4 8
Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan Jaya Tani Tahun 2010
Sumber : Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya 2010
5.5. Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan diklasifikasikan menurut usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani,
pengalaman usahatani dan status kepemilikan lahan. Keragaman karakteristik tersebut akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan
usahatani. Unit Pengelolaan
Saraana Produksi
Unit Pengelolaan
Pengolahan Unit Pengelolaan
usahatani
Unit Perngelolaan Permodalan
Unit Pemasaran Ketua
Sekretaris Bendahara
4 9
Karakteristik responden secara umum meliputi umur, tingkat pendidikan, lama bertani, dan luas lahan. Karakteristik responden tersebut dianggap penting
karena mempengaruhi cara petani responden dalam menjual hasil usahataninya. Tabel 9 menunjukkan jenjang usia petani responden. Usia rata-rata
responden dari hasil penelitian dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu responden berusia 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan usia lebih dari 50
tahun.
Tabel 9. Sebaran Usia Responden Golongan
Usia tahun
Petani SRG Petani Konvensional
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang
Persentase
21-30 0 5
17,24 31-40 2
50 14
48,28 41-50 1
25 5
17,24 50 1
25 5
17,24 Jumlah 4
100 29
100 Petani responden di tempat penelitian memulai usahataninya di atas 20
tahun karena usahatani dijadikan sebagai sumber utama pencarian petani. Hal ini dilakukan karena hampir seluruh petani melakukan usahatani setelah mereka
menikah pada usia 20 tahun. Pada petani responden yang telah berusia lebih dari 50 tahun banyak petani yang tidak berani menerapkan teknologi baru yang ada
karena mereka takut untuk mengambil resiko dari menerapkan teknologi baru. Berbeda dengan petani pada jenjang usia 30-40 tahun, mereka berani untuk
menerapkan teknologi baru yang ada pada cara bercocok tanam. Tabel 10 menunjukkan tingkat pendidikan petani responden. Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan usahatani. Hal ini terkait dengan metode yang digunakan dalam menjalankan usahatani dan
keputusan petani dalam menentukan metode penjualan hasil panennya.
Tabel 10. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Tingkat
Pendidikan Petani SRG
Petani Konvensional Jumlah orang
Jumlah orang
Tidak Tamat SD 1
25 7
24,14 Tamat SD
2 50
15 51,72
Tamat SMP 1
25 7
24,14 Jumlah 4
100 29
100
5
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi petani responden hanya hingga tingkat SMP saja. Rendahnya tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh petani responden berpengaruh terhadap cara petani responden melakukan usahataninya, baik dari segi teknis seperti penerapan cara bertanam
dan juga penyerapan informasi terhadap inovasi teknologi pertanian yang baru. Pada petani responden yang telah berusia lebih dari 50 tahun, banyak petani yang
tidak berani menerapkan teknologi baru yang ada karena mereka takut untuk mengambil resiko dari penerapan teknologi baru tersebut. Berbeda dengan petani
pada jenjang usia 30-40 tahun, mereka berani untuk menerapkan teknologi baru yang ada pada cara bercocok tanam.
Tabel 11 menunjukkan tingkat pengalaman usahatani padi. Hal ini merupakan karakateristik yang cukup penting karena tingkat pengalaman
usahatani dapat mempengaruhi tingkat pengambilan keputusan terhadap cara menjalankan usatani dan pemilihan cara penjualan hasil usahatani.
Tabel 11. Sebaran Tingkat Pengalaman Usahatani Padi Petani Responden Tingkat
Pengalaman tahun
Petani SRG Petani Konvensional
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang
Persentase
1-5 - -
- -
6-10 - -
8 27,59
11-15 - -
5 17,24
15 4
100 16
55,17 Jumlah 16
100 29
100 Tingkat pengalaman usahatani petani responden berpengaruh terhadap
cara petani dalam menjalankan usahataninya baik dari penerapan teknologi dan cara penjualan hasil usahatani. Petani yang memiliki tingkat pengalaman lebih 15
tahun telah paham bagaimana cara menangani permasalahan teknis yang muncul dalam pengolahan lahannya karena mereka memiliki tingkat pengalaman yang
lebih lama dibandingkan dengan petani yang tingkat pengalaman usahatani lebih rendah. Petani yang memiliki tingkat pengalaman lebih lama juga menerapkan
metode penjualan yang berbeda dibandingkan dengan yang tingkat pengalaman yang lebih rendah. Pada petani yang memiliki tingkat pengalaman lebih dari 10
5 1
tahun lebih memilih menjual hasil padinya kepada tengkulak dibandingkan menjualnya kepada
Tabel 12 menunjukkan penguasaan luas lahan padi. Namun demikian, penguasaan luas lahan tidak dapat menentukan jumlah hasil panen yang akan
didapat oleh petani responden. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti modal, jumlah pupuk yang digunakan, serangan hama dan jenis pengairan sawah.
Tabel 12. Sebaran Penguasaan Luas Lahan Padi Luas Lahan
ha Petani SRG
Petani Konvensional Jumlah
orang
Persentase Jumlah
orang
Persentase
0,0001-0,5 1 25
13 41,38
0,5001-1 - -
4 17,25
1,0001-1,5 1 25
6 20,69
1,5001-2 1 25
3 10,34
2 1 25
3 10,34
Jumlah 4 100
29 100
Luas lahan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani responden dalam pemilihan metode penjualan gabah dan penerapan teknologi dalam bercocok
tanam, seperti pada pemilihan SRG sebagai metode penjualan. Tidak semua petani yang memanfaatkan SRG memiliki luas lahan lebih dari satu hektar, begitu
juga dengan teknik becocok tanam. Sebagai contoh, penggunaan pestisida oleh petani responden yang memiliki luas lahan lebih kecil ada yang lebih banyak
dibandingkan dengan petani yang memiliki luas lahan lebih besar. Hal ini dikarenakan oleh kebiasaan dari petani responden dalam penggunaan jumlah
pestisida yang selalu habis digunakan dalam satu periode tanam. Luas lahan hanya berpengaruh terhadap cara penggunanan tenaga kerja pada tahap penanaman padi
oleh petani. Petani responden dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar biasanya menerapkan metode tanam ceblok yaitu metode penanaman dimana pekerja yang
menanam hanya diberi upah makan namun mendapatkan kepastian akan dipekerjakan kembali pada saat proses pemanenan. Pada petani yang memiliki
luas lahan lebih dari 0,5 hektar, petani responden menerapkan menggunakan sistem borongan pada proses penanaman, dimana pekerja mendapat upah berdasar
luas lahan yang ditanam kemudian dibagi jumlah pekerja yang menanam.
5 2
Tabel 13 menunjukkan jenis pengairan lahan petani. Jenis pengairan akan mempengaruhi besarnya pengeluaran oleh petani responden. Terdapat dua jenis
sistem pengairan yang dilakukan oleh petani responden, yaitu pengairan teknis dan diesel.
Tabel 13. Sebaran Jenis Pengairan Lahan Padi Jenis
Pengairan Petani SRG
Petani Konvensional Jumlah
orang
Persentase Jumlah
orang
Persentase
Teknis 3
75 22
75,86 Diesel
1 25
7 24,14
Jumlah 4
100 29
100 Pengairan teknis adalah jenis pengairan dimana lahan petani tidak
memerlukan alat tambahan untuk mengairi sawahnya. Pengairan diesel memerlukan bantuan alat tambahan untuk mengairi lahannya karena lahan
tersebut jauh dari sumber air. Jenis pengairan akan berpengaruh terhadap pendapatan petani, dimana petani yang menggunakan jenis pengairan teknis hanya
perlu membayar iuran berupa hasil panen sebanyak 75 kg per hektar dan 450 kg per hektar untuk jenis pengairan diesel.
5 3
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI