Hambatan Non-Tarif Hambatan dalam Perdagangan

29 Pada Tabel 4 diperlihatkan dampak dari tarif ekspor terhadap kesejahteraan baik di negara eksportir, importir maupun bagi dunia, berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3. Tabel 4. Dampak Pemberlakuan Tarif Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Pemerintah Net National Welfare a -a + b + c + d c + k k – b + d -g + h + i + j g - -h + i + j Net World Welfare -b + d + h + j = e + f Sumber: Tweeten, 1992. Tarif ekspor memberikan dampak terhadap penurunan kesejahteraan nasional di negara importir sebesar daerah h + i + j, sedangkan dampak tarif bagi kesejahteraan di negara eksportir sangat tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran. Jika pada tingkat pajak ekspor tertentu daerah b + d lebih besar dari pada k, maka kesejahteraan nasional bersih bagi eksportir akan memburuk. Pajak ekspor digunakan oleh suatu negara biasanya adalah untuk melindungi konsumen domestik dari harga komoditas ekspor yang tinggi dan untuk mendapatkan penerimaan bagi negara. Namun ternyata dampak dari tarif ekspor secara umum, akan menurunkan kesejahteraan dunia karena produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih rendah sedangkan konsumen di negara importir harus membayar harga yang lebih tinggi.

2.2.2. Hambatan Non-Tarif

Tarif adalah bentuk kebijakan perdagangan yang paling sederhana. Pada perkembangan praktek perdagangan di dunia saat ini umumnya intervensi pemerintah dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan 30 lainnya seperti subsidi ekspor, kuota impor, konsep pembatasan ekspor secara sukarela voluntary export restraints, persyaratan kandungan lokal dan lain sebagainya. Subsidi Ekspor Pada dasarnya menurut Salvatore 1997, subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional dan atau pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara. Pemberian subsidi ini umumnya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan produsen yang akan mendorong peningkatan ekspor sehingga harga dunia turun dan permintaan impor meningkat. Gambar 4. Dampak Pemberian Subsidi Ekspor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992. Ilustrasi pemberian subsidi diperlihatkan oleh Gambar 4, dimana kebijakan tersebut akan menggeser kurva penawaran ekspor ke kanan bawah yang menunjukkan peningkatan dalam volume ekspor. Berdasarkan asumsi bahwa su i j k l g f e a b c d 3 q 4 q 2 q 1 q Q 4 q 3 q 2 q 1 q 1 Q Q W P su P su P ED su ES ES S S D D P P P Q Q Pasar Home importir Pasar Dunia Pasar Foreign eksportir 31 negara pengekspor adalah negara besar maka harga dunia turun dari W P menjadi su P yang merupakan harga yang diterima oleh negara importir sehingga volume perdagangan meningkat menjadi 1 Q . Dampak pemberian subsidi pada produsen di Foreign sebagai negara eksportir sebesar su menyebabkan harga domestik meningkat menjadi su P sehingga kelebihan penawaran yang dapat di ekspor meningkat menjadi 4 1 q q − , namun hal ini merugikan konsumen domestik karena harus membayar harga yang lebih mahal untuk komoditi yang di ekspor yang berakibat pada turunnya surplus konsumen di negara eksportir. Sedangkan di Home sebagai negara importir terjadi peningkatan permintaan impor dari 3 2 q q − menjadi 4 1 q q − karena turunnya harga dunia. Tabel 5. Dampak Pemberian Subsidi Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Pemerintah Net National Welfare -a + b a + b + c -b + c + d + e + f + g -b + d + e + f + g i + j + k -i + j - k Net World Welfare -b + d + j + l Sumber: Tweeten, 1992. Tabel di atas menunjukkan dampak pemberian subsidi terhadap kesejahteraan yang menunjukkan bahwa ternyata kebijakan ini merugikan konsumen di negara eksportir karena surplus konsumen berkurang sebesar daerah a + b. Selain itu pemerintah juga mengalami peningkatan pengeluaran yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemberian subsidi ekspor akan menurunkan tingkat kesejahteraan nasional di negara eksportir yang ditunjukkan oleh daerah b + d + e + f + g. 32 Kuota Hambatan perdagangan dalam bentuk kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah ekspor atau impor. Kuota impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor dengan tujuan untuk melindungi sektor industri domestik tertentu. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi. Dampak kuota impor ternyata dapat menggagalkan mekanisme pasar, memicu distorsi dan korupsi yang akhirnya menimbulkan pemborosan yang merugikan perekonomian negara yang disebabkan oleh munculnya rent seeking karena tergiur pada keuntungan monopoli yang cukup besar jika memiliki lisensi impor. Sedangkan kuota ekspor saat ini yang penting adalah dalam bentuk pembatasan ekspor secara sukarela VER, Voluntary Export Restraints. Pada bentuk pembatasan ekspor ini, suatu negara selaku pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain untuk mengurangi ekspornya secara sukarela. Dampak ekonomi jika pembatasan ekspor ini berhasil, hampir sama dengan pemberlakukan kuota impor, perebedaannya adalah pembatasan ekspor ini dilakukan oleh negara pengekspor sehingga dampak pendapatan berupa terciptanya keuntungan monopoli akan diterima oleh pengekspor. Secara grafis, pemberlakuan kuota impor dapat dijelaskan oleh Gambar 5. Home sebagai negara importir diasumsikan adalah negara besar dalam perdagangan sehingga dapat mempengaruhi harga dunia. Pembatasan impor yang dilakukan negara importir sebesar 2 1 q q − menyebabkan patahnya kurva permintaan ED sehingga menjadi elastis sempurna yang menghasilkan 33 keseimbangan baru di 1 Q dengan jumlah perdagangan yang lebih rendah. Keseimbangan baru tersebut menghasilkan tingkat harga qu P yang lebih rendah dari W P . Tingkat harga tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan di negara importir yang dapat dihilangkan pada tingkat harga domestik qu P , pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran domestik yang baru. Pengenaan kuota sama halnya dengan tarif impor yang menguntungkan produsen namun merugikan konsumen karena konsumen harus menerima tingkat harga yang lebih tinggi. Gambar 5. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992. Tabel 6 menunjukkan dampak pemberlakuan kuota impor terhadap kesejahteraan dimana negara eksportir secara nasional akan mengalami penurunan kesejahteraan karena berkurangnya surplus produsen. Sedangkan bagi negara importir, kuota akan bermanfaat jika daerah i lebih besar dari daerah g + h. Secara umum kuota atau pembatasan impor akan menurunkan kesejahteraan dunia. qu P W P P e f i g h a b c d 1 Q Q Q 4 q 3 q 2 q 1 q Q 4 q 3 q 2 q 1 q ES qu ED ED qu P qu S Q P P D D S S Pasar Home importir Pasar Dunia Pasar Foreign eksportir 34 Tabel 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Kuota Net National Welfare a -a + b + c + d - -b + c + d -e + f + g + h e f + i i – g + h Net World Welfare -b + d + g + h Sumber: Tweeten, 1992. Sedangkan untuk pemberlakuan kuota ekspor dapat diperlihatkan oleh Gambar 6. Pembatasan ekspor ini pada dasarnya adalah untuk menjamin ketersediaan produk ekspor tersebut di dalam negeri, selain itu juga ditujukan untuk pengawasan produksi dan pengendalian harga agar stabil. Kuota ekspor yang dilakukan oleh negara Foreign selaku eksportir menyebabkan kurva ES patah sehingga perdagangan terjadi dalam jumlah yang lebih sedikit dari 4 1 q q − menjadi sebesar 1 Q . Hal ini berdampak pada peningkatan harga dunia menjadi qu P sedangkan harga di negara eksportir turun. Kenaikan harga dunia tersebut menyebabkan penurunan volume perdagangan. Gambar 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor Sumber: Tweeten, 1992. Pasar Home importir f g h i e qu D a b c d 1 Q Q Q 4 q 3 q 2 q 1 q Q 4 q 3 q 2 q 1 q ES qu ES ED qu P qu P W P Q P P P D D S S Pasar Dunia Pasar Foreign eksportir 35 Tabel 7. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Kuota Net National Welfare a + b -a + b + c + d c + e -d + e -f + g + h + i f - -g + h + i Net World Welfare -d + g + i Sumber: Tweeten, 1992. Pemberlakuan kuota ekspor meningkatkan surplus konsumen di negara eksportir sebesar a + b karena harga yang diterima konsumen untuk komoditi yang diekspor menjadi lebih rendah. Sebaliknya surplus produsen di negara eksportir menurun cukup besar dan di negara importir total kesejahteraan nasionalnya menurun sebesar g + h + i. Secara umum kuota atau pembatasan ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia.

2.3. Error Correction Model