78
VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ARSITEKTUR
STRATEGIK MINYAK SAWIT INDONESIA
6.1. Analisis Strategi Pengembangan Minyak Sawit Indonesia
Setelah melakukan analisis dayasaing minyak sawit dan turunannya di Indonesia, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi untuk
meningkatkan dayasaing tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi informasi menjadi dua kelompok, yaitu informasi yang termasuk
ke dalam lingkup internal, dan informasi yang termasuk ke dalam lingkup eksternal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan yang
berasal dari lingkup internal kemudian identifikasi peluang dan ancaman yang berasal dari lingkup eksternal. Sumber informasi yang digunakan berasal dari
analisis dayasaing minyak sawit dan turunannya di Indonesia. Kemudian, dilakukan proses pencocokan dengan menggunakan Matriks SWOT sehingga
diperoleh strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi industri minyak sawit dan turunannya di Indonesia saat ini.
6.1.1. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi adalah melakukan identifikasi strengths, weaknesses, opportunities dan threaths
SWOT. Faktor strengths dan weaknesses diperoleh dari informasi yang berasal dari lingkup internal. Dimana lingkup internal merupakan kegiatan dan pihak-
pihak yang terlibat dalam kegiatan pengolahan minyak sawit. Sementara faktor opportunities
dan threats diperoleh dari kegiatan dan pihak-pihak yang berada di luar kegiatan pengolahan minyak sawit, termasuk lingkungan global lingkup
eksternal. Identifikasi mengenai strengths, weaknesses, opportunities dan threaths
tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.
79
Tabel 15. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Komponen Identifikasi
SWOT Faktor SWOT
A. Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya Manusia
Kelemahan
Terbatasnya tenaga ahli dalam industri CPO
2. Sumberdaya IPTEK
Peluang
Adanya kontribusi penelitian dari lembaga riset PPKS, MAKSI, dan APKASINDO serta lembaga
litbang 3. Sumberdaya Modal
Peluang
Adanya insentif dari Pemerintah bagi pelaku industri
hilir CPO 4.
Sumberdaya Infrastruktur
Kelemahan
Infrastruktur yang ada saat ini belum memadai untuk menunjang produksi dan distribusi minyak sawit
B. Permintaan Domestik
Komposisi Permintaan serta Jumlah Permintaan dan Pola
Pertumbuhan
Peluang
Semakin berkembangnya tren produk berbasis minyak sawit baik pangan maupun nonpangan
Internasioalisasi
Ancaman
Ancaman
Kelemahan
Isu negatif black campaign terhadap produk CPO
Indonesia akibat dari pembukaan lahan yang menyebabkan global warming
Adanya pesaing yang kuat yaitu Malaysia
Ekspor berupa produk hulu yang nilainya rendah
C. Industri Terkait dan Pendukung
Peluang
Potensi pengembangan industri hilir pengolahan
minyak sawit yang cukup besar
D. Struktur, Persaingan dan Strategi
Kekuatan
Kekuatan
Ancaman
Minyak sawit memiliki keunggulan teknis
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya
Produksi CPO yang telah berstandar nasional dan internasional
Kompetisi dengan produsen minyak nabati lainnya
E. Peranan Pemerintah
Peluang
Ancaman
Ancaman
Perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan
pemerintah yang mendukung CPO dan industri turunannya
Lemahnya koordinasi antara lembaga-lembaga
pemangku kepentingan
Stabilitas politik, keamanan dan pemerintahan nasional dan kebijakan pemerintah
F. Peranan Kesempatan
Peluang
Peningkatan konsumsi dan prospek CPO yang cerah
di masa depan
6.1.2. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Analisis komponen SWOT terdiri dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh dari analisis industri minyak sawit pada bab
sebelumnya dengan menggunakan Sistem Berlian Porter. Berikut ini akan dijelaskan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
industri minyak sawit di Indonesia. Selanjutnya kita dapat merumuskan strategi untuk mengembangan dan meningkatkan dayasaing minyak sawit di Indonesia
berdasarkan analisis tiap komponen SWOT yang telah dilakukan.
80
1 Analisis Faktor Strategis Internal : Kekuatan
a Minyak sawit memiliki keunggulan teknis dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya
Permintaan industri terhadap minyak nabati semakin meningkat dan industri pun mempunyai banyak pilihan untuk membeli minyak nabati. Hal ini
menyebabkan persaingan diantara para produsen minyak nabati yang semakin ketat, selain dari sisi kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas produk. Kelapa
sawit mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan tanaman ini tahan terhadap musim kering dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Selain itu, minyak sawit memiliki keunggulan dari tingkat produktivitas dan kebutuhan lahan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
b Produksi CPO yang telah berstandar nasional dan internasional
Produk CPO dan turunannya di Indonesia telah memiliki kualitas seragam dan telah terstandar di seluruh Indonesia SNI. Lampiran 10. Selain SNI, ada
dua jenis sertifikasi yang berlaku pada CPO yang dijual pada pasar internasional, yaitu RSPO dan ISCC. Keuntungan sertifikasi ini adalah diakui sebagai produsen
ramah lingkungan dan harga yang premium. Harga jual CPO dari perusahaan yang sudah bersertifikasi RSPO lebih tinggi US 6 per ton. Sementara CPO
bersertifikasi ISCC berpotensi untuk mendapatkan premium sekitar US20 –
US30 per ton dari harga di pasar dunia.
2 Analisis Faktor Strategis Internal : Kelemahan
a Ekspor berupa produk hulu yang nilainya rendah
Pada tahun 2010, nilai perdagangan ekspor minyak sawit Indonesia unggul lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan Malaysia. Hal ini dikarenakan 57,97
persen ekspor minyak sawit Indonesia masih berupa CPO, dan 42,03 persen dalam bentuk produk olahan sederhana yang berupa oleinminyak goreng dan
oleokimia dasar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum memanfaatkan menjadi rumpun industri oleochemical.
b Terbatasnya tenaga ahli dalam industri CPO
Implementasi teknologi akan semakin cepat apabila jumlah sumberdaya manusia yang mempunyai pengetahuan dan pendidikan mencukupi. Hambatan
untuk implementasi teknologi diakibatkan oleh terbatasnya jumlah tenaga ahli
81
dalam industri CPO. Misalnya dalam hal pemasaran CPO, terbatasnya tenaga ahli menyebabkan kurangnya jaringan pasar dan lemahnya market intelligent.
c Infrastruktur yang ada saat ini belum memadai untuk menunjang
produksi dan distribusi minyak sawit
Infrastruktur merupakan salah satu komponen untuk menunjang produksi dan distribusi CPO. Di Indonesia saat ini pembangunan infrastruktur masih
difokuskan pada kawasan barat. Hal ini terlihat dengan pelabuhan utama yang terletak di Belawan dan Dumai sementara untuk kawasan timur belum memiliki
pelabuhan untuk mengangkut CPO keluar negeri.
3 Analisis Faktor Strategis Eksternal : Peluang
a Adanya kontribusi penelitian dari lembaga riset PPKS, MAKSI, dan
APKASINDO serta lembaga litbang
Perkembangan informasi dan teknologi yang pesat membutuhkan peranan asosiasi yang mampu menyampaikan informasi kepada anggotanya. Lembaga
riset yang berperan penting dalam industri minyak sawit Indonesia adalah PPKS. Ditambah lagi oleh riset dan pengembangan yang dilakukan oleh lembaga litbang
baik litbang pemerintah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi maupun litbang dari universitas SEAFAST Center IPB, SEAMEO Biotrop IPB, Pusat
Penelitian Bioteknologi ITB, Pusat Penelitian Bioteknologi UGM. Selain itu, adanya peranan asosiasi dalam menyampaikan informasi. Asosiasi ini menaungi
masing-masing kepentingan dari stakeholders, seperti MAKSI yang merupakan komunitas yang berisi peneliti, petani, industri, dan pemerintah. GAPKI yang
merupakan asosiasi bagi para pengusaha dan APKASINDO yang menaungi para
petani kelapa sawit. b
Adanya insentif dari Pemerintah bagi pelaku industri hilir CPO
Pemerintah menjanjikan tiga macam insentif kepada para pelaku usaha dalam pengembangan industri hilir minyak sawit CPO. Ketiga insentif tersebut
adalah subsidi bunga pinjaman untuk program peremajaan mesin-mesin produksi, pembebasan pajak tax holiday, dan dukungan infrastruktur dasar. Pada insentif
subsidi bunga, Kemenperin memberikan subsidi bunga kredit bagi sektor hilir CPO yang melakukan peremajaan mesin.
82
c Semakin berkembangnya tren produk berbasis minyak sawit baik
pangan maupun nonpangan
CPO yang merupakan produk utama dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan dalam bentuk pangan maupun nonpangan. Dalam produksi pangan, CPO
digunakan sebagai bahan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan, margarin, lemak khusus substitusi cacao butter, kue, biskuit, dan es krim.
Sementara itu, dalam produksi nonpangan CPO digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, detergen, surfakat, pelunak plasticizer, pelapis surface
coating , pelunas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel, dan kosmetika.
d Perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan pemerintah yang
mendukung CPO dan industri turunannya
Pemerintah merupakan lembaga terbesar dan sangat berpengaruh dalam industri minyak sawit CPO dan turunannya. Dikatakan sangat berpengaruh
dikarenakan pemerintah menciptakan perundang-undangan, aturan, serta kebijakan yang wajib dilaksanakan oleh pelaku industri sawit. Salah satunya
adalah adanya Roadmap pengembangan industri pengolahan kelapa sawit yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian. Hal ini menjadikan CPO sebagai
salah satu komoditas prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah sebagaimana dituangkan dalam Kebijakan Pembangunan Industri Nasional.
Pengembangan industri CPO diarahkan dengan pendekatan klaster yang terbagi atas kelompok industri hulu, antara, dan hilir.
4 Analisis Faktor Strategis Eksternal : Ancaman
a Isu negatif black campaign terhadap produk CPO Indonesia akibat
dari pembukaan lahan yang menyebabkan global warming
Kebutuhan industri akan minyak nabati sebagai bahan pangan dan nonpangan akan semakin meningkat. Pertumbuhan konsumsi CPO di pasar
internasional yang tinggi menyebabkan Indonesia akan memenuhi permintaan pasar dengan menambah luasan penanaman perkebunan. Perluasan perkebunan
kelapa sawit ini dihadang oleh isu negatif yang disebarkan oleh LSM di negera- negara di Eropa dan Amerika. Isu negatif ini antara lain perusakan lingkungan
dalam pembukaan lahan perkebunan yang memiliki dampak negatif, seperti
83
adanya pembakaran hutan, dan perusakan terhadap habitat orang utan
24
. Isu berikutnya adalah tuduhan penggunaan lahan gambut yang dalam, yang sangat
besar melepaskan emisi karbon ke udara dan dituding sebagai pemicu pemanasan global. Ditambah lagi adanya isu tentang tingginya emisi gas metan ke udara,
sebagai hasil dari dekomposisi limbah cair pabrik kelapa sawit yang kurang terkendali. Serta adanya isu global mengenai kesehatan minyak sawit sebagai
bahan pangan, yang dituduh mengandung trans fat dan senyawa 3-MCPD, yang dianggap dapat menimbulkan penyakit kanker.
25
b Adanya pesaing yang kuat yaitu Malaysia
Pesaing ekspor CPO terkuat bagi Indonesia di pasar internasional adalah Malaysia. Banyaknya ekspansi perusahaan-perusahaan dari Malaysia untuk
mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menyebabkan mengalirnya minyak CPO Indonesia ke Malaysia untuk diolah lebih lanjut.
Semakin banyaknya CPO yang mengalir ke Malaysia maka akan menguntungkan Malaysia karena CPO akan diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah
c Kompetisi dengan produsen minyak nabati lainnya
Minyak sawit merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati vegetable oils yang diproduksi, diperdagangkan, dan dikonsumsi secara
internasional. Minyak nabati tersebut adalah palm oilpalm kernel oil, soybean oil, sunflower oil, rapessed oil, coconut oil, groundnut oil, cotton seed oil, corn oil,
olive oil, castor oil, sesame oil, dan linseed oil. Dari ketigabelas jenis minyak
nabati tersebut, hanya empat jenis yang cukup besar yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, dan minyak bunga matahari.
d Lemahnya koordinasi antara lembaga-lembaga pemangku kepentingan
Sipayung 2012 menyatakan bahwa saat ini di Indonesia berkembang asosisasi pada tiap subsistem agribisnis horizontal yang membuat agribisnis
kelapa sawit dari hulu hingga hilir menjadi tersekat-sekat. Kondisi ini sering menimbulkan konflik antar asosiasi dalam menghadapi kebijakanisu eksternal.
Idealnya untuk kepentingan nasional dan kepentingan agribisnis kelapa sawit ke
24
Natural Resources Management Program : Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Edisi September 2001.
25
[MAKSI]. 2011. Profil Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia MAKSI
84
depan, asosiasi yang ideal terbentuk adalah asosiasi vertikal mulai dari hulu hingga hilir.
e Stabilitas politik, keamanan dan pemerintahan nasional dan kebijakan
pemerintah
Kondisi keamanan negara dan politik yang kondusif akan mempengaruhi minat investor menanamkan modalnya di dalam negeri. Kurang pastinya
keamanan dan politik nasional, menyebabkan konflik sosial di masyarakat masih terjadi. Selain itu kebijkan pemerintah yang tidak berpihak kepada investor
dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah akan menyebabkan ancaman bagi keberlanjutan investasi perkebunan kelapa sawit.
6.1.3. Perumusan Matriks SWOT Industri Minyak Sawit Indonesia
Tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah dianalisis sebelumya.
Dalam merumuskan strategi pengembangan industri minyak sawit Indonesia alat yang digunakan adalah Matriks SWOT. Rumusan strategi yang dihasilkan
merupakan kombinasi antara beberapa faktor SWOT. Dengan menggunakan Matriks SWOT strategi yang dihasilkan terdiri dari strategi SO penggunaan
kekuatan dari industri minyak sawit nasional untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi WO memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan dari
industri minyak sawit Indonesia, strategi ST penggunaan kekuatan industri minyak sawit nasional untuk mengatasi ancaman dan strategi WT
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. Hasil perumusan matriks SWOT industri minyak sawit Indonesia dapat dillihat
pada Tabel 16.
85
Tabel 16. Matriks SWOT Industri Minyak Sawit Nasional
Kekuatan Strengths-S
1. Minyak sawit memiliki
keunggulan teknis dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya 2.
Produksi CPO yang telah berstandar nasional dan
internasional
Kelemahan Weaknesses-W
1. Ekspor berupa produk hulu
yang nilainya rendah 2.
Terbatasnya tenaga ahli dalam industri CPO
3. Infrastruktur yang ada saat ini
belum memadai untuk menunjang produksi dan
distribusi minyak sawit
Peluang Opportunitties-O
1. Adanya insentif dari
Pemerintah bagi pelaku industri hilir CPO
2. Semakin berkembangnya tren
produk berbasis minyak sawit baik pangan maupun
nonpangan 3.
Perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan
pemerintah yang mendukung CPO dan industri turunannya
4. Adanya kontribusi penelitian
dari lembaga riset PPKS, MAKSI, dan APKASINDO
SO Strategy
1. Pengembangan sistem
pemasaran produk industri CPO S1, S2, O1, O3
2. Pengembangan industri hilir
serta peningkatan nilai tambah minyak sawit S1, S2, O2, O3
WO Strategy
1. Pengembangan SDM pelaku
industri minyak sawit dengan pelatihan dan peningkatan
kegiatan inovasi W2, O3
2. Menambah dan memperbaiki
infrastruktur yang ada W1, W2, W3, O2, O3
3. Meningkatkan ekspor produk
hilir W1, O2, O3
Ancaman Threats-T
1. Isu negatif black campaign
terhadap produk CPO Indonesia akibat dari
pembukaan lahan yang menyebabkan global warming
2. Adanya pesaing yang kuat
yaitu Malaysia 3.
Kompetisi dengan produsen minyak nabati lainnya
4. Lemahnya koordinasi antara
lembaga-lembaga pemangku kepentingan
5. Stabilitas politik, keamanan
dan pemerintahan nasional dan kebijakan pemerintah
ST Strategy
1. Memperhatikan isu nasional
dan internasional dengan memperbaiki kebijakan
pemerintah S2, T1, T4, T5
WT Strategy 1.
Memanfaatkan ekspor ke negara yang lebih
membutuhkan produk hulu, misalnya India W1, T1, T2,
T3
2. Meningkatkan pola kerjasama
dengan produsen negara lain melalui promosi W1, T1, T5
1 Strategi SO
Strategi SO
merupakan strategi
yang dirumuskan
dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki industri minyak sawit nasional untuk
memanfaatkan peluang-peluang yang ada seoptimal mungkin. Dengan menggunakan faktor-faktor kekuatan dan peluang yang telah diperoleh dari
analisis faktor strategis sebelumnya, maka rumusan strategi SO yang dapat diterapkan untuk meningkatkan dayasaing industri minyak sawit Indonesia adalah
pengembangan sistem pemasaran produk industri CPO dan pengembangan industri hilir serta peningkatan nilai tambah minyak sawit.
86
a. Pengembangan sistem pemasaran produk industri CPO