Mie Instan Tinjuan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjuan Pustaka

2.1.1 Mie Instan

Mie instan merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Mie instan sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok Anonimous, 2011. Mie instan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh PT Lima Satu Sankyu yang berdiri pada bulan April 1968. Pada 1977 perusahaan ini merubah namanya menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia yang lantas dirubah lagi menjadi PT Supermie Indonesia sesuai dengan merk dagang utamanya Supermie Anonimous, 2011. Permintaan mie instan dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan, sehingga industri mie instan segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung secara lebih sehat. Semua produsen mie instan segmen menengah atas tersebut serentak menaikkan harga jual produknya menyesuaikan dengan kenaikan biaya produksi yang tinggi Anonimous,2011. Demikian juga halnya dengan masalah mie instan yang sering masuk dalam berita di media dan menjadi isu hangat dengan ditariknya peredaran beberapa produk mie instan Indonesia dari Taiwan. Dari 93 milyar bungkus mie instan yang ada di seluruh dunia Indonesia menempati nomor urut ke 2 dalam konsumsi mie instan. Jika dilihat dari kandungan nutrisi yang ada pada mie instan, meski kaya akan karbohidrat, sebenarnya sangat miskin protein. Masalahnya adalah, sebagian masyakat Indonesia ada yang menggunakan mie instan ini sebagai lauk ataupun sayur berkuah yang digunakan sebagai teman nasi dalam kehidupan konsumsi sehari-hari. Sungguh suatu kondisi yang mengenaskan, sudah banyak makan nasi dengan karbohidrat tinggi, masih juga makan mie instan yang juga mengandung karbohidrat tinggi Anonimous,2011. Masalah kedaulatan pangan ini berkait dengan industri mie instan di Indonesia. Pertanyaan pokoknya adalah sejauh mana produsen mie instan dapat menggunakan sumber bahan baku dari jenis pangan yang ada di dalam negeri, seperti yang disebutkan di atas. Dalam logika yang sederhana, menggunakan sumber bahan baku dalam negeri akan berdampak positif terhadap pertanian, karena permintaan terhadap hasil pertanian dalam negeri akan meningkat—yang berarti meningkatkan pula harga jualnya. Meski masih dalam skala kecil, kami mengapresiasi upaya sejumlah kalangan yang membuat terobosan dengan memproduksi mie instan dari bahan baku sagu dan umbi-umbian Anonimous,2011.

2.1.2 Konsumsi Mie Instan