128 di pegang Thailand dengan besar pangsa pasarnya adalah 73.57 persen dan
Indonesia hanya 19.47 persen. Dampak kenaikan pendapatan dan harga karet alam dunia menunjukkan
arah yang saling berlawanan. Hasil akhir simulasi tersebut menunjukkan peningkatan yang terjadi tidak hanya pada permintaan impor karet alam Amerika
Serikat dan Jepang tetapi juga terjadi peningkatan pada permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand yang menunjukkan
bahwa dampak kenaikan pendapatan domestik bruto di negara-negara importir lebih besar dari pada dampak kenaikan harga karet alam dunia terhadap
permintaan impor dan permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand. Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan
pendapatan lebih efektif dari pada peningkatan harga karet alam dunia untuk mempengaruhi permintaan impor dan permintaan ekspor karet alam.
7.4. Dampak Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang
Skenario simulasi yang diterapkan pada persamaan penawaran ekspor total karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika
Serikat dan Jepang adalah jika terjadi depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US dollar sebesar 20 persen. Besaran tersebut didasarkan pada
perkembangan kondisi perekonomian di Indonesia dan penelitian–penelitian sebelumnya. Hasil simulasi diperlihatkan oleh Tabel 26.
Tabel 26. Dampak Depresiasi Rupiah 20 terhadap US Dollar
Perubahan Pertumbuhan per
Pangsa Negara
Ton Periode
Ekspor Penawaran Ekspor Indonesia
159 420.1 5.87 3.19
- - Amerika Serikat
7 628.6 4.89 0.05
44.56 - Jepang
-3 631.1 -9.84 -0.41
9.94
129 Depresiasi mata uang Rupiah terhadap US Dollar menyebabkan komoditas
ekspor asal Indonesia relatif lebih murah dari pada produk negara lain yang tidak mengalami depresiasi terutama untuk produk dengan kandungan lokal yang
tinggi. Jenis karet alam yang diekspor merupakan komoditas yang memiliki kandungan lokal yang sangat besar, sehingga depresiasi mata uang yang terjadi
tidak mempengaruhi biaya produksinya malahan akan meningkatkan daya saing ekspor produk tersebut melalui penawaran harga yang lebih bersaing.
Penawaran ekspor karet alam Indonesia secara keseluruhan maupun spesifik pada pasar karet alam Amerika Serikat responsif terhadap depresiasi nilai
tukar mata uang Rupiah terhadap US dollar karena harga ekspor karet alam yang elastis pada jangka panjang. Penawaran ekspor karet alam Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 5.87 persen dengan pertumbuhan ekspor per periode 3.19 persen. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke pasar Amerika
Serikat juga naik sebesar 4.89 persen. Berbeda untuk penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Jepang,
depresiasi menyebabkan penurunan volume ekspor karet alam Indonesia karena elastisitas harganya yang negatif. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya
pergeseran jenis karet alam yang di ekspor oleh Indonesia ke Jepang. Jenis karet alam spesifikasi teknis TSR saat ini lebih diminati oleh pasar Jepang karena
harganya yang lebih murah dan lebih siap pakai dari pada jenis sit asap RSS. Pergesaran jenis karet alam yang diekspor ke Jepang menyebabkan seolah-oleh
peningkatan harga berakibat pada turunnya volume ekspor karena peningkatan kuantitas ekspor diiringi oleh turunya nilai ekspor.
130 Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang
terhadap total ekspor karet alam Indonesia akibat depresiasi nilai mata uang Rupiah menunjukkan peningkatan. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika
Serikat mencapai 44.56 persen dari total ekspor karet alam Indonesia sedangkan ke Jepang hanya 9.94 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat
merupakan tujuan ekspor karet alam Indonesia yang utama. Jadi dapat disimpulkan bahwa depresiasi Rupiah secara umum memberikan dampak positif
terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia.
7.5. Dampak Inflasi