah konsumen mie instan sebelumnya dan saat ini di kota Medan ≤ 1thn lalu No Merek Mie Instan Konsumen Sebelumnya Konsumen Saat ini Perolehan Kehilangan 1 Indomie 43 67 57 33 2 Mie Sedap 39 45 41 35 3 Supermie 22 13 12 21 4 Sarimi 15 8 7 14 5 Abc 13 5 5 13 6 Lainnya 6 - - 6 Total konsumen 138 138 122 122 Sumber: Data diolah dari lampiran 2 Tabel 13 menunjukkan bahwa saat ini Indomie menjadi merek Mie instan yang paling banyak dipilih untuk dikonsumsi oleh konsumen pada saat ini adalah merek Indomie yang dikonsumsi oleh 67 orang 49 responden di kota Medan. Akan tetapi jika diperhatikan jumlah konsumen mie instan merek Indomie sebelumnya ada sebanyak 43 orang 31. Hal ini menunjukkan bahwa Indomie memperoleh penambahan pelanggan dari pelanggan mie instan merek lain sebanyak 24 orang 18 selama 1 tahun terakhir, yang berpindah ke merek lain. Konsumen Indomie sebanyak 24 orang tersebut berpindah dari merek Mie Sedap, Supermie, Sarimi, Abc, dan merek lainnya dengan alasan sekedar mencoba, rekomendasi teman, adanya promosi atau iklan, ketidakpuasan pasca konsumsi dan rasa penasaran. Akan tetapi selain konsumen yang berpindah ke merek Indomie, ada juga konsumen indomie yang berpindah merek dengan alasan sekedar mencoba, adanya iklanpromosi, rasa pensaran dan ketidakpuasan setelah mengkonsumsi merek sebelumnya. Sama seperti merek Indomie, merek Mie Sedap yang merupakan merek mie instan kedua yang paling banyak dipilih konsumen untuk dikonsumsi saat ini, yang dikonsumsi oleh 45 orang 33 responden di kota Medan, sedangkan sebelumnya konsumen yang mengkonsumsi mie instan merek Mie Sedap ada sebanyak 39 orang 28. Hal ini menunjukkan bahwa Mie Sedap memperoleh penambahan pelanggan sebanyak 6 orang selama 1 tahun terakhir, yang berpindah dari merek Indomie, Supermie, Sarimi, dan Abc ke merek Mie Sedap dengan alasan yang berbeda – beda, dan faktor – faktor yang menjadi pertimbangan konsumen untuk berpindah merek mie instan. Selanjutnya merek Supermie yang sebelumnya dikonsumsi oleh 22 orang 16, amun saat ini merek supermie dikonsumsi konsumen sebanyak 13 orang 9. Dengan kata lain supermie mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 9 orang 7, yang berpindah ke merek Indomie, Mie Sedap, Sarimi, dan Abc dengan alasan yang berbeda – beda. Kemudian pada merek Sarimi, sebelumnya konsumen yang mengkonsumsi merek mie instan ini ada sebanyak 15 orang 11, namun saat ini jumlah yang mengkonsumsi merek Sarimi ada sebanyak 8 orang 6. Sarimi juga mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 7 orang 5, yang berpindah ke merek Indomie, Mie Sedap, Supermie, Abc. Demikian juga dengan merek Abc sebelumnya jumlah konsumen Abc sebanyak 13 orang 9, dan saat ini jumlah konsumen Abc ada sebanyak 8 orang 6. Dengan demikian merek mie instan Abc juga mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 5 orang 3 yang berpindah ke merek Indomie, Mie Sedap, Supermie, Sarimi dengan alasan yang berbeda – beda juga. Demikian juga dengan merek mie instan lainnya yang sebelumnya memiliki konsumen sebanyak 6 orang 4, namun konsumen tersebut berpindah ke merek Indomie, sehingga konsumen merek lain mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 6 orang. Secara lebih rinci data perolehan dan kehilangan pelanggan pada setiap merek mie instan yang diteliti akan disajikan pada tabel 14 dan tabel 15. Dengan memperhatikan tabel tersebut dapat diketahui berapa banyak jumlah konsumen yang diperoleh setiap merek mie instan dan berapa banyak jumlah konsumen yang hilang dari setiap merek mie instan. Tabel 14. Data perolehan pelanggan pada berbagai merek mie instan No Merek Mie Instan Perolehan Indomie Mie Sedap Supermie Sarimi Abc 1 Indomie - 25 3 4 1 2 Mie Sedap 29 - 5 - 1 3 Supermie 8 10 - 2 1 4 Sarimi 6 5 1 - 2 5 Abc 8 1 3 1 - 6 Lainnya 6 - - - - Jumlah Perolehan 57 41 12 7 5 Sumber: Data diolah dari lampiran 2 Pada tabel 14 menunjukkan bahwa Indomie memperoleh tambahan pelanggan sebanyak 57 orang 47 yang berasal dari merek Mie Sedap 29 orang 24, Supermie 8 orang 6,5, Sarimi 6 orang 5, Abc 8 orang 6,5, dan dari merek lainnya sebanyak 6 orang 5. Sedangkan untuk merek Mie Sedap memperoleh tambahan pelanggan sebanyak 41 orang 34, yang berasal dari Indomie 25 orang 21, Supermie 10 orang 8, Sarimi 5 orang 4, dan Abc 1 orang 1. Selanjutnya untuk merek Supermie memperoleh tambahan pelanggan sebanyak 12 orang 10, yang berasal dari merek Indomie 3 orang 2,5, Mie Sedap 5 orang 4, Sarimi 1 orang 1, Abc 3 orang 2,5. Kemudian merek Sarimi memperoleh tambahan pelanggan sebanyak 7 orang 6, yang berasal dari merek Indomie 4 orang 3, Mie Sedap 2 orang 2, dan dari Sarimi 1 orang 1. Demikian juga dengan merek Abc yang mendapatkan tambahan pelanggan sebanyak 5 orang 4 yang berasal Indomie 1 orang 1, Mie Sedap 1 orang 1, Supermie 1 orang 1, dan Sarimi 2 orang 1. Selain data perolehan, pada tabel 15 berikut ini juga akan disajikan data kehilangan pelanggan pada berbagai merek mie instan. Tabel 15. Data kehilangan pelanggan pada berbagai merek mie instan No Merek Mie Instan Kehilangan Indomie Mie Sedap Supermie Sarimi Abc Lainnya 1 Indomie - 29 8 6 8 6 2 Mie Sedap 25 - 10 5 1 - 3 Supermie 3 5 - 1 3 - 4 Sarimi 4 - 2 - 1 - 5 Abc 1 1 1 2 - - 6 Lainnya - - - - - - Jumlah Kehilangan 33 35 21 14 13 6 Sumber: Data diolah dari lampiran 2 Tabel 15 menjelaskan data kehilangan pelanggan mie instan yang berpindah ke merek lain. Pada merek Indomie, merek ini mengalami kehilangan pelanggan yang berjumlah 33 orang 27, yaitu 25 orang 20 konsumen sampel yang beralih ke merek Mie Sedap, 3 orang 2,5 ke Supermie, 4 orang 3 ke Sarimi, 1 orang 1 ke Abc. Dapat dikatakan bahwa ada 33 orang konsumen Indomie yang tidak setia dengan merek tersebut. Selanjutnya, pada merek Mie Sedap, merek mie instan ini kehilangan pelanggan yang berjumlah 35 orang 29, yaitu 28 orang 23 berpindah ke merek Indomie, 5 orang 4 ke Supermie, 1 orang 1 ke Abc. Dengan kata lain ada 6 orang 5 konsumen Mie Sedap yang tidak setia dengan merek tersebut. Sedangkan untuk merek Supermie mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 21 orang 17, yaitu 8 orang 6,5 konsumen sampel berpindah ke merek Indomie, 10 orang 8 ke merek Mie Sedap, 2 orang ke merek Sarimi, dan 1 orang 1 ke merek Abc. Dapat dikatakan bahwa ada 21 pelanggan yang tidak setia dengan merek Supermie. Berikutnya adalah merek Sarimi yang mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 14 orang 11, yaitu 6 orang 5 ke merek Indomie, 5 orang 4 ke merek Mie Sedap, 1 orang 1 ke merek Supermie, dan 2 orang 2 ke merek Abc. Dengan demikian dapat dikatakan juga ada 14 pelanggan yang tidak setia dengan merek tersebut. Lainnya Sama halnya dengan merek yang terakhir yaitu merek Abc, yang mengalami kehilangan pelanggan sebanyak 13 orang 11 , yaitu 8 orang 6,5 ke merek Indomie, 1 orang 1 ke merek Mie Sedap, 3 orang 2,5 ke merek Supermie, dan 1 orang 1 ke Sarimi. Dengan kata lain ada 13 orang pelanggan yang tidak setia dengan merek Abc.

5.3 Kondisi estimasi pangsa pasar dari berbagai jenis merek produk mie instan dengan Rantai markov