Estimasi Pangsa Pasar Dari Berbagai Jenis Merek Produk Mie Instan Dengan Menggunakan Rantai Markov

(1)

ESTIMASI PANGSA PASAR DARI BERBAGAI JENIS MEREK

PRODUK MIE INSTAN DENGAN MENGGUNAKAN

RANTAI MARKOV

SKRIPSI

OLEH :

KARTIKA FIDESIA PURBA

080304061

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ESTIMASI PANGSA PASAR DARI BERBAGAI JENIS MEREK

PRODUK MIE INSTAN DENGAN MENGGUNAKAN

RANTAI MARKOV

SKRIPSI

OLEH :

KARTIKA FIDESIA PURBA

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat

Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing :

Ketua

Anggota

Ir. Luhut Sihombing, MP.

196510081992031001

195702171986032001

Dr. Ir. Salmiah. MS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

KARTIKA FIDESIA PURBA: Estimasi Pangsa Pasar Dari Berbagai Jenis Produk Mie Instan Dengan Menggunakan Rantai Markov di Kota Medan, dibimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP dan Dr. Ir. Salmiah, MS.

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa persaingan yang ketat diantara pelaku dunia usaha untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat/ konsumen baik melalui peningkatan mutu atau kualitas dengan menggunakan teknologi tinggi maupun peningkatan sumber daya manusia. analisis Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang. Persaingan untuk mendapatkan yang terbaik telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Tidak dapat dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima merek yang diteliti, Indomie merupakan merek yang paling banyak diminati, dengan berbagai pertimbangan konsumen


(4)

RIWAYAT HIDUP

Kartika Fidesia Purba lahir di Pematang Siantar pada tanggaL 03 November 1990 dari ayah Jarasmen Purba, SH dan Ibu Masriani Saragih. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU, Program Studi Agribisnis.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) DI Desa Rawang Lama kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan, dari tanggal 05 Juli hingga 30 Juli 2012. Pada bulan Agustus 2012 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kota Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Estimasi Pangsa Pasar Dari Berbagai Jenis Produk Mie Instan Dengan Menggunakan Rantai Markov” dengan daerah penelitian di Kota Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan banyak hal yang sudah beliau ajarkan dan kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa menuntun, membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Jasa bapak dan ibu tidak akan dapat dibalas dengan apapun. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada kakak-kakakku tersayang Kak lisbet, kak runi dan kak yani, buat bantuannya selama ini, mulai dari perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini, semua canda tawa, omelan dan nasehat kakak tak akan terlupakan.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat dalam untuk keluargaku, Papa dan mama, Jarasmen Purba, SH dan Masriani Saragih, yang sangat mengasihi dan menyayangiku, mendukungku, dan tidak pernah lupa mendoakanku, memberikan semangat dalam segala proses hingga skripsi ini selesai walaupun jauh dan banyaknya tuntutan pekerjaan tetapi perhatian dan kasih sayang Papa dan Mama selalu kami rasakan. Tuhan Yesus memberkati Papa dan mama. Kepada adik-adikku tersayang, Meirani Solafide Purba, Rolahi Isura


(6)

Purba, Brian Octorio Purba, dan sepupuku Agri Mandasari Damanik yang mengisi hari-hari dengan penuh warna, dukungan, doa dan semangat dari kalian membuatku bisa menyelesaikan skripsi ini. Bahkan buat keluarga besar Purba dan Saragih terimakasih untuk dukungan, semangat dan doanya selama ini.

Tak Lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih untuk teman-temanku, terkhusus sahabatku Rika Febriani Ginting, Sisilia Marshella Silitonga, Beby Andrea Sinulingga, Steffi S.C. Saragih, Puji Adelina Siahaan, Romelia Junita Hutajulu, Sarah Pathricia Nainggolan, kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku, terimakasih buat kebersamaan, kasih sayang, perhatian dan dukungan kalian selama ini mulai dari mahasiswa baru hingga kini, tetap semangat dan sukses terus untuk kita semua. Buat teman-teman seperjuangan Agribisnis Stambuk 2008, terimakasih buat dukungan dan doanya, bahkan buat pemuda GKPS Padang Bulan Medan yang sudah mendukungku dalam doa. Terkhusus buat abangku Helova Leonard Panjaitan, SP yang selalu ada setiap saat, senang, sedih, kecewa, putus asa, terimakasih banyak buat waktu, tenaga, dukungan dan semangat yang sangat banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Maaf sudah banyak merepotkan, kiranya Tuhan Yesus membalas semua kebaikan abang selama ini.

Bahkan buat semua pihak yang sudah banyak mendukung penulis, baik dari instansi yang terkait dengan skripsi ini, para responden yang sudah mengisi kuisoner sehingga proses skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Mie instan ... 6

2.1.2 Konsumsi Mie instan ... 7

2.1.3 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Permintaan dan Penawaran ... 10

2.2.2 Pangsa Pasar (Market Share) ... 14

2.2.2 Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 15

2.2.3 Perpindahan Merek (Brand Switching) ... 17

2.2.4 Konsep Perpindahan Merek ... 20

2.2.5 Rantai Markov (Markov Chain) ... 22

2.3 Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 28

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 31


(8)

3.5 Defenisi dan BatasanOperasional ... 33

3.5.1 Defenisi ... 33

3.5.2 BatasanOperasional ... 34

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Sejarah Kota Medan ... 35

4.2 Kondisi Geografis Kota Medan ... 36

4.3 Keadaan Penduduk Kota Medan ... 37

4.3.1 Kondisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

4.3.2 Kondisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 40

4.4 Keadaan Ekonomi ... 41

4.5 Keadaan Sosial ... 43

4.6 Karakteristik Konsumen Sampel Penelitian... 44

4.6.1 Karakteristik Konsumen Sampel Menurut Kelompok Umur ... 45

4.6.2 Karakteristik Konsumen Sampel Menurut Tingkat Pendidikan ... 46

4.6.3 Karakteristik Konsumen Sampel Menurut Status Pekerjaan ... 48

4.6.4 Karakeristik Pengeluaran Konsumen Sampel ... 49

4.6.5 Jumlah Tanggungan Konsumen Sampel ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertimbangan Konsumen Dalam Memilih dan Berpindah Merek Produk Mie Instan ... 52

5.1.1 Konsumen Merek Mie Instan Saat Ini ... 54

5.1.2 Pertimbangan Konsumen Memilih dan Berpindah Merek Mie Instan . 56 5.2 Pola Perpindahan Merek Mie Instan ... 60

5.3 Kondisi Estimasi Pangsa Pasar Dari Berbagai Jenis Merek Produk Mie Instan Dengan Rantai Markov ... 68

5.3.1 Perhitungan Pangsa Pasar Awal ... 68

5.3.2 Kondisi Estimasi Pangsa Pasar dari Berbagai Merek Mie Instan dengan Rantai Markov ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1 Jumlah sampel tiap kecamatan 30

Tabel 2 Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2010

37

Tabel 3 Karakteristik penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan

39

Tabel 4 Struktur perekonomian kota Medan tahun 2008-2010 42 Tabel 5 Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur 45 Tabel 6 Distribusi sampel berdasarkan status pekerjaan 48 Tabel 7 Distribusi karakteristik pengeluaran/bulan sampel untuk

konsumsi pangan

49

Tabel 8 Jumlah tnggungan konsumen sampel 51

Tabel 9 Jumlah konsumen mie instan dari berbagai merek 54 Tabel 10 Alasan konsumen memilih merek mie instan 57 Tabel 11 Alasan konsumen berpindah merek mie instan 58 Tabel 12 Pola perpindahan merek (Brand Switching Patern) mie instan

(≤1 tahun) di kota Medan

60

Tabel 13 Jumlah konsumen mie instan sebelumnya dan saat ini di kota Medan (≤ 1thn lalu)

62

Tabel 14 Data perolehan pelanggan pada berbagai merek mie instan 65 Tabel 15 Data kehilangan pelanggan pada berbagai merek mie instan 66 Tabel 16 Perolehan pangsa pasar (Market Share) awal merek mie instan 69


(10)

Tabel 17 Probabilitas transisi 71 Tabel 18 Prediksi pangsa pasar periode pertama, periode kedua, dan

periode ketiga


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1 Proses pengambilan keputusan pembelian 10

Gambar 2 Skema kerangka pemikiran 27


(12)

DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman

Diagram 1 Diagram 2 Diagram 3

Penduduk Kota Medan menurut mata pencaharian Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan

40 45 46


(13)

ABSTRAK

KARTIKA FIDESIA PURBA: Estimasi Pangsa Pasar Dari Berbagai Jenis Produk Mie Instan Dengan Menggunakan Rantai Markov di Kota Medan, dibimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP dan Dr. Ir. Salmiah, MS.

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa persaingan yang ketat diantara pelaku dunia usaha untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat/ konsumen baik melalui peningkatan mutu atau kualitas dengan menggunakan teknologi tinggi maupun peningkatan sumber daya manusia. analisis Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang. Persaingan untuk mendapatkan yang terbaik telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Tidak dapat dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima merek yang diteliti, Indomie merupakan merek yang paling banyak diminati, dengan berbagai pertimbangan konsumen


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik dari pada pesaingnya. Produk dengan mutu jelek, harga yang mahal, penyerahan produk yang lambat bisa membuat pelanggan merasa tidak puas, walaupun dengan tingkatan yang berbeda. Pelanggan yang merasa tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Hal ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba perusahaan (Supranto, 2006).

Salah satu aset terbesar perusahaan adalah merek (brand). Merek dapat digunakan untuk membangun persepsi. Merek mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan kepastian pelanggan. Merek merupakan “aset prestisius”. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki brand equity (ekuitas merek) yang kuat. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Beberapa produk dengan kualitas, model, features

(karakteristik tambahan dari produk) yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen. Produk dengan brand equity yang kuat akan membentuk


(15)

brand platform (landasan merek) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang lama. Dan jika merek telah diterima konsumen, praktis hal ini akan menguntungkan perusahaan dengan perolehan laba penjualannya (Rangkuti, 2002).

Umar (2000) mengatakan bahwa dalam era globalisasi yang didorong oleh kemajuan pesat di bidang teknologi, liberalisasi perdagangan, serta faktor-faktor lain, jumlah merek dan produk yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak sehingga konsumen memiliki beragam pilihan dan alternatif produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam keadaan demikian maka posisi tawar konsumen terhadap produsen menjadi lebih kuat karena konsumen kini mampu mengakses dan menjangkau produk atau jasa yang diinginkan meskipun produk atau jasa tersebut terletak jauh dari tempat dimana konsumen tersebut berada.

Berbagai macam pilihan produk baik barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen, memberikan kesempatan bagi konsumen untuk melakukan konsumsi dengan berbagai pilihan merek. Beragamnya merek produk yang ditawarkan kepada konsumen membuat konsumen memiliki kesempatan untuk beralih dari satu merek ke merek lainnya. Oleh karena itu, produsen perlu melakukan berbagai macam langkah dalam mempertahankan dan meningkatkan loyalitas merek yang sudah dibangun sebelumnya. Loyalitas merek merupakan suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang (Mowen dan Minor, 2002).


(16)

Menurut Swastha (2002), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Seperti ketidakpuasan konsumen, perilaku, persaingan, dan harga. Perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen juga dapat disebabkan oleh pencarian variasi (variety seeking) yang dipengaruhi oleh promosi penjualan maupun iklan yang dilakukan oleh produsen dalam strategi memasarkan dan mempertahankan produk mereka dari kompetitor.

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa persaingan yang ketat diantara pelaku dunia usaha untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas lagi. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat/ konsumen baik melalui peningkatan mutu atau kualitas dengan menggunakan teknologi tinggi maupun peningkatan sumber daya manusia. Persaingan untuk mendapatkan yang terbaik telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Semakin banyak perusahaan sejenis yang beroperasi dengan produk atau jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat/konsumen dapat menentukan pilihan sesuai kebutuhan dan selera masing-masing. (Mowen dan Minor, 2002)

Salah satunya adalah perusahaan yang menghasilkan mie instan. Mie instan yang beredar di pasaran seperti kita ketahui terdiri dari 2 jenis yaitu mie basah dan mie kering. Selain jenis juga terdiri dari berbagai merek dengan karakteristik masing-masing. Contohnya Indomie, Sarimi, Mie Sedap, Supermie, Mie ABC, dan lain sebagainya. Dengan berbagai merek tersebut maka masing-masing perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan konsumen/pelanggan yang mungkin bisa


(17)

berpindah ke merek lain karena alasan kepuasan, selera/perilaku, kesehatan, harga, waktu, dan persaingan.

Produk mie instan sebagaimana diketahui adalah salah satu produk makanan cepat saji yang semakin lama semakin banyak digemari masyrakat karena kemudahan dalam hal penyajiannya. Produk ini merupakan makanan cepat saji yang biasa dikonsumsi karena harganya yang terjangkau, mudah didapatkan dan sifatnya yang tahan lama. Kota Medan dengan jumlah penduduk 2.121.053 orang dan jumlah rumah tangga sebanyak 493.390 pada tahun 2009 merupakan pasar potensial bagi para produsen mie instan baik jenis mie basah maupun kemasan (bermerek) untuk memasarkan produknya. Karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka akan terdapat perbedaan dan keragaman karakteristik masyarakat termasuk perilaku konsumsinya. Menyikapi kondisi tersebut maka agar para produsen dapat bertahan dalam persaingan, mereka harus dapat mengidentifikasi, mengetahui dan menyesuaikan keinginan serta harapan konsumen dengan produk yang dihasilkannya.

1.1Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka disusun permasalahan sebagai berikut:

1) Apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih dan berpindah merek produk mie instan?

2) Bagaimana gambaran pola perpindahan merek (brand switching) mie instan yang dilakukan oleh konsumen?

3) Bagaimana kondisi estimasi pangsa pasar dari berbagai jenis merek produk mie instan di masa mendatang dengan menggunakan Rantai Markov?


(18)

1.2Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk:

1) Untuk menganalisis apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih dan berpindah merek produk mie instan.

2) Untuk menjelaskan pola perpindahan merek mie instan dari satu merek ke merek lainnya yang dilakukan oleh konsumen di Kota Medan.

3) Untuk mengetahui kondisi estimasi pangsa pasar dari berbagai jenis merek produk mie instan di masa mendatang dengan menggunakan Rantai Markov.

1.3Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan mempertahankan merek agar tetap menjadi pilihan konsumen mengingat persaingan antar merek yang semakin meningkat.

2) Sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis Rantai Markov.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1Tinjuan Pustaka

2.1.1 Mie Instan

Mie instan merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Mie instan sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok (Anonimous, 2011).

Mie instan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh PT Lima Satu Sankyu yang berdiri pada bulan April 1968. Pada 1977 perusahaan ini merubah namanya menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia yang lantas dirubah lagi menjadi PT Supermie Indonesia sesuai dengan merk dagang utamanya Supermie (Anonimous, 2011).

Permintaan mie instan dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan, sehingga industri mie instan segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung secara lebih sehat. Semua produsen mie instan segmen menengah atas tersebut serentak menaikkan harga jual produknya menyesuaikan dengan kenaikan biaya produksi yang tinggi (Anonimous,2011).

Demikian juga halnya dengan masalah mie instan yang sering masuk dalam berita di media dan menjadi isu hangat dengan ditariknya peredaran beberapa produk mie instan Indonesia dari Taiwan. Dari 93 milyar bungkus mie instan yang ada di


(20)

seluruh dunia Indonesia menempati nomor urut ke 2 dalam konsumsi mie instan. Jika dilihat dari kandungan nutrisi yang ada pada mie instan, meski kaya akan karbohidrat, sebenarnya sangat miskin protein. Masalahnya adalah, sebagian masyakat Indonesia ada yang menggunakan mie instan ini sebagai lauk ataupun sayur berkuah yang digunakan sebagai teman nasi dalam kehidupan konsumsi sehari-hari. Sungguh suatu kondisi yang mengenaskan, sudah banyak makan nasi dengan karbohidrat tinggi, masih juga makan mie instan yang juga mengandung karbohidrat tinggi (Anonimous,2011).

Masalah kedaulatan pangan ini berkait dengan industri mie instan di Indonesia. Pertanyaan pokoknya adalah sejauh mana produsen mie instan dapat menggunakan sumber bahan baku dari jenis pangan yang ada di dalam negeri, seperti yang disebutkan di atas. Dalam logika yang sederhana, menggunakan sumber bahan baku dalam negeri akan berdampak positif terhadap pertanian, karena permintaan terhadap hasil pertanian dalam negeri akan meningkat—yang berarti meningkatkan pula harga jualnya. Meski masih dalam skala kecil, kami mengapresiasi upaya sejumlah kalangan yang membuat terobosan dengan memproduksi mie instan dari bahan baku sagu dan umbi-umbian (Anonimous,2011).

2.1.2 Konsumsi Mie Instan

Mie instan merupakan salah satu pilihan makanan pengganti nasi bagi sebagian (atau sebagian besar) rakyat Indonesia. Selain murah dan cepat saji—sesuai namanya, campuran bumbu dan zat kimia menghasilkan perpaduan rasa yang lumayan digemari. Menurut perkiraan World Instan Noodle Association (WINA),


(21)

rata-rata konsumsi mie instan di Indonesia termasuk yang tertinggi yaitu 65,2 bungkus per kapita per tahun, atau sebanyak 14,99 miliar bungkus. Data ini dilansir tahun 2007, yang artinya sangat mungkin telah terjadi penambahan sampai tahun ini (Anonimous,2011).

Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan juga berarti meningkatnya konsumsi pangan impor, mengingat mayoritas produk mie instan saat ini menggunakan gandum sebagai bahan baku pokok. Akibatnya terjadi pula pergeseran konsumsi dari jenis pangan yang lebih dikenal sebelumnya seperti beras, sagu, umbi-umbian, dan jagung. Pergeseran pola konsumsi (atau pola makan) ini, yang dimulai sejak tahun 1970-an, telah menciptakan ketergantungan terhadap pangan impor, karena gandum tidak dapat dihasilkan di Indonesia. Dalam kaitan dengan kedaulatan pangan, hal yang sama terjadi pada jenis pangan yang lain seperti beras, jagung, dan kedelai. Perlahan-lahan masyarakat di negeri ini, yang dianugerahi tanah subur dan beragam potensi pangan, tidak lagi menjadi penghasil melainkan menjadi konsumen pangan (Anonimous,2011).

Sementara persoalan lain yang juga mendesak adalah pengawasan terhadap hasil produk mie instan. Lembaga seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seharusnya telah aktif sejak awal mengenakan standar yang aman dan sehat dalam periksaan terhadap produk mie instan ini. Jenis makanan yang murah dan praktis seperti ini perlu mendapat perhatian khusus dari BPOM karena kandungan kimia pengawet yang nyaris tak terhindarkan dan luasnya konsumen yang menggemarinya saat ini (Anonimous,2011).


(22)

2.1.3 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan manusia. Di bidang studi pemasaran, konsep perilaku konsumen secara terus-menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action”. Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suat at tindakan tersebut.

Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu (Hanna & Wozniak, 2001).

Menurut Kotler (2001), Keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan yang rumit antara faktor-faktor internal yaitu budaya, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli.


(23)

Pengenalan Kebutuhan

Perilaku setelah Pembelian Keputusan

Pembelian Evaluasi

Alternatif Pencarian

Informasi

1) faktor budaya (kebudayaan, subbudaya, dan kelas sosial), 2) faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, peran dan status),

3) faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan

4) faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap).

Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal yang menimbulkan persepsi konsumen yaitu faktor stimulus pemasaran yang terdiri atas produk, harga, distribusi, dan promosi. Faktor internal dan faktor eksternal ini kemudian menimbulkan dua persepsi konsumen yaitu persepsi internal konsumen dan persepsi stimulus konsumen. Kedua persepsi ini sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan membeli produk berdasarkan selera mereka (Umar, 2000).

Kotler (2001) juga menjelaskan bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan dalam pembelian suatu produk. Keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen melalui beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan terakhir tahap perilaku setelah pembelian.

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur


(24)

pembelian barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

2.2Landasan Teori

2.2.1 Permintaan dan Penawaran

Permintaan

Menurut Rahardja, P. (2006) Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu, dan Menurut Sukirno, S (2005) Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga.

Faktor yang mempengaruhi permintaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah selera konsumen terhadap barang dan jasa yang dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula (Sukirno, 2005).

Fungsi dan Kurva Permintaan

Fungsi Permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dimana dalam fungsi permintaan, kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variables).

Dx = f (Px, Py, Y / cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom) Dimana : Dx = permintaan barang X

Px = harga X


(25)

Y/ cap = pendapatan perkapita Sel = selera atau kebiasaan Pen = jumlah penduduk

Pp = perkiraan harga X periode mendatang Y dist = distribusi pendapatan

Prom = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi) (Rahardja, 2006).

Berdasarkan penjelasan teori permintaan, faktor serta fungsi permintaan, maka dapat digambarkan ciri hubungan permintaan dan harga dalam kurva permintaan sebagai berikut.

P

D

0 Q

(Rahardja, 2006).

Penawaran

Menurut Rahardja, (2006) Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu, dan menurut Sukirno, (2005) Penawaran adalah keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga.


(26)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penawaran suatu barang, diantaranya sebagai berikut.

- Harga Barang itu Sendiri.

Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.

- Harga Barang Pengganti.

Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah (Sukirno, 2005).

Fungsi dan Kurva Penawaran

Fungsi Penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sx = f (Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Kebij) Dimana : Sx = penawaran barang X

Px = harga X

Py = harga Y (barang substitusi atau komplement) Pi = harga input

C = biaya produksi Tek = teknologi produksi

Ped = jumlah pedagang atau penjual Tuj = tujuan perusahaan


(27)

Kebij = kebijakan pemerintah (Rahardja, 2006).

Berdasarkan penjelasan teori penawaran, faktor serta fungsi penawaran, maka dapat digambarkan ciri hubungan penawaran dan harga dalam kurva penawaran sebagai berikut.

P

S

0 Q

(Rahardja, 2006).

2.2.2 Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau persentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Jika suatu perusahaan dengan produk tertentu mempunyai pangsa pasar 35%, maka dapat diartikan bahwa jika penjualan total produk-produk sejenis dalam periode tertentu adalah sebesar 1000 unit, maka perusahaan tersebut melalui produknya akan memperoleh penjualan sebesar 350 unit. Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain (Durianto dan Sitinjak, 2001).


(28)

Dalam tulisan Lubis (2004) strategi pemasaran bisa digolongkan atas dasar pangsa pasar yang diperoleh suatu perusahaan, maka terbagi atas 4 kelompok, yaitu: 1. Market Leader, disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai

berada pada kisaran 40% atau lebih.

2. Market Chalengger, disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 30%.

3. Market Follower, disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 20%.

4. Market Nitcher, disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 10% atau kurang.

2.2.3 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Merek adalah nama simbol yang diberikan produsen yang bersifat membedakan barang atau jasa yang dihasilkan produsen lain. Aaker (1997) mengatakan bahwa ekuitas merek merupakan satu set Brand Asset dan Liability yang berhubungan dengan sebuah merek dan simbol yang disediakan sebuah produk atau servis bagi pengguna. Ekuitas merek mempunyai lima kategori, yaitu:

1. Loyalitas merek (Brand Loyality)

2. Kesadaran akan merek (Brand Awareness) 3. Asosiasi merek (Brand Association) 4. Kesan kualitas (Perceived Quality)

5. Aset-aset merek lainnya (Other Propriertary Brand Asset)

Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek. Suatu produk dapat


(29)

brand association yang cukup banyak, tetapi belum tentu mempunyai loyalitas merek. Sebaliknya, produk yang memiliki loyalitas merek dapat dipastikan memiliki kesadaran merek yang tinggi, kualitas yang baik, dan asosiasi yang cukup dikenal (Aaker, 1997).

Adapun komponen dari ekuitas merek menurut Aaker (1997) adalah: 1. Brand Loyality (Loyalitas merek)

Brand Loyality merupakan satu ukuran keterkaitan antara pengguna kepada sebuah merek. Ukuran ini dapat memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun unsur-unsur produk. Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda, dan mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam mengelola dan mengeksploitasinya. Semuanya mungkin tidak mewakili kelas produk atau pasar yang spesifik.

2. Brand Awareness (Kesadaran akan merek)

Brand awareness adalah kesanggupan seorang pengguna untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengukuran Brand awareness, menurut Aaker (1997), didasarkan pada pengertian-pengertian yang mencakup tindakan dalam kesadaran akan merek yaitu:

a. Top of Mind, menggambarkan merek yang pertama kali diingat atau disebut responden ketika ditanya tentang suatu produk.


(30)

b. Brand Recall, atau pengingatan kembali merek, mencerminkam merek-merek apa saja yang diingat responden setelah menyebut merek pertama.

c. Brand Recognition, atau merek yang diingat konsumen setelah diberi bantuan. d. Unware of Brand, merupakan tingkatan yang paling rendah dimana responden

tidak mengenal merek suatu produk meskipun sudah diberi bantuan.

3. Brand Association (Asosiasi merek)

Brand association adalah segala sesuatu yang dapat dihubungkan dalam memori responden terhadap suatu produk. Berbagai asosiasi merek saling berhubungan akan membentuk brand image. Pada umumnya asosiasi merek, terutama yang membentuk merek, akan menjadi pijakan bagi pengguna dalam keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut.

4. Perceived Quality (Kesan kualitas)

Perceived quality merupakan persepsi pengguna terhadap kualitas suatu merek produk. Kesan kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dimata pengguna. Dimensi perceived quality dibagi menjadi:

a. Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

b. Pelayanan, mencerminkan kemampuan suatu produk dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

c. Ketahanan, mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

d. Keandalan, konsistensi dari kinerja yang dihasilkan dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya.


(31)

f. Hasil, mengarah kepada kualitas yang dirasakan melibatkan dimensi sebelumnya.

2.2.4 Perpindahan Merek (Brand Switching)

Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan perpindahan merek dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena alasan tertentu.

Brand switching ini merupakan bagian dari loyalitas merek dimana seorang pengguna yang setia menggunakan merek tertentu.

Loyalitas merek (Brand Loyality) adalah suatu ukuran keterkaitan pengguna terhadap sebuah merek. Loyalitas merek adalah kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah namun tingkat persaingan yang sangat ketat saat ini. Keberadaan pengguna sangat loyal pada merek suatu produk sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan upaya mempertahankan pengguna ini sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif dari pada menarik

pengguna baru untuk mengkonsumsi produk mereka (Durianto dan Sitinjak, 2001).

Dalam kaitannya dengan loyalitas suatu produk, terdapat tingkatan loyalitas merek. Adapun tingkatan tersebut menurut Durianto dan Sitinjak (2001) adalah sebagai berikut:

1. Switcher (Pengguna yang berpindah-pindah)

Pengguna pada tingkat ini dikatakan sebagai pengguna yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pengguna untuk berpindah dari merek suatu produk ke produk lainnya mengindikasikan mereka sebagai pengguna yang sama sekali tidak loyal pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun


(32)

mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri dari pengguna ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

2. Habitual Buyer (Pengguna yang bersifat kebiasaan)

Pada tingkatan ini pengguna dapat dikategorikan sebagai pengguna yang puas dengan merek yamg dipakainya. Pengguna ini membeli merek suatu produk didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied Buyer with Switching Cost (Pengguna yang puas dengan biaya peralihan).

Pengguna yang berada pada tingkatan ini termasuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka berpindah ke merek produk lainnya dengan menggunakan switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka berpindah merek.

4. Likes the Brand (Pengguna yang menyukai merek tertentu)

Pengguna yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang bersungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka pengguna bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk yang sebelumnya baik yang digunakan pribadi maupun kerabatnya.


(33)

5. Committed Buyer (Pengguna yang setia)

Pada tingkatan ini pengguna merupakan pembeli yang setia. Mereka memiliki kebanggaan terhadap merek suatu produk bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi diri mereka. Salah satu aktualisasi dari pelanggan ini ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

Loyalitas merek pengguna terhadap suatu merek dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Supranto (2006), terdapat lima faktor pengguna loyal terhadap merek yang digunakan, antara lain:

1. Customer Value

Customer value merupakan persepsi pengguna yang membandingkan antara biaya atau harga atau beban yang harus ditanggung dan manfaat yang diterimanya. Manfaat ini bisa tangibel, yaitu menyangkut kegunaan secara fisik, bisa juga manfaat intangibel, yaitu yang bersifat psikologis atau emosional pengguna. 2. Switching Barrier

Switching barrier adalah hambatan atau beban atau biaya yang harus ditanggung pengguna bila dia akan berpindah dari satu merek ke merek lain. Hambatan ini tidak selalu karena nilai ekonomi saja, tetapi bisa juga berkaitan dengan fungsi psikologis, sosial, bahkan ritual.


(34)

3. Customer Characteristic

Customer characteristic adalah karakter pengguna dalam menggunakan merek suatu produk. Pada kenyataannya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya.

4. Customer Satisfaction

Customer satisfaction merupakan pengalaman pengguna ketika menggunakan merek yang digunakan.

5. Competitive Environment

Competitive Environment menyangkut sejauh mana kompetisi atau persaingan yang terjadi antar merek dalam satu kategori produk.

2.2.5 Konsep Perpindahan Merek

Menurut Swastha (2002), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Seperti ketidakpuasan konsumen, perilaku, persaingan, dan harga. Perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen juga dapat disebabkan oleh pencarian variasi (variety seeking) yang dipengaruhi oleh promosi penjualan maupun iklan yang dilakukan oleh produsen dalam strategi memasarkan dan mempertahankan produk mereka dari kompetitor.

Sedangkan dalam bukunya Durianto (2001) mengatakan bahwa ada 4 faktor yang menyebabkan konsumen berpindah merek yaitu ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi lain (variety seeking), harga, dan iklan. Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan mempunyai kemungkinan akan


(35)

merubah perilaku keputusan membelinya dengan mencari alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya untuk meningkatkan kepuasannya.

Kebutuhan mencari variasi lain (variety seeking) adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau timbul rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi. Karena konsumen diperhadapkan dengan berbagai macam variasi produk dengan berbagai jenis merek, keadaan ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak sepenuhnya setia pada satu produk.

Harga merupakan salah satu variable penting dalan pemasaran dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Harga secara sederhana diartikan sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga suatu merek yang terlalu mahal dengan karakteristik yang ditawarkan sama dengan merek produsen lain dapat menyebabkan konsumen berpindah merek. Konsumen akan loyal pada merek berkualitas tinggi dengan harga yang wajar.

Iklan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan perpindahan merek. Iklan dan promosi dapat mengubah probabilitas seorang konsumen dalam membeli sebuah produk dengan merek tertentu pada suatu kategori yang sama di masa yang akan datang. Iklan memberikan rangsangan dan dorongan pada konsumen untuk berpindah merek karena menimbulkan ingatan akan pesan promosi yang disampaikan. Konsumen dengan tingkat persepsi yang berbeda mempunyai berbagai macam kemungkinan untuk berpindah merek.


(36)

2.2.6 Rantai Markov (Markov Chain)

Dalam bukunya, Siagian (2006), menyatakan bahwa analisis Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang. Dalam analisis Markov yang dihasilkan adalah suatu informasi probabilistik yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan, jadi analisis ini bukan suatu teknik optimisasi melainkan suatu teknik deskriptif.

Menurut Husein Umar (2003), Rantai markov adalah salah satu model riset operasi yang banyak dipakai dalam manajemen operasional. Model ini dapat dikembangkan untuk aplikasi dalam pemasaran. Pada eksibit ini, model ini tidak dapat dipaparkan lagi, tetapi langsung diaplikasikan untuk peramalan market – share dengan dukungan kuisoner sebagai alat pengumpul datanya.

Rantai Markov sebenarnya merupakan bentuk khusus dari model probabilitas yang melibatkan waktu dan lebih dikenal sebagai proses stokastik. Rantai Markov merupakan proses stokastik dari variable-variabel acak {Xt;t = 0,1,2,3,…} yang membentuk suatu deret dan memenuhi sifat Markov.

Dalam sifat Markov, jika diberikan kejadian-kejadian yang telah berlalu (past states) X0,X1,X2,….,Xt-1, artinya kejadian yang akan datang (future state) Xt+1 bersifat bebas (independen) dari kejadian-kejadian yang telah berlalu (past state) X0,X1,X2,….,Xt-1, dan kejadian yang akan datang (future state) Xt+1 hanya


(37)

Untuk suatu pengamatan yang prosesnya sampai waktu ke t, maka distribusi nilai proses dari waktu ke t+1 hanya bergantung pada nilai dari proses pada waktu t.

Secara umum dituliskan:

P(Xt+1 = i│X0 = j0,X1 = j1,…,Xt-1 = jt-1,Xt = jt) = P(Xt+1 = i│Xt = j)

Pengguna Rantai Markov terhadap suatu masalah memerlukan pemahaman tentang tiga keadaan yaitu keadaan awal, keadaan transisi, dan keadaan setimbang. Dari tiga keadaan di atas, keadaan transisi merupakan yang terpenting. Oleh karena itulah asumsi-asumsi dalam Rantai Markov hanya berhubungan dengan keadaan transisi. Asumsi-asumsi dalam Rantai Markov adalah sebagai berikut:

a. Jumlah probabilitas transisi keadaan adalah 1 b. Probabilitas transisi tidak berubah selamanya

c. Probabilitas transisi hanya tergantung pada status sekarang, bukan periode sebelumnya.

Probabilitas mempunyai banyak persamaan seperti kemungkinan, kesempatan dan kecendrungan. Probabilitas menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang bersifat acak. Suatu peristiwa disebut acak jika terjadinya peristiwa tersebut tidak diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, probabilitas dapat digunakan sebagai alat ukur terjadinya peristiwa di masa yang akan datang.

Nilai probabilitas yang paling kecil adalah 0 yang berarti bahwa peristiwa tersebut pasti tidak akan terjadi. Sedangkan nilai probabilitas yang terbesar adalah 1 yang berarti bahwa peristiwa tersebut pasti akan terjadi.


(38)

Secara umum, nilai probabilitas suatu peristiwa X adalah: 0 ≤ P(X) ≤ 1

Analisis ini sangat sering digunakan untuk membantu pembuatan keputusan dalam bisnis dan industri, misalnya dalam masalah ganti merek, masalah hutang-piutang, masalah operasi mesin, analisis pengawasan, dan lain-lain. Sedangkan di bidang pertanian paling banyak digunakan di bagian sosial ekonomi. Sebagai statenya antara lain adalah banyaknya jumlah produksi industri pertanian, lokasi industri pertanian, pertumbuhan ekonomi, pembangunan pertanian, struktur pasar, dan berbagai jenis merek suatu produk pertanian.

2.3Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan memiliki tujuan pemasaran agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, para pemasar seharusnya senantiasa mempelajari perilaku konsumen dalam membeli kebutuhan mereka sebagai pelanggan sasaran mereka. Pemahaman pengambilan keputusan konsumen sangat penting bagi suatu organisasi, karena berhasil atau tidaknya produk tergantung pada persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti berusaha mengidentifikasikan hal- hal yang menyebabkan seseorang terlibat dalam pembelian.

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang atau jasa. Keputusan ini didasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.


(39)

Yang termasuk kedalam faktor internal adalah kebudayaan (kebiasaan), faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, status), faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi/keuangan), dan faktor psikologis (motivasi dan keyakinan). Sedangkan yang termasuk kedalam faktor eksternal adalah stimulus pemasaran yang terdiri dari produk (merek, kemasan, label, warna, bau, rasa), harga (diskon), dan promosi (iklan).

Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal akan membentuk persepsi konsumen yaitu persepsi internal dan faktor stimulus konsumen yang akan mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk mie instan. Suatu keputusan adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pemilihan alternatif. Dengan demikian, konsumen harus mengambil keputusan merek mie instan apa saja yang dibelinya, atau dia harus memilih satu dan beberapa pilihan merek mie instan dengan berbagai pertimbangan tertentu untuk memilih produk mie instan yang paling sesuai (best fit) bagi mereka.

Dengan memperhatikan perilaku konsumen yang berbeda-beda dalam membuat keputusan membeli produk mie instan maka produsen harus tanggap dengan keinginan konsumen terhadap produk mie instan yang dipasarkan dengan berbagai karakteristik yang dapat menyebabkan konsumen berpindah merek dari satu merek mie instan ke mie instan lainnya. Sehingga produsen perlu melakukan analisis pola perpindahan yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi konsumen terhadap produk mie instan yang dikonsumsinya sehingga produsen dapat membuat produk mie yang sesuai dengan keinginan/persepsi konsumen di masa mendatang.


(40)

Faktor Internal Faktor Eksternal

Stimulus Pemasaran

Persepsi Internal Konsumen

Keputusan Membeli Mie Instan

Analisis Konsumen dan Produk Mie Instan

Persepsi Stimulus Konsumen

Peramalan Keinginan Produk Mie instan di

Masa Mendatang

Keterangan: Menyatakan Hubungan


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006). Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dengan pertimbangan bahwa Kota Medan dengan jumlah penduduk 2.097.610 orang dan jumlah rumah tangga sebanyak 481.197 pada tahun 2010 merupakan pasar potensial bagi para produsen mie instan dalam berbagai jenis merek untuk memasarkan produknya. Karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka diyakini akan terdapat perbedaan dan keragaman karakteristik masyarakat termasuk perilaku konsumsinya.

3.2Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2000), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Metode pengukuran sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu dengan menggunakan sampel acak sederhana secara proporsional dengan maksud agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasinya, dimana ukuran sampel setiap kecamatan diambil secara proporsional dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

(3.1)

(3.2)


(42)

Keterangan: N = populasi

Nn = jumlah populasi tiap kecamatan

nn = jumlah sampel tiap departemen

n0 = perkiraan jumlah sampel

n = jumlah sampel yang diambil α = tingkat kepercayaan = 0,05

Z = nilai distribusi normal (untuk α = 0,05, Z α /2 = 1,96)

d = batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam menetapkan rata-rata sampel = 0,05

p = proporsi kesuksesan responden yang berpindah merek q = 1-p

(Cochran, 2005)

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan dengan menyebarkan kuesioner ke 21 responden masing-masing 1 buah kuisoner dari kecamatan yang ada di Kota Medan. Dari hasil survei 21 responden yang mengisi kuesioner ada 19 responden yang mengisi kuesioner dengan benar. Sehingga besarnya nilai p atau proporsi kesuksesan subjek dalam mengisi kuesioner adalah 0,90. Proporsi kesuksesan diperoleh dengan cara membandingkan jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan benar terhadap jumlah keseluruhan responden, sehingga diperoleh nilai q = 0,10. Dengan menggunakan batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam menetapkan rata-rata sebesar 5%, maka diperoleh banyaknya jumlah sampel dari hasil perhitungan sebagai berikut.


(43)

Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 138. Sehingga hasil perhitungan proporsi sampel tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah sampel tiap kecamatan

No Kecamatan Nn nn

1 Medan Tuntungan 18797 3

2 Medan Johor 28250 4

3 Medan Amplas 25828 4

4 Medan Denai 31131 5

5 Medan Area 21507 3

6 Medan Kota 16995 3

7 Medan Maimun 9104 1

8 Medan Polonia 11903 2

9 Medan Baru 10639 2

10 Medan Selayang 26044 4

11 Medan Sunggal 26069 4

12 Medan Helvetia 31652 5

13 Medan Petisah 15089 2

14 Medan Barat 16345 2

15 Medan Timur 25090 4

16 Medan Perjuangan 22263 3

17 Medan Tembung 29810 5

18 Medan Deli 37724 6

19 Medan Labuhan 24484 4

20 Medan Marelan 31455 5

21 Medan Belawan 21018 3


(44)

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang yang diperoleh secara langsung dari sumber informasinya dengan menggunakan instrumen kuesioner, survei, dan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, BPS Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, dan instansi lain yang mendukung penelitian ini.

3.4Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mentabulasi data atau informasi merek mie instan yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Kota Medan yaitu dengan menghitung proporsi (proporsi ini ditentukan dari persentase perbandingan jumlah konsumen mie instan tertentu terhadap jumlah responden) yang diperoleh dari kuesioner yang telah disebarkan dan kemudian dikumpulkan.

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis secara deskriptif dengan membuat pola perpindahan merek dari satu merek mie instan ke merek mie instan lainnya. Sedangkan untuk besarnya peluang transisi dianalisis dengan menggunakan persamaan:


(45)

Dimana:

Pij = Probabilitas transisi (perpindahan dari merek i ke merek j)

nij(t) = Jumlah konsumen mie instan yang berpindah dari merek i ke merek j dalam periode t

ni(t) = Jumlah konsumen mie instan merek i pada awal periode t

Persamaan ini menunjukkan perbandingan antara hasil bagi dari produk mie instan yang mengalami perpindahan merek dari merek i ke merek j dalam periode

t terhadap jumlah produk mie instan yang berada di merek i pada awal periode t.

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persamaan:

MK(t) = MK(t-1)P (3.5)

Dimana:

MK(t) = Market share / pangsa pasar pada periode t MK(t-1) = Market share / pangsa pasar pada periode awal P = Probabilitas Transisi

Persamaan di atas menunjukkan perhitungan prediksi pangsa pasar pada periode yang akan datang yaitu dengan cara mengalikan pangsa pasar periode awal dengan peluang transisi.


(46)

3.5Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan membatasi penelitian diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

• Mie instan adalah mie yang sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak, dan bisa dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu - bumbu yang sudah ada dalam paketnya. • Estimasi merupakan sebuah perkiraan akan kejadian yang akan terjadi di masa

yang akan datang.

• Analisa Rantai Markov adalah suatu metode yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya di masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sifat variabel tersebut di masa yang akan datang.

Brand switching adalah kegiatan seorang pengguna yang melakukan

perpindahan merek dari suatu produk yang satu ke produk yang lainnya karena alasan tertentu.

• Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau presentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu.

• Perilaku konsumen (consumer behavior) diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.


(47)

• Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif, umumnya berjangka pendek, yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera.

• Iklan adalah pesan yang bersifat informatif dan persuasive yang disampaikan melalui media non personal ataupun keduanya untuk memperkenalkan organisasi ataupun produk yang diwakilinya.

• Harga adalah jumlah dari nilai ekonomi yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa.

• Persepsi adalah proses dimana individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai sesuatu.

3.5.2 Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:

1. Daerah penelitian adalah Kota Medan. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2012.

3. Mie instan yang diteliti adalah mie instan dengan merek Indomie, Mie Sedap, Supermie, Sarimie, Mie Abc.

4. Subjek penelitian adalah konsumen mie instan dengan batasan usia dari 10 tahun – 54 tahun.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan pada tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai Ibukota Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota provinsi.


(49)

4.2 Keadaan Geografis

Kota Medan merupakan ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 2o27’–2o47’ Lintang Utara dan 98o35’–98o44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 Km2. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke utara dan menjadi tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai luas 26.510 Ha, iklim kota medan tropis dengan temperatur berkisar antara 23,040C -24,080C, rata-rata curah hujan per bulan 133,75 mm dengan rata-rata hari hujan 17,33 hh/bulan. Kelembaban udara di Kota Medan 74,67-80%, kecepatan angin rata-rata 1,81 m/sec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 123,89 mm. Kota Medan memiliki topografi datar dengan ketinggian 7-25 dpl dengan jenis tanah alluvial.

Batas – batas Kota Medan yaitu :

- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang


(50)

4.3 Keadaan Penduduk

Kota Medan mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Medan 2.097.610 orang dan jumlah rumah tangga sebanyak 481.197 yang tersebar di 21 kecamatan Kota Medan, untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kota medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2010

Golongan umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

Jiwa % Jiwa % Jiwa %

0 – 4 98.437 4,69 92.857 4,43 191.294 9,11 5 – 9 99.961 4,76 93.532 4,46 193.493 9,22 10 – 14 97.514 4,65 91.828 4,37 189.342 9,02 15 – 19 102.566 4,89 107.423 5,12 209.989 10,01 20 – 24 112.860 5,38 123.459 5,87 235.952 11,24 25 – 29 100.935 4,81 103.459 4,93 204.394 9,74 30 – 34 85.609 4,08 87.265 4,16 172.874 8,24 35 – 39 77.344 3,69 80.795 3,85 158.139 7,53 40 – 44 69.238 3,30 71.727 3,42 140.965 6,72 45 – 49 57.718 2,75 59.997 2,86 117.715 5,61 50 – 54 48.163 2,29 49.224 2,35 97.407 4,64 55 – 59 34.548 1,65 34.282 1,63 68.830 3,28 60 – 64 20.373 0,97 25.555 1,08 42.928 2,04 65 – 69

70 – 74 75+ 14.573 9.596 7.491 0,69 0,46 0,36 17.556 12.384 12.688 0,84 0,59 0,60 32.129 21.980 20.179 1,53 1,05 0,96 Jumlah 1.036.926 49,46 1.060.684 50,54 2.097.610 100,00 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2011

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.097.610 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 1.036.926 jiwa (49,46%) dan jumlah perempuan sebesar 1.060.684 jiwa (50,54%). Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia non


(51)

produktif (bayi, balita, anak-anak, dan remaja (umur 0-14)) sebesar 574.129 jiwa (27,37%), sedangkan jumlah penduduk usia produktif (15-54 tahun) sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%), dan jumlah penduduk manula (>55tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,86%).

Dari keterangan tersebut jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada jumlah penduduk usia non produktif dan manula. Usia produktif adalah usia dimana orang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dan dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di kota medan cukup besar.

4.3.1 Kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonimous, 2011).

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya, termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan


(52)

yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.

Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang , dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya.

Menurut tingkat pendidikan penduduk Kota Medan yang terdiri dari pendidikan SD, SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi dapat secara jelas disajikan dari tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Karakteristik penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1 SD 470.562 23,18

2 SMP 481.934 23,73

3 SMA 608.026 29,94

4 Perguruan Tinggi 469.724 23,15

Jumlah 2.030.246 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2011

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk kota Medan berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 608.026 orang dengan persentase 29,94%. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial. Sedangkan pada tingkat SMP penduduk kota Medan sebanyak 481.934 orang (23,73%), penduduk kota medan yang tingkat pendidikan


(53)

SD ada sebanyak 470.562 orang (23,18%), dan perguruan tinggi ada sebanyak 469.724 orang (23,15%).

4.3.2 Kondisi penduduk menurut mata pencaharian

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya.

Mata pencaharian penduduk Kota Medan beraneka ragam, sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kota Medan berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Diagram 1

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2011

Pada diagram 1 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk kota Medan adalah sebagai petani, buruh tani dan industri, nelayan, pedagang, pekerja


(54)

angkutan dan bangunan dengan jumlah sebanyak 342.579 orang (72,54%), kemudian sebagai tenaga pengajar yaitu sebanyak 72.382 orang (15,32%), pegawai negeri 18.465 orang (3,91%), pegawai swasta 20.570 orang (4,36%), TNI/POLRI 14.563 orang (3,08%), tenaga kesehatan 3.652 orang (0,77%).

4.4 Keadaan Ekonomi

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to scale

(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.


(55)

Tabel 4. Struktur perekonomian kota Medan tahun 2008-2010

Kelompok Sektor Kontribusi terhadap PDRB (%)

2008 2009 2010

Primer 2,82 2,80 2,68

a. Pertanian 2,82 2,79 2,67

b. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,01 0,01

Sekunder 27,26 26,23 26,46

a. Industri Pengolahan 15,96 14,96 14,97

b. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,75 1,72 1,71

c. Bangunan 9,55 9,55 9,78

Tersier 69,92 70,97 70,86

a. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,92 26,85 26,92 b. Pengangkutan dan Komunikasi 19,08 19,64 18,95 c. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 14,63 13,85 14,27

d. Jasa-jasa 10,29 10,63 10,72

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2011

Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2008-2010 menunjukkan, pada tahun 2008 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 69,92%, sektor sekunder sebesar 27,26% dan sektor primer sebesar 2,82%. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 25,92%, sub sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,08% dan sub sektor industri pengolahan sebesar 15,96%.


(56)

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2009. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,97%, sekunder sebesar 26,23% dan primer sebesar 2,80%. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,85%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,64%, industri jasa pengolahan sebesar 14,96%. Demikian juga pada tahun 2010, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,86%, disusul sektor sekunder sebesar 26,46% dan sektor primer sebesar 2,68%. Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 26,92% dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,95% dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 14,97%.

4.5 Keadaan Sosial

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonom, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi buknlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan pada tahun 2007 mencapai 77.65%. Kota Medan mendapat urutan kedua setelah Kota Pematang Siantar. Meningkatnya nilai IPM Kota Medan tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Medan, hal ini antara lain terlihat dari besarnya peranan pihak swasta didalam penyediaan fasilitas pendidikan.

Peningkatan IPM Kota Medan mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya beli masyarakat dan pendapatan masyarakat sehingga


(57)

mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) per kapita masyarakat Kota Medan.

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses transisi yang terjadi di Kota Medan seperti perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya.

4.6 Karakteristik konsumen sampel penelitian

Kelas sosial konsumen sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen baik dalam pembelian maupun mengkonsumsi suatu produk (Suryani, T, 2008).

Sampel penelitian ini adalah konsumen mie instan dengan berbagai merek. Karakteristik konsumen meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, status pendidikan, dan pendapatan. Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik tersebut.

4.6.1 Karakteristik konsumen sampel menurut kelompok umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu produk. Dari 138 responden sampel, keadaan umur sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.


(58)

Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur

No Kelompok umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Frekuensi (%)

1 10-14 7 5

2 15-19 20 15

3 20-24 28 20

4 25-29 34 25

5 30-34 13 9

6 35-39 13 9

7 40-44 8 6

8 45-49 9 7

9 50-54 6 4

Jumlah 138 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Untuk lebih jelasnya, karakteristik sampel menurut kelompok umur, akan disajikan pada diagram 2 berikut ini.

Diagaram 2 : 5% 15% 20% 25% 9% 9% 6% 7% 4%

Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur

10-14th 15-19th 20-24th 25-29th 30-34th 35-39th 40-44th 45-49th 50-54th

Berdasarkan data dari tabel 5, dapat diketahui bahwa range umur rata-rata konsumen sampel adalah 25 – 29 sebanyak 34 orang (25%). Dari umur rata-rata tersebut secara umum konsumen mie instan tergolong masih dalam usia produktif, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman dan pengetahuan konsumen tentang suatu


(59)

produk merek mie instan sudah cukup banyak, dan konsumen sudah dapat mengambil keputusan. Data ini menjelaskan juga bahwa konsumen sampel sebagian besar masih muda.

4.6.2 Karakteristik konsumen sampel menurut tingkat pendidikan

Perilaku membeli konsumen yang satu dengan yang lainnya tidak sama tergantung pada tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pola hidup dan sosial seseorang. Karakteristik sampel penelitian dengan berbagai latar belakang pendidikan dapat disajikan pada diagram 3 sebagai berikut.

Diagram 3

1% 6%

38%

19% 36%

Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan

SD SMP SMA DIPLOMA SARJANA


(60)

Dari diagram 3, dapat diketahui bahwa status pendidikan sampel terendah adalah Sekolah Dasar (SD) dengan proporsi sebanyak 2 orang (1%), sedangkan proporsi sampel tertinggi adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 53 orang (38%). Kebutuhan konsumen senantiasa berubah seiring dengan meningkatnya pendidikan. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi juga pemenuhan akan kebutuhan hidupnya.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen maka pola pikir konsumen juga akan lebih maju dan berkembang dan konsumen tentu lebih selektif dan rasional dalam membuat keputusan membeli mie instan. Konsumen yang mempunyai pendidikan cukup tinggi akan cenderung tanggap terhadap informasi yang diterimanya sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk.

4.6.3 Karakteristik konsumen sampel menurut status pekerjaan

Menurut Sumarwan (2003), pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan konsumen. Dan selanjutnya jenis pekerjaan responden akan mempengaruhi pendapatan yang mereka terima.

Pendapatan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsinya yang selanjutnya akan mempengaruhi daya beli konsumen terhadap suatu produk dalam hal ini adalah pembelian mie instan. Jenis pekerjaan sering dianggap sebagai indikator sosial. Hal ini dapat dipahami karena pekerjaan berkaitan langsung dengan kedudukan seseorang di masyarakat.


(61)

Data 138 responden dengan beragam latar belakang mata pencaharian dapat disajikan pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan status pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

(Orang)

Frekuensi (%)

1 Pelajar 21 15,2

2 Mahasiswa 29 21,0

3 Wiraswasta 24 17,4

4 Pegawai Swasta 19 13,8

5 Pegawai Negeri 19 13,8

6 Ibu Rumah Tangga 26 18,8

Jumlah 138 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa konsumen yang paling banyak membeli mie instan adalah para mahasiswa yaitu sebanyak 29 orang (21%). Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, berpandangan jauh, jujur, kreatif, tangguh dan berani menanggung resiko.

Dari status pekerjaan, sampel yang sudah memiliki pendapatan tetap adalah wiraswasta, pegawai swasta dan pegawai negeri dengan proporsi 88 orang (64%). Sedangkan yang tidak memiliki penghasilan tetap ada sebanyak 50 orang (36%).

Seperti pelajar dan mahasiswa, konsumen sampel ini masih bergantung pada penghasilan orang tua. Sedangkan ibu rumah tangga yang bergantung pada suami (kepala rumah tangga) dengan proporsi sebesar 26 orang (18,8%). Hal ini menunjukkan bahwa mie instan dikonsumsi oleh semua konsumen dari berbagai latar belakang jenis pekerjaan.


(62)

4.6.4 Karakteristik pengeluaran konsumen sampel

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli seseorang. Pendapatan sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih produk yang akan dikonsumsi.

Pengeluaran adalah suatu nilai yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Besar kecilnya pengeluaran seseorang tergantung pada tingkat penghasilan, besar kecilnya jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan kedudukan sosial, dan tingkat harga kebutuhan. Karakteristik pengeluaran konsumen sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Distribusi karakteristik pengeluaran/bulan sampel untuk konsumsi pangan

No Jumlah Pengeluaran/bulan

(Rp) Jumlah (Orang) Frekuensi (%)

1 100.000-500.000 11 7,97

2 600.000-1.000.000 46 33,34

3 1.100.000-1.500.000 14 10,15

4 1.600.000-2.000.000 37 26,82

5 2.100.000-2.500.000 14 10,15

6 2.600.000-3.000.000 12 8,69

7 3.100.000-3.500.000 3 2,18

8 3.600.000-4.000.000 1 0,72

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah pengeluaran konsumen sampel

untuk memenuhi kebutuhan pangan selama satu bulan pada range Rp. 100.000-500.000 ialah konsumen yang tergolong pelajar.


(1)

86 35 Diploma Ibu Rumah Tangga 2.000.000 2

87 48 Sarjana Pegawai Swasta 2.500.000 2

88 26 Diploma Mahasiswa 800.000 -

89 47 Sarjana Ibu Rumah Tangga 3.000.000 3

90 34 Sarjana Wiraswasta 3.500.000 4

91 21 SMA Mahasiswa 800.000 -

92 25 Diploma Wiraswasta 1.500.000 1

93 19 Diploma Mahasiswa 700.000 -

94 53 SMA Ibu Rumah Tangga 2.000.000 3

95 24 SMA Mahasiswa 700.000 -

96 26 Sarjana Wiraswasta 2.000.000 2

97 30 Sarjana Wiraswasta 2.000.000 2

98 29 Diploma Pegawai Swasta 2.000.000 2

99 18 SMA Pelajar 600.000 -

100 24 Diploma Mahasiswa 800.000 -

101 16 SMA Pelajar 600.000 -

102 28 Diploma Wiraswasta 2.000.000 3

103 21 SMA Mahasiswa 1.000.000 -

104 24 SMA Wiraswasta 2.000.000 2

105 26 Diploma Wiraswasta 3.000.000 3

106 23 SMA Mahasiswa 800.000 -

107 40 SMA Ibu Rumah Tangga 3.000.000 3

108 49 Sarjana Ibu Rumah Tangga 3.000.000 3

109 37 Sarjana Pegawai Swasta 3.500.000 4

110 31 SMA Wiraswasta 2.500.000 2

111 34 Sarjana Ibu Rumah Tangga 2.000.000 2

112 24 SMA Mahasiswa 800.000 -

113 26 Diploma Wiraswasta 2.500.000 3

114 29 SMA Wiraswasta 2.000.000 2

115 22 SMA Mahasiswa 800.000 -

116 26 Sarjana Wiraswasta 2.000.000 2

117 23 Diploma Mahasiswa 800.000 -

118 25 SMA Wiraswasta 2.000.000 2

119 14 SMP Pelajar 600.000 -

120 27 Sarjana Pegawai Negeri 1.500.000 2

121 22 Diploma Mahasiswa 700.000 -

122 42 Sarjana Pegawai Negeri 2.500.000 3

123 45 Sarjana Pegawai Negeri 3.000.000 4

124 49 Sarjana Pegawai Negeri 2.000.000 2

125 29 Sarjana Pegawai Swasta 3.000.000 3

126 24 SMA Mahasiswa 800.000 -

127 29 SMA Ibu Rumah Tangga 3.000.000 4

128 22 SMA Mahasiswa 1.000.000 -

129 32 Sarjana Pegawai Negeri 1.500.000 1

130 24 Diploma Wiraswasta 1.500.000 1

131 26 SMA Wiraswasta 2.000.000 2


(2)

133 31 Sarjana Pegawi Swasta 2.000.000 2

134 19 SMA Pelajar 600.000 -

135 24 Diploma Wiraswasta 2.000.000 2

136 28 SMA Wiraswasta 1.500.000 1

137 26 Sarjana Wiraswasta 2.000.000 2


(3)

Lampiran 2. Konsumsi mie instan dengan berbagai merek

No Konsumsi mie instan Pasar tempat membeli Kecamatan

Sebelumnya Saat ini

1 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Tuntungan

2 Mie Abc Indomie Tradisional Medan Tuntungan

3 Mie Abc Indomie Tradisional-Supermarket Medan Tuntungan

4 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Tuntungan

5 Mie Sedap Indomie Mini Market Medan Tuntungan

6 Mie Abc Supermie Mini Market Medan Johor

7 Indomie Indomie Tradisional Medan Johor

8 Indomie Sarimie Tradisional Medan Johor

9 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Johor

10 Supermie Indomie Supermarket Medan Johor

11 Indomie Indomie Supermarket Medan Johor

12 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Johor

13 Indomie Mie Sedap Tradisional- Mini Market Medan Johor

14 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Amplas

15 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Amplas

16 Indomie Indomie Mini Market Medan Amplas

17 Supermie Indomie Mini Market Medan Amplas

18 Indomie Indomie Supermarket Medan Amplas

19 Sarimie Mie Sedap Tradisional Medan Amplas

20 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Amplas

21 Supermie Mie Sedap Mini Market Medan Amplas

22 Mie CNI Indomie Mini Market Medan Denai

23 Mie Sedap Indomie Supermarket Medan Denai

24 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Denai

25 Supermie Sarimie Mini Market Medan Denai

26 Supermie Indomie Tradisional Medan Denai

27 Mie Sedap Mie Sedap Tradisional-Mini Market Medan Denai

28 Mie Sedap Indomie Supermarket Medan Denai

29 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Denai

30 Mie Sedap Indomie Supermarket-Mini Market Medan Denai

31 Indomie Sarimie Tradisional Medan Denai

32 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Area

33 Indomie Supermie Supermarket Medan Area

34 Sarimie Mie Sedap Tradisional Medan Area

35 Supermie Mie Sedap Tradisional Medan Area

36 Indomie Indomie Mini Market Medan Area

37 Mie Sedap Supermie Mini Market Medan Area

38 Mie Sedap Indomie Supermarket Medan Kota

39 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Kota

40 Mie Sedap Mie Abc Mini Market Medan Kota


(4)

42 Supermie Mie Abc Supermarket Medan Maimun

43 Supermie Mie Jumbo Tradisional-Mini Market Medan Maimun

44 Indomie Mie Abc Mini Market Medan Polonia

45 Mie 100 Mie Sedap Supermarket Medan Polonia

46 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Polonia

47 Supermie Mie Sedap Tradisional Medan Baru

48 Sarimie Indomie Tradisional Medan Baru

49 Sakura Indomie Mini Market Medan Selayang

50 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Selayang

51 Supermie Mie Sedap Mini Market Medan Selayang

52 Sarimie Mie Abc Tradisional Medan Selayang

53 Mie Sedap Indomie Tradisional-Mini Market Medan Selayang

54 Alhami Mie Sedap Mini Market Medan Selayang

55 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Selayang

56 Indomie Mie Sedap Tradisional Medan Sunggal

57 Sarimie Indomie Supermarket Medan Sunggal

58 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Sunggal

59 Supermie Mie Sedap Tradisional Medan Sunggal

60 Mie Sedap Indomie Tradisionsal Medan Sunggal

61 Alhamie Indomie Tradisional Medan Sunggal

62 Supermie Indomie Mini Market Medan Sunggal

63 Mie Sedap Indomie Mini Market Medan Sunggal

64 Supermie Indomie Tradisional Medan Helvetia

65 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Helvetia

66 Supermie Mie Sedap Tradisional-Supermarket Medan Helvetia

67 Indomie Supermie Supermarket Medan Helvetia

68 Mie Abc Indomie Mini Market Medan Helvetia

69 Indomie Mie Sedap Tradisional Medan Helvetia

70 Sarimie Indomie Tradisional Medan Helvetia

71 Mie Sedap Supermie Mini Market Medan Helvetia

72 Mie Abc Indomie Tradisional- Mini Market Medan Helvetia

73 Supermie Mie Sedap Tradisional Medan Helvetia

74 Indomie Mie Sedap Tradisional Medan Petisah

75 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Petisah

76 Indomie Indomie Tradisional Medan Petisah

77 Sarimie Indomie Mini Market Medan Petisah

78 Mie Sedap Mie Sedap Supermarket Medan Barat

79 Mie Abc Sarimie Mini Market Medan Barat

80 Mie Abc Indomie Tradisional Medan Barat

81 Alhamie Supermie Tradisional-Mini Market Medan Barat

82 Supermie Mie Sedap Mini Market Medan Timur

83 Sarimie Mie Abc Tradisional Medan Timur

84 Supermie Indomie Tradisional Medan Timur

85 Indomie Mie Abc Supermarket Medan Timur

86 Alhamie Indomie Supermarket Medan Timur

87 Sarimie Mie Sedap Tradisional Medan Timur


(5)

89 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Perjuangan

90 Supermie Indomie Mini Market Medan Perjuangan

91 Supermie Indomie Mini Market Medan Perjuangan

92 Indomie Sarimie Tradisional Medan Perjuangan

93 Mie Sedap Supermie Tradisional Medan Perjuangan

94 Indomie Indomie Tradisional-Supermarket Medan Perjuangan

95 Mie Sedap Mie Sedap Supermarket Medan Tembung

96 Supermie Mie Sedap Mini Market Medan Tembung

97 Alhamie Indomie Tradisional Medan Tembung

98 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Tembung

99 Supermie Supermie Tradisional-Supermarket Medan Tembung

100 Mie Abc Supermie Supermarket Medan Tembung

101 Mie Abc Indomie Mini Market Medan Tembung

102 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Tembung

103 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Tembung

104 Indomie Indomie Tradisional Medan Deli

105 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Deli

106 Mie Sedap Indomie Tradisional-Supermarket Medan Deli

107 Mie Sedap Indomie Supermarket Medan Deli

108 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Deli

109 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Deli

110 Indomie Mie Sedap Tradisional Medan Deli

111 Sarimie Mie Sedap Mini Market Medan Deli

112 Indomie Sarimie Tradisional Medan Deli

113 Sarimie Sarimie Tradisional Medan Deli

114 Mie Sedap Indomie Mini Market Medan Deli

115 Mie Abc Indomie Supermarket Medan Deli

116 Indomie Mie Abc Supermarket Medan Labuhan

117 Mie Abc Mie Sedap Tradisional Medan Labuhan

118 Indomie Mie Sedap Tradisional- Mini Market Medan Labuhan

119 Mie Sedap Mie Abc Mini Market Medan Labuhan

120 Indomie Indomie Supermarket Medan Labuhan

121 Indomie Mie Sedap Mini Market Medan Labuhan

122 Mie Abc Supermie Mini Market Medan Labuhan

123 Indomie Mie Sedap Supermarket Medan Marelan

124 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Marelan

125 Mie Sedap Indomie Tradisional Medan Marelan

126 Sarimie Mie Sedap Mini Market Medan Marelan

127 Mie Sedap Indomie Mini Market Medan Marelan

128 Mie Sedap Supermie Supermarket Medan Marelan

129 Mie Abc Indomie Supermarket Medan Marelan

130 Supermie Mie Sedap Mini Market Medan Marelan

131 Indomie Mie Sedap Tradisional Medan Marelan

132 Mie Sedap Indomie Tradisional-Mini Market Medan Marelan

133 Indomie Indomie Supermarket Medan Belawan

134 Sarimie Indomie Mini Market Medan Belawan


(6)

136 Sarimie Indomie Tradisional Medan Belawan

137 Indomie Supermie Tradisional Medan Belawan