131 Indonesia untuk pasar Amerika Serikat dengan penurunan ekspor karet alam ke
pasar tersebut sebesar 3.22 persen dengan pertumbuhan ekspor per periode yang negatif. Terjadi pertumbuhan total ekspor karet alam Indonesia per periode yang
juga negatif. Sedangkan untuk pasar Jepang, kuantitas ekspor karet alam Indonesia
mengalami peningkatan. Perubahan penawaran ekspor karet alam Indonesia yang tidak begitu besar dan pertumbuhan ekspor yang tetap positif terjadi karena
rendahnya konsumsi karet alam dalam negeri dimana industri yang menghasilkan barang jadi karet belum berkembang sehingga peningkatan penawaran dalam
negeri karena peningkatan harga dalam negeri karena inflasi tidak dapat terserap pasar domestik dengan baik.
Pada pasar karet alam di negara-negara importir terjadi penurunan pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang terhadap total ekspor
karet alam Indonesia. Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat turun sebesar 6.18 persen menjadi 37.26 persen dari total ekspor karet alam
Indonesia. Sedangkan ekspor karet alam Indonesia ke Jepang sebesar 9.34 persen dari total ekspor, naik sebesar 1.79 persen. Berdasarkan hasil simulasi dapat
disimpulkan bahwa penawaran ekspor karet alam Indonesia secara umum memberikan respon yang negatif terhadap kenaikan inflasi yang terjadi dalam
perekonomian.
7.6. Dampak Pengenaan Pajak Ekspor
Simulasi dengan pengenaan pajak ekspor sebesar 5 persen didasarkan pada asumsi bahwa perlu dilakukan pergeseran dan reorientasi strategi perdagangan
132 karet alam Indonesia dari bahan mentah menjadi produk olahan agar dapat
memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi devisa negara. Upaya tersebut perlu didukung oleh ketersediaan pasokan karet alam untuk industri domestik
sehingga kemungkinan terjadi peningkatan terhadap konsumsi karet alam dalam negeri dapat diantisipasi dengan baik. Pajak ekspor merupakan salah satu
kebijakan yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan karet alam bagi pasar domestik. Hasil simulasi ini diperlihatkan oleh Tabel 28.
Tabel 28. Dampak Pajak Ekspor 5
Perubahan Pertumbuhan per
Pangsa Negara
Ton Periode
Ekspor Penawaran Ekspor Indonesia
-43 236.8 -1.59 -3.12
- - Amerika Serikat
-2 081.3 -1.33 -0.01
37.23 - Jepang
819.4 2.22 0.08
8.6
Penerapan pajak ekspor menyebabkan menurunnya penawaran ekspor karet alam Indonesia sebesar 1.59 persen. Akan tetapi terjadi peningkatan
penawaran ekspor karet alam Indonesia untuk pasar Jepang sebesar 2.22 persen dengan pertumbuhan ekspor 0.08 persen per periode terkait dengan nilai elastisitas
harga riil ekspor karet alam Indonesia ke Jepang yang negatif. Sedangkan untuk ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat mempunyai dampak yang
konsisten dengan penawaran total ekspor karet alam Indonesia. Pajak ekspor menyebabkan penurunan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dengan
besaran 1.33 persen dan pertumbuhan ekspor karet alam yang negatif dengan besaran 0.01 persen.
Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 37.23 persen. Dimana penerapan pajak ekspor sebesar 5 persen menyebabkan
turunnya pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangkan pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Jepang terhadap total ekspor karet alam
133 Indonesia menjadi 8.60 persen yang terkait dengan nilai elastisitas harga riil
ekspor karet alam Indonesia ke Jepang yang bertanda negatif. Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa pajak ekspor kurang
efektif untuk menahan ekspor karet alam Indonesia. Hal ini disebabkan adanya aturan pengenaan pajak terhadap konsumen karet alam dalam negeri berupa PPN
sebesar 10 persen sehingga harga karet alam domestik yang dihadapi oleh produsen karet alam menjadi kurang menarik. Sedangkan impor karet alam dari
beberapa negara ke Indonesia hanya dikenai pajak impor sebesar 5 persen yang menyebabkan konsumen karet alam domestik lebih memilih karet alam impor
karena harga yang ditawarkan akan lebih murah dari pada harga karet alam domestik.
7.7. Kombinasi Depresiasi Rupiah terhadap US Dollar dan Inflasi