2.4.3. Tujuan Penyuluhan Kehutanan
Tujuan penyuluhan kehutanan sesuai dengan pasal 56, Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumberdaya hutan bagi kehidupan manusia.
Menurut Mardikanto 1993, penyuluhan kehutanan bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat petani untuk membuat mereka tahu, mau
dan mampu berswadaya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarganya.
2.5. Karakteristik petani hutan
Karakteristik petani hutan sebagai individu perlu diperhatikan untuk melihat apakah faktor-faktor ini akan mempengaruhi persepsi petani terhadap
kredibilitas penyuluh sebagai sumber informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat . Kotler dalam Rona, 1999 menyebutkan karakteristik individu dapat
diklasifikasikan ke dalam karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi mencakup umur,
jenis kelamin, ukuran keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan dan tingkat sosial. Sedangkan karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian.
2.5.1. Umur
Kelompok petani yang berumur muda memiliki wawasan dan pandangan ke depan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok umur tua. Petani yang
sudah tua cenderung daya tahan tubuhnya sudah berkurang, sehingga kemampuannya untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan penyuluhan akan
berkurang. Seperti yang diungkapkan Yusri 1999 yang mengatakan bahwa umur patani erat hubungannya dengan kemampuan fisik, petani yang sudah tua
kemungkinan kekuatan bekerja akn berkurang. Hasil penelitian Damayanti 1992 menunjukkan bahwa masyarakat yang
berumur kurang dari 40 tahun mempunyai daya terima yang beragam terhadap
pesan dan media, sedangkan yang berumur diatas 40 tahun sebagian cenderung bersikap kaku atau sebagian besar bersifat demokratis.
2.5.2. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang terahir diikuti oleh petani. Petani yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai kemampuan untuk
memberikan idea tau saran dalam diskusi, penyusunan rencana kerja dan juga mencari dan menyebarkan informasi untuk kepentingan anggota kelompok
lainnya Akhyar 1994.
2.5.3. Pendapatan
Menurut Dewi 2003, pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat adalah pendapatan yang diterima oleh petani pengelola hutan rakyat, yaitu hasil
dari usaha hutan rakyat ditambah hasil dari usaha selain hutan rakyat dikurangi pengeluaran total yang dikeluarkan oleh petani hutan rakyat. Pendapatan rumah
tangga dihitung berdasarkan komponen arus penerimaan dan pengeluaran keluarga selama satu bulan Susetiyaningsih 1992.
Pendapatan petani yang tinggi sering kali berhubungan dengan kemauan untuk melakukan perubahan, begitu pula sebaliknya petani yang berpenghasilan
rendah adalah lambat dalam melakukan suatu perubahan atau dalam mencoba sesuatu Soekartawi 1988.
2.5.4. Pengalaman bertani
Pengalaman bertani biasanya secara tidak langsung akan mempengaruhi persepsi petani terhadap kredibilitas penyuluh. Petani yang berpengalaman akan
lebih bijaksana saat menerima atau menolak suatu inovasi. Kasup dalam Kirana 2007 menyebutkan bahwa mengambil suatu keputusan tentang berbagai
masalah, seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa lampau, kecakapan persepsi dan asumsi mengenai situasi tertentu.
2.5.5. Lama menjadi anggota kelompok