14
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Dayasaing
Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu produsen untuk memproduksi suatu produk dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan
produksi tersebut menguntungkan Simanjuntak 1992 diacu dalam Siregar 2009. Dayasaing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan
produknya yang dihasilkan negara itu relatif terhadap kemampuan negara lain.
3
Konsep dayasaing pada tingkat nasional adalah produktivitas. Kemampuan untuk menghasilkan suatu standar kehidupan yang tinggi dan meningkat bagi para
warga tergantung pada produktivitas dimana tenaga kerja dan modal suatu negara digunakan. Produktivitas adalah nilai output yang diproduksi oleh suatu unit
tenaga kerja atau modal. Produktivitas tergantung baik pada kualitas dan penampilan produk yang menentukan harga yang dapat mereka minta maupun
pada efisiensi di mana produk dihasilkan. Produktivitas adalah penentu utama dari standar hidup negara yang berjangka panjang, produktivitas adalah akar penyebab
pendapatan per kapita nasional. Produktivitas sumberdaya manusia menentukan upah karyawan, produktivitas dimana modal digunakan, dan return yang
diperolehnya untuk para pemegang sahamnya Cho dan Moon 2003. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur dayasaing suatu komoditi dilihat dari dua
indikator yaitu keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
3.1.1.1. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif competitive advantage merupakan alat yang digunakan untuk mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi
perekonomian aktual. Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter 1990. Menurut Porter 1990, terdapat empat faktor utama yang
menentukan dayasaing suatu industri yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi
3
Bappenas. 2012. Daya Saing. http:www.bappenas.go.id
[Diakses pada 8 Juli 2012]
15
permintaan, kondisi industri pendukung dan industri terkait serta kondisi struktur, persaingan dan strategi perusahaan. Keempat faktor tersebut didukung oleh faktor
kesempatan dan faktor pemerintah dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri. Faktor-faktor tersebut menghasilkan suatu lingkungan dimana suatu
perusahaan lahir dan belajar bagaimana bersaing. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu sistem yaitu The Diamond of National Advantage. Setiap poin
dalam berlian tersebut mempengaruhi keberhasilan suatu negara dalam mendapatkan keunggulan bersaing di pasar internasional.
Komponen dalam Sistem Berlian Porter dijelaskan sebagai berikut:
1 Kondisi Faktor Sumberdaya
Posisi Indonesia berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri CPO. Faktor produksi
digolongkan ke dalam lima kelompok: a
Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing
nasional mencakup biaya, aksestabilitas, mutu dan ukuran lahan lokasi, ketersediaan air, mineral, dan energi sumberdaya perkebunan kelapa sawit.
Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis dan lain-lain.
b Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri CPO nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan
manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku tingkat upah, dan etika kerja termasuk moral.
c Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan
dalam memproduksi CPO. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan
pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya.
16
d Sumberdaya Modal
Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing CPO nasional terdiri dari jumlah dan biaya suku bunga yang tersedia, jenis pembiayaan sumber
modal, aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi
moneter, fiskal serta peraturan moneter dan fiskal. e
Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing CPO nasional
terdiri dari ketersediaan, jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos,
giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik dan lain-lain.
2 Kondisi Pemintaan
Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu dayasaing industri CPO Indonesia, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan
domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing di pasar global. Mutu permintaan persiapan yang ketat di dalam
negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik.
Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing industri nasional yaitu:
a Komposisi Permintaan Domestik
Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:
i Struktur segmen permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing
nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh dayasaing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan
dengan struktur segmen yang sempit. ii
Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi
standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features dan pelayanan.
17
iiiAntisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing.
b Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan
Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh pembeli bebas, tingkat
pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan
penetrasi lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat
dilakukan jika industri melakukannya dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan
teknologi dan peningkatan produktivitas. c
Internasionalisasi Pemintaan Domestik Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan
mendorong dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional
tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing produk negeri yang dikunjungi tersebut.
3 Industri Terkait dan Industri Pendukung
Keberadaan industri terkait dan industri pendukung pada industri CPO yang telah memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri
utamanya. Industri hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik,
pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki
dayasaing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki dayasaing
global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing global.
18
4 Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan
Struktur industri juga menentukan dayasaing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri
yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan- perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang
bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan
dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan dayasaing global industri
yang bersangkutan. a
Struktur Pasar Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukan tipe pasar. Derajat
persaingan struktur pasar degree of competition of market share dipakai untuk menunjukan sejauhmana perusahaan-perusahaan individual mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat
organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk nature of the product adalah dimensi-
dimensi yang penting dari struktur pasar. Adapula dimensi lainnya yaitu mudah atau sulitnya memasuki industri hambatan masuk pasar, kemampuan
perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar
monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli
lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam
suatu industri. b
Persaingan Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu pendorong
bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor
penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada
19
perusahaan lain dalam meningkatkan dayasaingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih
mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki dayasaing yang tingkat
persaingannya rendah. c
Strategi Perusahaan Dalam menjalankan suatu usaha, baik usaha yang berskala besar
maupun perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya
ke dalam lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha.
Dalam penyusunan suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap
organisasi atau perusahaan tersebut.
5 Peran Pemerintah
Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu
dayasaing global. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu menciptakan dayasaing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan
fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan dayasaingnya.
Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam,
tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi. Selain itu, Pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat
dayasaing melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu dayasaing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan dayasaing
global namun memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu dayasaing, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada
dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara efektif dan efisien.
20
6 Peran Kesempatan
Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali industri atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri nasional.
Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing industri global nasional adalah penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak
berlanjut misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang, meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari
peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya.
3.1.1.2. Keunggulan Komparatif
Konsep keunggulan komparatif The Law of Comparative Advantage
pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada awal abad ke 19. Konsep ini menyatakan bahwa suatu negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam
memproduksi komoditi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolut kecil. Dari komoditi ini negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif dan
akan mengimpor komoditi yang kerugian absolut lebih besar Salvatore 1997. Intinya, suatu negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan
negara lain bila negara tersebut berspesialisasi dalam komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien mempunyai keunggulan absolut dan mengimpor
komoditi yang kurang efisien mengalami kerugian absolut Metode yang dapat digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif
adalah dengan menggunakan Balassa’s Revealed Comparative Advantage Index
RCA - diciptakan oleh Ballasa pada tahun 1965 - yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dalam pangsa pasar sektor tertentu
tersebut di pasar dunia. Indeks RCA ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi keunggulan bersaing dari suatu komoditas di pasar internasional dibandingkan
dengan negara produsen lainnya. Serin 2008. Keunggulan
menggunakan indeks
RCA adalah
indeks ini
mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah
relatif Bender Li 2002. Kelemahan indeks RCA ini adalah indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumberdaya dan penerapan
21
kebijakan perdagangan yang sesuai. Selain itu indeks RCA ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja impor dan
mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya Batra Khan 2005.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional