4.1. Karakteristik Sumber Daya Perairan Waduk
Waduk Ir. H. Djuanda yang lebih dikenal dengan nama Waduk Jatiluhur terletak pada Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Waduk ini dibangun
pada awal tahun 1957 dan dinyatakan selesai pada tahun 1967. Waduk Ir. H. Djuanda mempunyai luas 8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai ± 3 Milyar
m
3
dan duga muka air maksimum mencapai ± 107 meter dpl. Waduk ini merupakan waduk serbaguna dengan peruntukkan bagi PLTA, penyediaan baku air minum dan
industri, penyediaan air irigasi, perikanan, pariwisata dan pengendalian banjir. Sumber air waduk berasal dari DAS Citarum, yaitu daerah pengaliran waduk
saguling dan Cirata. Secara ringkas, karakteristik perairan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Perairan Waduk Ir. H. Djuanda Lokasi pada DAS
Di bagian bawah hilir Ketinggian dari muka laut m
111 Volume air x 1000 m
3
2.970.000 Luas permukaan A, ha
8.300 Kedalaman rata-rata m
35,8 Kedalaman maksimum Zmaks, m
90 Status kesuburan
Mesotrophic –Eutrophic
Pola percampuran massa air Oligomictic rare
Rasio AZmaks 0,92
Kondisi tanpa oksigen dimulai pada lapisan kedalaman m
11-20 anoxic Sumber : Prihadi 2004
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihadi 2004, karakteristik perairan waduk Jatiluhur secara dinamis mengalami perubahan,
seperti kedalaman rata-ratanya sepanjang tahun 2003 mengalami penurunan sebanyak ± 9,6 meter, serta kedalaman rata-ratanya menurun dari 35,8 meter
menjadi 26,2 meter. Waduk Jatilhur merupakan danau buatan, dimana dalam proses pembentukannya merupakan hasil pembendungan sungai. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan ekosistem perairan, dari ekosistem mengalir riverine ecosytem menjadi ekosistem tergenang lacustrine ecosystem. Akibat perubahan
ekosistem, maka akan terjadi akumulasi bahan nutrient ke perairan. Semakin bertambahnya umur waduk, maka akan terjadi perubahan status trofik dari oligotrof
menjadi mesotrof. Apabila bahan organik yang masuk ke perairan sangat besar baik berasal dari anthrophogenik meupun internal. Maka perairan akan mencapai
eutrof dan bahkan dapat mencapai hyper-eutrof. Pada saat ini, status trofik perairan waduk Jatiluhur sudah mencapai eutrof-hypertrof Koeshendrajana, 2008.
Jenis sumberdaya ikan di perairan waduk pada awalnya beragam dan beberapa termasuk jenis ikan nilai ekonomis penting. Namun dengan adanya
perubahan ekosistem dan perkembangan usaha budidaya KJA menyebabkan terjadinya perubahan komposisi ikan, bahkan beberapa jenis ikan asli mengalami
kepunahan Krismono, et al., 1983 dalam Purnamaningtyas, et al., 2008. Pada awal dilakukannya pembendungan, populasi ikan di waduk Jatiluhur tidaklah banyak,
hal ini dikarenakan jenis-jenis ikan rheophylic yang berasal dari sungai tidak dapat beradaptasi di ekosistem tergenang waduk dimana perairan cenderung dalam dan
kandungan oksigen terlarut lebih rendah dibandingkan ekosistem air mengalir sungai akibat dari pola stratifikasi yang terjadi di ekosistem perairan tergenang.
Seiring dengan perkembangannya, khususnya dalam pemanfaatan waduk di sektor perikanan, dilakukan introduksi atau restocking beberapa jenis ikan tertentu yang
mampu sesuai dengan ekosistem waduk dan bertujuan meningkatkan nilai produksi perikanan. Selain itu, perubahan komposisi ikan setelah adanya perkembangan
usaha budidaya KJA, diduga adalah jenis ikan yang masuk bersama benih ikan dan selanjutnya terlepas ke perairan. Komposisi ikan sebelum dan setelah adanya
kegiatan budidaya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Ikan di Perairan Waduk Ir. H. Djuanda
Sebelum adanya KJA Setelah adanya KJA
Tagih Mytus nemurus Nila Oreochromis niloticus
Hampal Hampala macrolepidota Bandeng Channos channos
Jambal Pangasius hypopthalmus Betutu Oxyeleotris marmorata
Tawes Barbodes javanicus Goldsom Astronotus ocellatus
Kebogerang Mytus nigriceps Selebra Parachromis managuensis
Udang Macrobrachium sp. Oskar Amphilophus citrinellus
Nila Oreochromis niloticus Ikan kaca Chanda punctulada
Lalawak Barbonymus balaroides Genggehek Mystacoleucus marginatus
Balidra Notopterus chitala Sumber : Krismono, et al., 1983 dalam Purnamaningtyas, et al., 2008
Pola produktivitas perikanan di waduk dipengaruhi berbagai faktor, antara lain: tipe waduk, kesuburan, dan pengelolaan perikanan. Pada tahap awal
penggenangan waduk akan terjadi peningkatan produktivitas perikanan dan mencapai maksimum dalam beberapa tahun. Beberapa tahun kemudian, produksi
akan menurun dengan cepat sampai kira-kira setengahnya. Pola ini merupakan ciri khusus dari tipe waduk yang dalam dan berlereng curam. Pada waduk ukuran besar
dan dangkal, pola produktivitas perikanannya tidak menurun tajam setelah terjadi peningkatan produksi pada tahap awal, produktivitasnya hanya berfluktuasi kecil
dan berada sekitar produksi Koeshendrajana, 2008.
4.2. Karakteristik Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Waduk