Ikhtisar KONFIGURASI AKTOR DAN HAK PENGELOLAAN

pemberian kompensasi oleh pengelola pariwisata Satria, 2006, kasus di waduk ini adalah semenjak awal berkembangnya usaha perikanan memang tidak pernah ada upaya melibatkan mereka dalam proses manajemen. Proses pembinaan dan penyuluhan yang saat ini berlangsung pun belum mengarah kepada membiasakan aktor pengguna melakukan atau melatih diri dalam proses manajemen sumber daya. Pembinaan dan penyuluhan masih lebih banyak bersifat intruksional tentang teknologi dan sosialisasi aturan. Aktor pengguna berperan sebagai owner terbatas pada lingkup usaha KJA yang dimilikinya. Sebagai owner, dengan demikian pemilik KJA memiliki keseluruhan hak yang terbatas pada kegiatan usahanya, dengan pengecualian atas hak alienasi yang tidak dapat dilakukan secara terang-terangan. Dalam kenyataan keseharian, aktor pengguna terutama para pemilik KJA besar dan juga beberapa aktor pengguna tidak langsung seperti bandar ikan, bandar pakan dan pemodal lebih menentukan terjadinya dinamika pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya waduk secara keseluruhan. Sebagai contoh, keputusan terkait hak alienasi meskipun dilarang berdasarkan aturan yang ada, tetap dapat terjadi dengan perantaraan pihak- pihak ini. Keputusan manajemen budidaya ikan juga sangat dipengaruhi oleh pihak- pihak ini dibandingkan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh aktor otorita. Manajemen budidaya ikan ini termasuk di dalamnya adalah jenis ikan, padat tebar, jumlah pakan, jenis pakan, dan obat-obatan. Sementara manajemen budidaya ikan ini adalah sumber utama dari permasalahan kualitas lingkungan perairan waduk secara keseluruhan yang sering menjadi objek konflik kepentingan antara aktor otorita dan aktor pengguna. Pihak-pihak aktor pengguna ini juga menggunakan jaringan-jaringan yang seringkali juga melibatkan pihak-pihak dari aktor otorita dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran hukum.

5.4. Ikhtisar

Pemanfaatan sumber daya perairan waduk bersifat multi fungsi dan melibatkan berbagai aktor. Secara umum aktor pemanfaat dapat dikelompokkan menjadi 2 dua, yaitu kelompok aktor otorita dan kelompok aktor pengguna. Kelompok aktor otorita terdiri dari PJT II dan Disnakkan Kabupaten Purwakarta yang memiliki dasar hukum dan kepentingan yang berbeda. Sementara kelompok aktor pengguna terdiri dari pemanfaat langsung pembudidaya KJA dan nelayan dan pemanfaat tidak langsung sumber daya perairan waduk bandar ikan dan pedagang pakan yang keduanya seringkali sekaligus berperan sebagai pemodal. Hak dalam kepemilikan sumber daya perairan waduk terdiri dari sekumpulan hak sebagai berikut: access, withdrawal, management, exclusion dan alienation. Distribusi hak dalam kepemilikan sumber daya perairan waduk tidak terjadi secara merata kepada kedua kelompok aktor. Kelompok aktor otorita menguasai konfigurasi hak pengambilan keputusan kolektif management, exclusion dan alienation, sementara kelompok aktor pengguna hanya memiliki konfigurasi hak operasional access dan withdrawal. Hal ini menyebabkan proses pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya perairan waduk berada sepenuhnya di tangan kelompok aktor otorita. Dengan demikian, kepentingan yang terwakili di dalam proses pengelolaan sumber daya hanyalah kepentingan dari kelompok aktor otorita saja. Hilangnya jembatan antara kelompok aktor otorita dan pengguna terlihat juga dari tidak terwakilinya kelompok aktor pengguna di dalam posisi claimant maupun proprietor. Tumpang tindihnya dan ketidakjelasan distribusi hak diantara pihak aktor otorita terlihat jelas mulai dari hak manajemen, ekslusi dan alienasi. Ketiga hak ini tercampur baur satu dengan lainnya dengan tidak adanya distribusi ataupun lemahnya koordinasi dari pelaksanaan hak tersebut. Walaupun dengan jelas dan tegas pihak aktor otorita mengklaim, baik secara de jure PJT II maupun de facto Disnakkan Kabupaten Purwakarta adalah proprietor dan owner dari sumber daya, tetapi pada kenyataannya mereka lebih banyak hanya menjalankan hak manajemen saja dan hal itu pun tidak sepenuhnya dilakukan. Perangkat hak bundle of rights yang ada pada pengelolaan sumber daya waduk dalam kenyataan kesehariannya memiliki banyak celah yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak, terutama aktor pengguna. Celah ini bersumber dari lemahnya pengawasan dan penegakan aturan pengelolaan oleh aktor otorita. Aktor pengguna memanfaatkan jaringan-jaringan yang dimiliki untuk mempengaruhi dan mempertahankan kepentingannya yang seringkali melampaui kewenangan berdasarkan perangkat hak bundle of rights yang dimilikinya.

VI. AKSES SUMBER DAYA DAN STRATEGI AKTOR