Sementara itu untuk pemberdayaan masyarakat, pihak HPGW memfasilitasi masyarakat Desa Hegarmanah untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan
Hutan Toyota kerjasama HPGW dengan PT. Toyota Astra Motor. Hal ini membantu perekonomian masyarakat karena upah yang diterima oleh masyarakat
sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan hidup. Sementara manfaat bagi HPGW adalah masalah pencurian kayu menurun drastis serta meningkatnya
hubungan dengan masyarakat desa. Kegiatan pemberdayaan lain ialah Proyek AKECU Asean-Korean Environmental Cooperation Unit. Proyek ini merupakan
kegiatan berupa pelatihan pertanian terpadu yang melibatkan masyarakat sekitar Hegarmanah salah satunya pembuatan pupuk kompos. Proyek ini memfasilitasi
terbentuknya pasar tradisional dari hasil tani. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa peningkatan ekonomi masyarakat lebih ke pertanian daripada penyadapan
pemanfaatan hutan di HPGW.
5.2.2 Periode Manajemen Tahun 2004-2008
Pada periode manajemen tahun 2004-2008 pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Supriyanto. Pada periode ini usaha peningkatan produksi getah
mulai dilakukan. Kegiatan tersebut seperti penambahan frekuensi pengambilan getah terutama pada saat hari besar lebih banyak mengambil getah karena
membutuhkan lebih banyak uang. Kegiatan berikutnya adalah penelitian tentang stimulan untuk memicu lebih banyak getah yang keluar dari pohon. Pada periode
ini HPGW mencoba mandiri tidak ada pendanaan dari fakultas lagi, jika pada periode sebelumnya mencoba mandiri tetapi masih dibantu pendanaanya oleh
fakultas. Periode ini memiliki ciri pada proses produksi yaitu penetapan kelas kualitas
grading. Kualitas getah dibagi dalam tiga kelas yaitu grade A kualitas getah yang bersih, besar, untuk kebutuhan ekspor, grade B kualitas getah dengan
kandungan kulit pohon kurang dari 5, agak kecil, untuk pengolahan kembali, dan grade C kualitas getah dengan kandungan kulit kayu lebih dari 5,
berbentuk kecil-kecil, untuk kebutuhan lokal. Grade A memiliki harga jual Rp 4.500 per kg dengan upah sadap Rp 800 per kg, grade B memiliki harga jual
Rp 3.750 per kg dengan upah sadap Rp 750 per kg, grade C memiliki harga jual Rp 3.500 per kg dengan upah sadap Rp 700 per kg. Tujuan awal dari sistem grade
ini untuk menjaga kualitas di tingkat penyadap serta permintaan pembeli. Tujuan berikutnya untuk meningkatkan harga jual agar harga tidak rendah. Namun
proporsi penerimaan getah masih lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan di sektor lain.
Pada periode ini dibuka pula penyadapan resin sesuai permintaan Perhutani. HPGW menilai jika hanya dari kopal tidak dapat mencukupi untuk biaya
operasional manajemen. Resin menjadi kekuatan baru dengan harga jual sebesar Rp 3.500 per kg dengan upah sadap Rp 850 per kg pada tahun 2007 dan Rp 950
per kg pada tahun 2008. Pemasaran getah kopal lebih ditekankan pada kepastian pasar. HPGW
menginginkan pembeli yang berkelanjutan. Pemasaran hanya dilakukan ke Pak Junaedi distributor pabrik kemenyan, beliau yang rutin memesan pada HPGW.
Ada pembeli lain tetapi dalam bentuk skala kecil dan tidak kontinu. Sementara itu untuk pemasaran resin hanya didistribusikan ke Perhutani sebagai mitra sekaligus
produsen getah pinus utama. Proses pendekatan ke masyarakat dilakukan dengan patroli intensif sehingga
pencurian kayu berkurang, melalui kegiatan sosial seperti kegiatan mahasiswa, serta bantuan sosial untuk kegiatan hari besar. Sistem pemberian insentif reward
system diberlakukan terhadap penyadap dengan produksi baik, namun hanya bertahan 10 bulan karena penyadap tidak antusias.
5.2.3 Periode Manajemen Tahun 2009-sekarang