5 5
kios saprotan yang ada di Desa Mangunjaya. Begitu juga dengan pupuk pupuk
urea, SP36, NPK, Phonska dan Za diperoleh petani dengan membelinya di kios saprotan yang ada di Desa Mangunjaya. Penggunaan pupuk organik pupuk
kompos hanya dilakukan oleh seorang petani SRG. Dimana petani lainnya baik petani SRG maupun konvensional masih bergantung terhadap pupuk anorganik
saja. Jumlah penggunaan pupuk oleh petani SRG dan konvensional bisa dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Jenis Pupuk, Harga Pupuk dan Penggunaan Pupuk Rata-rata Petani
Berdasar Sistem Penjualan Periode Januari-April 2011. No. Jenis
Pupuk Harga per
KgRp Petani SRG
Kg Petani Konvensional
Kg 1. Urea
1.650 289,74
280,39 2. Sp36
2.100 49,67
98,51 3. NPK
2.350 -
32,64 4. Phonska
2.350 262,82
204,58 5. Za
1.450 66,22
13,35 6. Kompos
800 198,68
-
6.1.2.3. Pestisida
Pestisida yang digunakan oleh petani tergantung dari petani itu sendiri. Pada saat penelitian dilakukan banyak lahan sawah petani yang terserang hama
wereng sehingga menyebabkan banyaknya jumlah pestisida yang digunakan oleh petani. Banyaknya pestisida yang digunakan juga dikarenakan menurut petani
hama wereng yang menyerang sawah mereka sudah kebal terhadap pestisida yang diberikan oleh petani, baik itu pestisida bubuk dan pestisida cair. Hal ini
dikarenakan petani di Desa Mangunjaya sering memberikan pestisida terhadap tanaman padinya meskipun tanaman padi tersebut tidak sedang dijangkiti hama
wereng. Petani responden di Desa Mangunjaya beranggapan dengan memberikan pestisida ke tanamannya maka akan menyebabkan tanamannya tahan terhadap
hama. Pestisida yang digunakan oleh petani terdiri dari dua jenis yaitu pestisida
cair dan bubuk. Penggunaan pestisida dilakukan dengan cara mencampurkan
5 6
konsentrat padat ataupun cair tersebut kemudian disemprotkan ke tanaman padi. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Rata-rata penyemprotan pestisida oleh
petani dilakukan sesuai dengan keinginan petani tersebut. Jika oleh petani dinilai tanaman padinya memerlukan pestisida, penyemprotan bisa dilakukan hingga
empat kali dalam satu masa tanam. Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan oleh petani pemilik SRG per
hektar lahan pada periode tanam Januari-April 2011 sebanyak 0,828 liter pestisida cair dan 2,15 kilogram pestisida bubuk. Untuk rata-rata jumlah pestisida yang
digunakan oleh petani konvensional adalah sebanyak 5,16 liter pestisida cair dan 2,22 kilogram pestisida bubuk. Dengan demikian, rata-rata penggunaan pestisida
yang digunakan oleh petani konvensional lebih banyak dibandingkan dengan petani SRG.
6.1.2.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani SRG dan petani konvensional terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam semua kegiatan usahatani padi yang dilakukan di lokasi penelitian seluruhnya dikerjakan oleh tenaga kerja laki-
laki. Penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam kegiatan usahatani mulai dari persiapan
lahan, penanaman, pemupukan, penyemprotan pestisida dan pemanenan. Pada jenis kegiatan penanaman terdapat dua cara dalam pembayaran
tenaga kerja yang dilakukan. Cara pertama adalah dengan cara ceblok, yaitu petani hanya membayar upah makan dengan kisaran biaya Rp 10.000,00-Rp
15.000,00 dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan akan mendapat kepastian akan dipekerjakan kembali ketika kegiatan pemanenan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh petani yang memiliki lahan kecil. Cara kedua adalah dengan cara borongan, yaitu petani akan membayar upah kepada tenaga kerja sesuai dengan
luas lahan yang akan ditanam. Besar upah untuk cara borongan berkisar dari Rp 400.000,00 sampai Rp 500.000,00 per satu bahu atau 0,66 hektar. Untuk kegiatan
pemanenan, baik petani SRG maupun konvensional menerapkan cara yang sama dalam pembayaran upah tenaga kerja, yaitu dengan menggunakan cara bawon.
5 7
Cara pembayaran bawon adalah cara pembayaran bagi hasil dimana tenaga kerja akan mendapatkan satu per enam dari hasil panen petani. Jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam analisis usahatani padi menggunakan satuan HKP Hari Kerja Pria. Di lokasi penelitian lama jam kerja tidak ditentukan oleh petani.
Petani hanya menginginkan dengan upah yang dibayar suatu jenis pekerjaan bisa selesai dalam satu hari dimana untuk satu HKP adalah delapan jam per hari.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi per hektar periode Januari- April 2011 untuk petani SRG adalah 29,761 HKP untuk tenaga kerja luar keluarga
yang terdiri dari 7,53 HKP pada proses penanaman, 14,081 HKP pada proses pemanenan dan 8,15 HKP untuk proses lainnya. Pada penggunaan tenaga kerja
dalam keluarga, jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani SRG adalah 3,92 HKP. Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi per hektar periode Januari-
April 2011 untuk petani konvensional adalah 41,49 HKP untuk tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari 10,86 HKP pada proses penanaman, 15,85 HKP pada
proses pemanenan dan 7,39 HKP untuk proses lainnya untuk tenaga kerja luar keluarga. Pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, jumlah tenaga kerja yang
digunakan oleh petani konvensional adalah 4,24 HKP. Dengan demikian, jumlah penggunaan tenaga kerja petani konvensional lebih banyak daripada petani SRG.
6.1.2.5. Alat-Alat Pertanian