9
2.3. Penelitian Terdahulu
2.3.1. Dayasaing Komoditas Indonesia
Febriyanthi 2008 melakukan penelitian tentang dayasaing ekspor komooditi teh Indonesia di pasar internasional. Alat yang digunakan untuk
meneliti dayasaing teh adalah Revealed Comparative Advantage RCA, sementara Teori Berlian Porter digunakan untuk menganalisis faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi keunggulan komoditi suatu negara. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa struktur pasar yang dihadapi teh Indonesia dalam
pasar teh internasional, adalah pasar persaingan oligopoli dan pasar persaingan monopoli. Posisi Indonesia di masing-masing pasar tersebut adalah market
follower . Akibatnya Indonesia sangat rentan terhadap adanya kekuatan pesaing-
pesaing yang kuat, seperti Sri Langka, Kenya, Cina dan India. Berdasarkan analisis keunggulan komparatif, Indonesia memiliki dayasaing yang kuat. Namun
dilihat dari keunggulan kompetitif, Indonesia masih berdayasaing lemah. Secara garis besar hal ini menunjukkan bahwa dayasaing Indonesia di pasar internasional
masih lemah. Namun, dalam penelitiannya Febriyanthi 2008 belum melakukan analisis keterkaitan antar komponen yang menentukan dayasaing suatu negara
competitive advantage of nations. Analisis keunggulan komparatif dengan metode RCA menunjukkan bahwa komoditas teh Indonesia yang berdayasaing
kuat adalah teh hijau kode HS 090210 dan teh hitam kode HS 090240 dikarenakan keunggulan komparatif yang dimiliki kedua produk itu dan nilai
ekspor yang cukup tinggi, serta pangsa pasar yang luas. Sari 2008 melakukan penelitian tentang analisis dayasaing dan strategi
ekspor kelapa sawit CPO Indonesia di pasar internasional. Dalam penelitiannya, analisis yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan analisis pangsa pasar dan Revealed Comparative Advantage
RCA, sedangkan analisis kualitatif dengan menggunakan analisis SWOT. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa pangsa pasar Indonesia berada
pada posisi teratas kemudian disusul Malaysia dan Kolombia. Indonesia menguasai pangsa pasar dari tahun 2000 sampai dengan 2005, walaupun besarnya
pangsa pasar Indonesia berfluktuasi tetapi cenderung tetap mengalami kenaikan. CPO Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Hal ini
10
ditunjukkan nilai Revealed Comparative Advantage RCA yang lebih dari satu. Kemudian, kendala dalam pemasaran dan produksi CPO Indonesia secara umum
adalah kebijakan pemerintah yang menghambat, nilai value dan produktivitas yang rendah, tingginya biaya ekspor, penyelundupan CPO. Maka dari itu, strategi
yang perlu dilakukan untuk mengembangkan dayasaing ekspor CPO Indonesia adalah meningkatkan mutu, produksi hulu maupun hilir, penambahan dan
perbaikan infrastruktur dan penataan kebijakan pemerintah mengenai pajak ekspor kelapa sawit.
Cahya 2010 melakukan penelitian tentang dayasaing ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Metode pengolahan data yang digunakan antara lain
Herfindahl Index HI, Concertation Ratio CR, Revealed Comparative
Advantage RCA, Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT. Hasil analisis
kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya
faktor alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan
industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat
terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk substitusi seperti ikan
salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan
terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti
penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dayasaing ikan tuna nasional.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah dalam penelitian ini dilakukan penentuan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen minyak
sawit dibandingkan negara lainnya dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage.
Selain itu ada analisis komponen-komponen penentu dayasaing suatu komoditas serta keterkaitan antar komponen tersebut dengan menggunakan
Porter’s Diamond Theory. Ditambah lagi, penelitian ini juga dilengkapi dengan
11
analisis pengembangan industri minyak sawit di Indonesia dengan menggunakan analisis SWOT dan dipetakan dalam bentuk arsitektur strategi yang selanjutnya
analisis tersebut dapat digunakan sebagai informasi dalam membuat strategi pengembangan industri minyak sawit di Indonesia untuk meningkatkan dayasaing
minyak sawit Indonesia.
2.3.2. Strategi Pengembangan Komoditas
Cahyani 2008 melakukan penelitian mengenai dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis gula Indonesia. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
hasil peramalan menunjukkan konsumsi gula Indonesia sampai tahun 2025 terjadi peningkatan. Sedangkan produksi gula cenderung konstan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa produksi gula dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Selain itu, jika dilihat dari tiap komponen
dayasaing agribisnis gula, terdapat keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung. Namun, keterkaitan yang tidak saling
mendukung lebih dominan dalam penelitian ini. Hal ini menyebabkan dayasaing agribisnis gula Indonesia masih lemah. Beberapa strategi yang dirumuskan untuk
meningkatkan dayasaing agribisnis gula diantaranya adalah mengoptimalkan sumberdaya yang ada, pengembangan produk hasil samping pengolahan gula,
peningkatan kualitas dan efisiensi produksi gula, meningkatkan kinerja usahatani dengan penerapan teknologi on farm, penguatan kelembagaan, menjaga
ketersediaan pasokan tebu, pengaturan produksi dan impor gula rafinasi, menciptakan lembaga permodalan bagi petani dan industri gula, rehabilitasi
sarana prasarana penunjang pabrik gula, penataan varietas dan pembibitan, mengatur ketersediaan pupuk dan bibit dalam waktu, jumlah, jenis, dan harga
yang tepat, pengembangan industri gula di luar Jawa, perbaikan manajemen tebang muat angkut TMA, mencari teknik budidaya yang sesuai untuk lahan
bukan sawah, rehabilitasi tanaman tebu keprasan bongkar ratoon. Cahyani 2008 juga merumuskan rancangan arsitektur strategik agribisnis gula di
Indonesia. Puspita 2009 melakukan penelitian mengenai dayasaing serta
pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa dalam sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia, masing-
12
masing subsistem agribisnis belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Hal ini terlihat pada subsistem agribisnis hulu yang belum terbentuk sehingga
sarana produksi berupa benih masih sulit diperoleh. Selain itu, kegiatan usahatani juga belum mampu mendukung subsistem agribisnis hilir yang telah berkembang.
Strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan mengingkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal diantaranya adalah optimalisasi lahan gandum lokal,
membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan, penguatan kelembagaan, melakukan bimbingan, pembinaan dan pendampingan bagi petani, membentuk
kerjasama antara petani dengan industri makanan, menciptakan sumber permodalan bagi petani, mengatur ketersediaan benih, menciptakan varietas
gandum baru untuk dataran rendah dan medium, melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis gandum lokal, pembatasan volume impor, menciptakan produk
olahan gandum lokal berkualitas tinggi untuk pasar tertentu serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal. Puspita 2009 juga merumuskan
rancangan arsitektur strategik agribisnis gandum lokal di Indonesia. Nurunisa 2011 melakukan penelitian mengenai dayasaing dan strategi
pengembangan agribisnis teh Indonesia. Analisis dayasaingnya menggunakan Sistem Berlian Porter menunjukan bahwa komponen faktor sumberdaya dan
komponen komposisi permintaan domestik, serta komponen faktor sumberdaya dengan komponen industri terkait dan industri telah saling mendukung, sementara
komponen lainnya belum saling mendukung. Selain itu, apabila dilihat dari komponen pendukungnya, komponen peranan pemerintah baru memiliki
keterkaitan yang mendukung dengan komponen faktor sumberdaya saja, sementara komponen peranan kesempatan telah mampu mendukung semua
komponen utama. Strategi peningkatan dayasaing yang dihasilkan melalui analisis Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh
rakyat, yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia.
Sementara untuk perkebunan besar negara dan swasta strategi lebih mengarah kepada peningkatan produksi dan diversifikasi produk, khususnya untuk produk
teh tujuan ekspor. Permasalahan lain yang menjadi fokus strategi adalah permasalahan yang terkait dengan konsumsi teh, strategi yang digunakan lebih
13
diutamakan kepada peningkatan upaya promosi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai teh dan manfaatnya. Kemudian,
strategi yang telah dihasilkan dipetakan ke dalam rancangan arsitektur strategik, sehingga dihasilkan rancangan arsitektur strategik agribisnis teh Indonesia.
Sari 2011 melakukan penelitian mengenai dayasaing dan strategi pengembangan kedelai lokal di Indonesia. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
dalam sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia, masing-masing subsistem agribisnis belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Hasil analisis
Sistem Berlian Porter menunjukkan bahwakomponen utama agribisnis kedelai lokal di Indonesia dayasaingnya lemah, namun dayasaing agribisnis kedelai lokal
di Indonesia tersebut sangat didukung oleh komponen pendukungnya. Pada komponen peranan pemerintah ternyata kebijakan dan sikap yang diberikan
pemerintah terhadap agribisnis kedelai lokal di Indonesia telah mendukung seluruh komponen dalam agribisnis kedelai di Indonesia. Begitu juga dengan
komponen kesempatan yang memberikan dukungan terhadap seluruh komponen dalam agribisnis kedelai di Indonesia. Beberapa alternatif strategi digunakan
untuk mengembangkan dan mengingkatkan dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Rancangan arsitektur strategik dibuat berdasarkan perumusan strategi
pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah
pada metode yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian- penelitian terdahulu adalah pada komoditi yang diteliti. Penelitian ini
menganalisis dayasaing minyak sawit Indonesia dan juga berusaha untuk merumuskan strategi pengembangan industri minyak sawit Indonesia.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis