Periode Manajemen Tahun 1996-2001

Rp 6.500 per kg, sementara itu harga jual resin Rp 4.000 per kg data hingga Juni 2010. Pemasaran ditujukan kepada pembeli yang skema pembayarannya jelas dan tidak mengambil resiko. Kontinuitas penting, tetapi lebih ditekankan pada kejelasan pembayaran. Saat ini untuk pemasaran kopal hanya ke Pak Lukman trader Cirebon untuk selanjutnya ke pabrik di Surabaya. Beliau dinilai lebih aman save dalam pembayaran. Sementara itu jika resin tetap pemasarannya ke Perhutani. Periode ini kembali menggunakan satu kualitas getah kopal tanpa grade. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan harga. Kualitas A grade A jumlahnya semakin sedikit, sehingga jika terus produksi maka harga yang diperoleh akan rendah. Sementara itu grade C memiliki peningkatan kuantitas, sehingga jika masih diterapkan sistem grade maka pemasukan yang diterima menjadi lebih sedikit karena harga jual grade C lebih rendah. Untuk itu diambil jalan tengah untuk menaikan harga grade C dan sedikit menurunkan grade A sehingga ditemukan nilai tengah. Hal ini juga untuk menyelamatkan grade C yang banyak namun harga rendah. Tahun 2009 pendapatan getah masih 37 dari pendapatan total, namun untuk target 2010 pendapatan getah mencapai 50 dari pendapatan total. Karena yang menjadi prioritas ialah getah untuk pendapatan dasar, yang kedua ialah penerimaan pelayanan jasa seperti wisata permainan out bond, sepeda gunung, penyewaan aula dan camp dan lain sebagainya . Meski kedepannya pelayanan jasa yang berpotensi lebih besar.

5.2.4 Periode Manajemen Tahun 1996-2001

Pada periode manajemen tahun 1996-2001 pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Endang Husaeni. Untuk periode manajemen tahun 1996-2001 ditempatkan di akhir karena tidak termasuk dalam analisis untuk penelitian ini. Pada periode ini dimulai penyadapan pada Februari 2001. Awal penyadapan dikarenakan ada pembeli dari Sukabumi Pak Jefri yang ingin membeli kopal HPGW. Tetapi HPGW belum melakukan penyadapan, sehingga dilakukan percobaan dan pelatihan penyadapan dengan mencontoh agathis di Situ Gunung. Direktur HPGW mencontohkan penyadapan kepada mandor, kemudian mandor memberi arahan ke masyarakat yang ingin menyadap awal ada penyadap. Percobaan dimulai tahun 1998 dengan personel 5 orang yang terdiri dari para mandor HPGW. Masing-masing melakukan percobaan 60 pohon di 3 plot sehingga total 900 pohon. Percobaan bertujuan untuk mengetahui potensi awal getah yang ada. Selanjutnya datang pembeli dari Sukabumi Pak Jefri. Pada akhir kepemimpinan Pak Endang Husaeni dilakukan produksi penyadapan sekitar 2 bulan dengan hasil 350 kg dan 800 kg, upah sadap Rp 400 per kg dan harga jual Rp 1.500 per kg. Peralatan produksi dibeli pada periode ini seperti kapak sadap, timbangan, ember dan peralatan sadap lainnya. Pada saat dimulai produksi sudah memberdayakan penyadap. Jumlah penyadap kopal sebanyak 20 orang. Pada awal periode ini tahun 1996, HPGW tidak memiliki uang sama sekali. Segala macam hal yang bisa menjadi uang akan dikerjakan, bahkan uang pribadi pernah dikeluarkan. Ada pengembangan agroforestri untuk pemasukan HPGW seperti kopi, aren, dan lain-lain. Namun pada tahun 1998-1999 krisis moneter yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap keadaan HPGW, sehingga Fakultas Kehutanan IPB dan Departemen-Departemen yang berada di Fakultas Kehutanan IPB turut mengucurkan dana. Pada tahun 2001 dimulailah penyadapan seiring datangnya pembeli Pak Jefri. Pada periode ini rawan terjadinya pencurian kayu, bahkan kopal hasil sadapan. 5.3 Pendapatan Pengelola HPGW 5.3.1 Tren Produksi Kopal dan Resin