5.3.2 Kondisi estimasi pangsa pasar Market Share merek mie instan dengan
rantai markov
Dalam bukunya, Siagian 2006, menyatakan bahwa analisis Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa
sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang. Dalam analisis Markov
yang dihasilkan adalah suatu informasi probabilistik yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan, jadi analisis ini bukan suatu teknik optimisasi
melainkan suatu teknik deskriptif.
Menurut Husein Umar 2003, Rantai markov adalah salah satu model riset operasi yang banyak dipakai dalam manajemen operasional. Model ini dapat
dikembangkan untuk aplikasi dalam pemasaran. Pada eksibit ini, model ini tidak dapat dipaparkan lagi, tetapi langsung diaplikasikan untuk peramalan
market – share dengan dukungan kuisoner sebagai alat pengumpul datanya.
Asumsi-asumsi dalam Rantai Markov hanya berhubungan dengan keadaan transisi. Asumsi-asumsi dalam Rantai Markov adalah sebagai berikut:
d. Jumlah probabilitas transisi keadaan adalah 1
e. Probabilitas transisi tidak berubah selamanya
f. Probabilitas transisi hanya tergantung pada status sekarang, bukan periode
sebelumnya.
Untuk menghitung prediksi pangsa pasarmarket share masing-masing merek mie instan, perlu diketahui terlebih dahulu besarnya probabilitas transisi masing-
masing merek.
Probabilitas transisi adalah probabilitas pergerakan dari keadaan Ei ke Ej, dinotasikan dengan Pij. Untuk memperoleh matriks probabilitas transisi atau
matriks P diperlukan pengamatan yang teliti terhadap kondisi sistem pada satu period ke periode yang berikutnya.
Dimyati, A. 2006 Probabilitas transisi ini diperoleh dari pola perpindahan merek atau
brand switching patern pada tabel 12. Jika diasumsikan bahwa pergeseran diantara merek mie instan dianggap stabiltetap maka dapat dihitung probabilitas
transisinya dengan menggunakan persamaan 3.4. P
ij
= ……………………………………………………. 3.4
Demikian juga untuk perhitungan selanjutnya sehingga diperoleh probabilitas transisi seperti yang disajikan pada tabel 17 berikut ini.
Tabel 17. Probabilitas transisi
D ar
i m er
ek Merek Mie
Instan Ke merek
Indomie Mie
Sedap Supermie
Sarimi Abc
Indomie 0,23
0,58 0,07
0,09 0,02
Mie Sedap 0,74
0,10 0,13
- 0,03
Supermie 0,36
0,45 0,05
0,09 0,05
Sarimi 0,4
0,33 0,07
0,07 0,13
Abc 0,62
0,08 0,23
0,08 -
Lainnya 1,0
- -
- -
Market Share 0,49
0,33 0,10
0,06 0,04
Dari rumus dan tabel 17, dapat dijelaskan bahwa untuk mengetahui probabilitas transisi suatu merek perpindahan dari merek i ke merek j, dapat diperoleh
dengan pembagaian antara jumlah konsumen mie instan yang berpindah dari
merek i ke merek j dalam periode t dengan jumlah konsumen mie instan merek i pada awal periode t.
Dengan demikian, jika dilihat pada tabel dapat dijelaskan bahwa pada konsumen mie instan merek Indomie yang loyal setia probabilitas transisi nya adalah 0,23,
yang diperoleh dari jumlah konsumen mie instan merek indome yang loyal sebesar 10 orang, dibagi dengan jumlah konsumen mie instan merek indomie
sebelumnya, yaitu sebesar 43 orang, sehingga diperoleh 0,23.
Kemudian probabilitas transisi pada merek Indomie yang berpindah ke merek Mie Sedap ada sebesar 0,58, yang diperoleh dari jumlah konsumen mie instan merek
Mie Sedap sebesar 35 orang dibagi dengan jumlah konsumen mie instan merek indomie sebelumnya ada sebanyak 43 orang, sehingga diperoleh 0,58. Begitu juga
seterusnya untuk hasil probabilitas transisi pada konsumen merek yang lainnya.
Kemudian hasil dari probabilitas transisi di atas selanjutnya digunakan untuk menghitung pangsa pasar pada periode yang akan datang. Probabilitas transisi di
atas kemudian dijadikan sebagai matriks probabilitas transisi yang selanjutnya disimbolkan dengan P sedangkan baris Market Share di atas disebut sebagai
pangsa pasar awal yang disimbolkan dengan MK
0.
Untuk menghitung prediksi pangsa pasar pada periode yang akan datang dapat menggunakan persamaan 3.5 yaitu MK
t
= MK
t-1.
P atau dengan mengalikan pangsa pasar pada periode pertama dengan matriks probabilitas transisi.
Berdasarkan tabel 18 diketahui MK dan matriks probabilitas transisi P sebagai
berikut:
MK = [0,49 0,33 0,10 0,06 0,04]
dan
Maka untuk menghitung prediksi pangsa pasar produk - produk merek mie instan tersebut pada periode kedua, yaitu 1 tahun pertama berikutnya digunakan
persamaan sebagai berikut:
MK
1
= MK .P
MK
1
= [0,44 0,38 0,09 0,06 0,03]
Dan selanjutnya adalah prediksi pangsa pasar pada periode ketiga, yaitu 1 tahun kedua berikutnya digunakan persamaan sebagai berikut:
MK
2
= MK
1.
P
MK
2
= [0,46 0,36 0,09 0,05 0,03]
Berdasarkan perhitungan di atas maka prediksi pangsa pasar selama 3 periode pada berbagai merek mie instan yang dikonsumsi konsumen di Kota Medan dapat
diketahui. Prediksi pangsa pasar pada periode pertama, kedua, dan ketiga untuk masing-masing produk mie instan dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Prediksi pangsa pasar periode pertama, periode kedua, dan periode ketiga
No Merek mie
instan Pangsa pasar
periode I Pangsa pasar
periode II Pangsa pasar
periode III Rata-rata
1 Indomie
49.00 44.00
46.24 46.28
2 Mie Sedap
33.00 38.00
36.11 35.57
3 Supermie
9.00 9.00
9.22 9.21
4 Sarimi
6.00 6.00
5.22 5.67
5 Abc
4.00 3.00
3.21 3.27
Jumlah 100
100 100
100 Pada tabel 18, dapat dilihat besarnya prediksi pangsa pasar berbagai merek mie
instan yang dikonsumsi oleh konsumen di Kota Medan selama 3 periode. Dengan penggunaan analisis Rantai Markov maka dapat dibuat peramalan pangsa pasar
masing-masing merek dengan kemungkinan meningkat atau menurun pada tiap periode sehingga membantu produsen dalam pertimbangan untuk membuat
keputusan produksi.
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui nilai estimasi pangsa pasar masing-masing merek mie instan yaitu dilihat dari besarnya nilai rata-rata. Besarnya nilai rata-rata
tersebut menunjukkan besarnya pangsa pasar optimal yang dapat dicapai oleh masing-masing merek mie instan. Sedangkan pergeseran pangsa pasar masing-
masing merek mie instan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik prediksi pangsa pasar berbagai merek mie instan
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa Indomie sebagai merek yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen, pada periode kedua mengalami penurunan,
pada periode pertama 49 menjadi 44 pada periode kedua. Sedangkan pada period ketiga merek indomie mengalami peningkatan dari periode kedua,
sehingga pangsa pasar periode ketiga menjadi 46,24 dari 44 pada pangsa pasar periode kedua.
Berbeda halnya dengan merek Mie sedap sebagai merek mie instan kedua yang paling banyak dikonsumsi. Pada periode kedua merek mie sedap mengalami
peningkatan sebesar 5 sehingga pangsa pasar periode pertama 33 menjadi 38 dan ketika periode ketiga mie sedap mengalami penurunan dari periode
kedua, sehingga pangsa pasar periode ketiga menjadi 36,11.
Sedangkan untuk merek Supermie, pada periode kedua supermie tidak mengalami pergeseran dari periode pertama, sehingga pangsa pasar periode kedua masih
sama dengan periode pertama, dan pada periode ketiga supermie mengalami peningkatan dari periode kedua sehingga pangsa pasar periode ketiga menjadi
9,22. Hal ini merupakan peluang yang baik untuk merek Supermie dalam persaingan pasar.
Selanjutnya untuk merek Sarimi, pada periode awal pangsa pasar Sarimi sebesar 6, namun pada periode kedua Sarimi tidak mengalami pergeseran. Pada periode
ketiga Sarimi mengalami penurunan, sehingga pangsa pasar Sarimi berubah menjadi 5,22 dari periode kedua.
Sedangkan untuk merek terakhir yaitu merek Abc memiliki pangsa pasar sebesar 4 pada periode pertama dan mengalami penurunan pada periode kedua menjadi
3 dan pada periode ketiga Abc mengalami peningkatan dari periode kedua sehingga pangsa pasar menjadi 3,21.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan