13 2002. Teori-teori perdagangan secara umum banyak memusatkan perhatian pada
persoalan pola perdagangan internasional yang dapat berbeda dan bergeser karena perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi.
2.1.1. Pandangan Merkantilis
Pada awal perkembangannya, perdagangan internasional terjadi karena masing-masing negara berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduknya dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari hubungan perdagangan tersebut. Pandangan Merkantilis mulai populer pada abad 16.
Penganut pandangan ini berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor
dan sesedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk menguasai logam-logam mulia khususnya emas dan perak
sebagai simbol kekayaan dan kekuatan yang akan memberikan kemakmuran bagi penduduknya. Dengan demikian pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
mendorong ekspor sebesar-besarnya dan mengurangi serta membatasi impor sehingga diharapkan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional.
Pandangan Merkantilis tersebut mendorong berkembangnya kolonialisme pada saat itu.
Pada saat ini kekayaan suatu negara diukur dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta kekayaan alam yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa. Semakin besar cadangan tersebut maka akan semakin besar arus barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga
akan semakin besar pula standar hidup masyarakat negara tersebut. Pemikiran
14 Merkantilis
berkembang terutama
di negara-negara
Barat. Terdapat
kecenderungan munculnya kembali neomerkantilisme yang diakibatkan oleh kenyataan semakin tingginya pengangguran yang sangat mengkhawatirkan
pemerintahan suatu negara. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan retriksi terhadap impor agar dapat mendorong kembali produksi domestik dan
kesempatan kerja.
2.1.2. Keunggulan Absolut
Keunggulan absolut didasari oleh pemikiran bahwa dua negara akan melakukan perdagangan secara sukarela jika keduanya mendapatkan keuntungan.
Jika salah satu negara memperoleh keuntungan sementara negara lainnya mengalami kerugian, maka tidak akan terjadi perdagangan. Pemikiran ini
merupakan reaksi terhadap pandangan Merkantilis yang percaya bahwa suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan
mengorbankan negara lain zero-sum game. Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations 1776 mengemukakan
bahwa suatu negara dapat mengkonsentrasikan untuk menghasilkan suatu barang saja dan menjual sebagiannya untuk memperoleh barang lainnya dan tidak perlu
ada kekhawatiran atas perdagangan yang mereka lakukan. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan kepada keunggulan absolut.
Jika suatu negara lebih efisien dari pada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi memiliki keunggulan absolut, namun kurang efisien dibanding
dengan negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya memiliki kerugian absolut, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara
15 masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi yang memiliki keunggulan
absolut dan menukarnya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Dengan proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang
paling efisien. Secara umum keunggulan absolut suatu negara terjadi apabila untuk satu
unit masukan yang sama, negara tersebut dapat menghasilkan suatu barang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. Maka negara tersebut
akan melakukan spesialisasi untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan absolut tersebut. Atau dengan kata lain untuk menghasilkan satu unit
barang tertentu, suatu negara dapat menghasilkannya dengan jumlah jam tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan negara lain sebagai cerminan
produktivitas. Keunggulan absolut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut. Misalkan
ada dua negara yaitu Home dan Foreign yang menghasilkan dua komoditi yang sama yaitu gandum dan kain. Teori diatas mengasumsikan bahwa hanya ada satu
faktor produksi yaitu tenaga kerja yang dinotasikan dengan L sebagai total sumber daya yang digunakan. Teknologi dimasing-masing negara ditunjukkan oleh
produktivitas tenaga kerjanya dalam bentuk jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit gandum dan kain yang dinotasikan oleh
LG
a dan
LK
a untuk Home, sedangkan di Foreign dengan notasi
LG
a dan
LK
a .
Setiap perekonomian memiliki sumber daya yang terbatas, maka terdapat batasan dalam menghasilkan suatu produk. Terdapat trade-off dalam
memproduksi dua komoditi di suatu negara yang menggunakan satu faktor produksi yang sama dimana untuk menghasilkan tambahan satu karung gandum
16 maka perekonomian harus mengorbankan satuan tertentu dari kain yang
dihasilkan. Trade-off ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva kemungkinan produksi production possibility frontier yang menunjukkan jumlah maksimum
gandum yang dapat diproduksi pada jumlah tertentu kain yang dihasilkan. Ketika hanya ada satu faktor produksi maka kurva kemungkinan produksi suatu
perekonomian akan berbentuk garis lurus. Jika
G
Q adalah jumlah gandum yang
dihasilkan, dan
K
Q adalah jumlah kain yang dihasilkan, maka tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan gandum adalah
LG
a
G
Q sedangkan tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan kain adalah
LK
a
K
Q . Maka batasan produksi
di suatu negara dapat dinyatakan sebagai berikut:
LG
a
G
Q +
LK
a
K
Q ≤
L Pada saat kurva kemungkinan produksi merupakan garis lurus maka biaya
korbanan opportunity cost dari satu karung gandum dinyatakan dalam kain adalah konstan. Opportunity cost ini dapat didefinisikan sebagai jumlah kain yang
dihasikan dalam perekonomian yang harus dikorbankan untuk menghasilkan tambahan gandum. Untuk menghasilkan tambahan satu karung gandum akan
dibutuhkan
LG
a jam tenaga kerja. Setiap jam tenaga kerja ini dapat digunakan pula
untuk menghasilkan
LK
a 1
meter kain maka opportunity cost dari gandum dinyatakan oleh kain adalah
LK LG
a a
. Keunggulan absolut dapat diperlihatkan oleh ilustrasi numerik pada Tabel
1, dimana dua negara menghasilkan dua komoditi yang sama yaitu gandum dan kain. Pada Tabel 1 terlihat bahwa keunggulan suatu negara dalam menghasilkan
17 suatu produk didasarkan pada produktifitas tenaga kerjanya yang ditunjukkan oleh
banyaknya jam kerja untuk menghasilkan satu unit produk. Tabel 1. Contoh Keunggulan Absolut
Negara Gandum
Kain Home
LG
a = 6 jam karung
LK
a = 4 jam meter
Foreign
LG
a = 1 jam karung
LK
a = 5 jam meter
Sumber: Salvatore, 1997.
Home memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan kain karena jam kerja
yang digunakan untuk menghasilkan satu meter kain lebih rendah dari pada di Foreign
dimana
LK
a
LK
a . Sedangkan Foreign memiliki keunggulan absolut
dalam menghasilkan gandum dimana
LG
a
LG
a menunjukkan bahwa
produktivitas di Home dalam menghasilkan gandum lebih rendah. Maka berdasarkan pemikiran Adam Smith, sebaiknya Home berkonsentrasi untuk
menghasilkan dan mengekspor kain, dan mengimpor gandum dari Foreign untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Sedangkan Foreign berspesialisasi untuk
menghasilkan gandum dan mengimpor kain.
2.1.3. Keunggulan Komparatif