2 4
Indrayani 2008 dalam penelitiann\D \DQJ EHUMXGXO ³QDOLVLV 3ROD .HPLWUDDQ DODP 3HQJDGDDQ HUDV 3DQGDQZDQJL HUVHUWLILNDW´ PHQ\HEXWNDQ
bahwa salah satu contoh kegiatan kemitraan agribisnis dibidang pertanian khususnya tanaman pangan adalah antara Gapoktan Citra Sawargi dengan CV.
Quasindo. Kemitraan yang terjalin merupakan kemitraan dalam pengadaan beras pandan wangi brsertifikat. Kemitraan ini terjalin sejak April 2007, dengan
melibatkan tiga pelaku utama yakni Gapoktan, CV. Quasindo serta Lembaga Sertifikasi Beras.
2.2. Sistem Resi Gudang
Resi Gudang warehouse receipt adalah surat berharga berupa dokumen bukti kepemilikan atas barang yang di simpan di gudang yang diterbitkan oleh
pengelola gudang yang dapat diperdagangkan, dipertukarkan dalam sistem pembiayaan perdagangan suatu negara. Selain itu, resi gudang juga dapat
digunakan sebagai jaminan atau diterima sebagai bukti penyerahan barang dalam rangka pemenuhan kontrak deribatf yang jatuh tempo, sebagaimana terjadi dalam
kontrak berjangka. Dengan demikian, SRG dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang.
Resi gudang dapat digunakan sebagai agunan karena resi gudang dijamin dengan komoditas tertentu yang berada dalam pengawasan pihak ketiga Pengelola
Gudang yang terakreditasi. Sistem ini telah dipergunakan secara luas di negara- negara maju atau di negara-negara dimana pemerintah telah mulai mengurangi
perannya dalam menstabilisasi harga komoditi, terutama komoditi agribisnis. Beberapa negara yang telah menerapkan SRG antara lain adalah India, Malaysia,
Filipina, Ghana, Mali, Turki, Polandia, Meksiko dan Uganda. Di Indonesia, dalam hal ini Departemen Perdagangan yang diwakili oleh
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi BAPPEBTI telah menyusun rencana Undang-undang RUU tentang Sistem Resi gudang. Pada tanggal 20 Juni
2006, Dewan Perwakilan Rakyat DPR Republik Indonesia telah menyetujui RUU tersebut menjadi Undang-undang UU. Presiden RI telah mensahkan UU
tersebut sebagai UU nomor 9 tahun 2006 tentang SRG pada tanggal 14 Juli 2006.
2 5
Tujuan diberlakukannya UU tentang SRG adalah untuk memberikan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap kepastian hukum, melindungi
masyarakat dan memperluas akses mereka untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan usaha. UU Sistem Resi Gudang memberikan manfaat terutama bagi
pengusaha kecil dan menengah, petani dan kelompok tani, perusahaan pengelola gudang, perusahaan pemberi pinjaman dan bank untuk mengakses permodalan
guna meningkatkan usahanya. SRG merupakan terobosan instrument penjamin pengganti fixed asset.
Hal ini dikarenakan resi gudang dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang dan dapat digunakan sebagai dokumen penyerahan barang, sebagai document of title,
maka resi gudang dapat dijadikan sebagai jaminan utang sepenuhnya tanpa perlu dipersyaratkan adanya jaminan lain. Ketentuan ini diharapkan akan sangat
membantu usaha kecil dan menengah, petani serta kelompok tani yang selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses kredit, karena pada umumnya
mereka tidak memiliki fixed asset untuk dijadikan sebagai agunan. Dalam penerapan SRG, terdapat beberapa pihak yang terkait dalam
penerbitan resi gudang. Lembaga pertama adalah pengelola gudang. Pengelola gudang adalah pihak yang melakukan usaha perdagangan, baik gudang milik
sendiri maupun milik orang lain yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan yang disimpan oleh pemilik barang. Lembaga ini dipersyaratkan
harus berbentuk badan usaha hukum dan telah mendapat persetujuan dari BAPPEBTI. Dalam pelaksanaanya, pengelola gudang wajib membuat perjanjian
pengelolaan secara tertulis baik dengan pemilik barang, yang sekurang-kurangnya memnuat identitas serta hak dan kewajiban para pihak, jangka waktu
penyimpanan, deskripsi barang dan asuransi. Daftar pengelola SRG yang telah mendapat persetujuan dari BAPPEBTI dapat dilihat di Tabel 2.
2 6
Tabel 2. Daftar Pengelola Gudang SRG yang Mendapat Persetujuan BAPPEBTI. No
Pengelola Gudang Alamat Kantor Pusat
1. PT. Bhanda Ghara Reksa
BGR Jalan Kali Besar Timur Nomor 5-7, Jakarta
11110. 2.
PT. Pertani Jalan Pertani Nomor 1 ± 7 Durentiga
Pancoran Jakarta Selatan 12760 3.
PT. Petindo Daya Mandiri Jalan Cempaka Putih Timur No. 3 Jakarta
Pusat 10510. 4.
PT. Sucofindo Graha Sucofindo, Jl. Raya Pasar Minggu
Kav. 34 DKI Jakarta 12780 5.
PT. Reksa Guna Interservice
Gd. Dana Graha Lt. 2 Jl. Gondangdia Kecil No. 12-14 Jakarta Pusat 10350
6. Koperasi Tani Bidara Tani
Jalan A. Yani Nomor 84, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Provinsi
Jawa Timur
Sumber : BAPPEPTI 2008 Lembaga kedua adalah Lembaga Penilaian Kesesuaian LPK. LPK adalah
suatu lembaga terakreditasi yang melakukan kegiatan penilaian untuk membuktikan bahwa persyaratan tertentu mengenai produk, sistem, proses, dan
atau sumber daya manusia yang dimiliknya telah terpenuhi dan sesuai dengan standar. Kegiatan penilaian kesesuaian ini mencakup lembaga inspeksi,
laboratorium penguji dan lembaga sertifikasi sistem mutu. LPK yang mendapat persetujuan dari BAPPEBTI seluruhnya diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional KAN. Kegiatan penilaian kesesuaian yang dilakukan mencakup kegiatan sertifikasi, inspeksi dan pengujian yang berkaitan dengan barang, gudang
dan pengelola gudang. Penyimpanan barang di gudang sangat erat kaitannya dengan konsistensi
mutu barang yang disimpan, sehingga perlu disiapkan sistem penilaian kesesuaian yang dapat menjamin konsistensi mutu barang yang disimpan. Sertifikat yang
diterbitkan oleh LPK memuat nomor dan tanggal penerbitan, identitas pemilik barang, jenis dan jumlah barang, sifat barang, metode pengujian mutu barang,
tingkat mutu dan kelas barang, jangka waktu mutu barang dan tanda tangan pihak yang berhak mewakili lembaga. Daftar Daftar Lembaga Penilaian Kesesuaian
yang telah mendapat persetujuan dari BAPPEBTI bisa dilihat pada Tabel 3.
2 7
Tabel 3. Daftar Lembaga Penilai Kesesuaian yang mendapat persetujuan dari
BAPPEBTI. NO
LPK Alamat
1 Inspeksi Gudang
Penunjukan Kabappebti
a. PT. Bhanda Ghara
Reksa Persero Jalan Kali Besar Timur
Nomor 5-7, Jakarta 11110.
b. PT. SUCOFINDO Graha Sucofindo, Jl.
Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta 12780
2. Sertifikat Manajemen Mutu
PT. SUCOFINDO Graha Sucofindo, Jl.
Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta 12780
3. Uji Mutu
Komoditi a. PT.
SUCOFINDO Lada, Kopi,
Kakao Graha Sucofindo, Jl.
Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta 12780
b. BPSMB TEMBAKAU
SURABAYA Kopi, Lada,
Kakao dan Karet Jl. Gayung Kebonsari
Dalam No. 12 A Surabaya
c. BPSMB MAKASSAR
Kopi, dan Lada Jl. A. Pattarani
Makassar 90222
4. Uji Mutu
Komoditi Penunjukan
Kabappebti a. BPSMB
TEMBAKAU SURABAYA
Gabah Jl. Gayung Kebonsari
Dalam No. 12 A Surabaya
b. UJASTASMA PROBIS PERUM
BULOG SUBDIVRE KAB.
BANYUMAS Gabah
Jl. Jend. Sudirman No. 829 Purwokerto ±
Jateng
Sumber : BAPPEBTI 2008 Lembaga ketiga adalah pusat registrasi yang melakukan penatausahaan
Resi Gudang dan Derivatif resi Gudang yang meliputi pencatatan, penyimpanan, pemindah bukuan kepemilikan, pembebanan hak jaminan, pelaporan, seta
penyediaan sistem dan jaringan informasi. Penatausahaan dilakukan untuk menjamin keamanan dan keabsahan setiap pengalihan dan pembebanan hak
jaminan atas Resi gudang, karena setiap pihak yang menerbitkan, mengalihkan dan melakukan pembebanan hak jaminan atas resi gudang wajib melaporkannya
kepada Pusat Registrasi. Berdasarkan sistem ini, pemerintah melalui Pusat
2 8
Registrasi dapat memantau pengalihan dan pembebanan hak jaminan atas resi gudang, mencegah terjadinya penjaminan ganda dan melakukan tersediannya stok
nasional untuk komoditi tertentu. Pusat Registrasi yang telah mendapat Persetujuan dari BAPPEBTI adalah PT. Kliring Berjangka Indonesia.
Lembaga terakhir adalah Badan Pengawas Resi Gudang. Badan ini merupakan unit organisasi di bawah Menteri Perdagangan yang diberi wewenang
untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan SRG. Badan ini antara lain berwenang memberikan persetujuan
sebagai Pengelola Gudang, Lembaga Penilaian Kesesuaian dan Pusat Registrasi. Saat ini tugas, fungsi dan kewenangan tersebut dilaksanakan oleh BAPPEBTI.
Adapun syarat komoditi yang dapat diresi gudangkan antara lain memiliki daya tahan simpan minimal tiga bulan, memilik standar mutu nasional dan
memiliki struktur pasar terbuka. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 26M-DAGPER62007 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang Dalam
Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang hingga saat ini baru terdapat delapan komoditi yang dapat diresi gudangkan yaitu: Gabah, Beras, Jagung, Kopi, Kakao,
Lada, Karet, dan Rumput Laut. Setiap komoditi yang akan disimpan di gudang harus memenuhi persyaratan standar mutu tertentu yang berlaku untuk komoditi
yang bersangkutan untuk memperoleh Resi Gudang. Contoh nilai standar mutu gabah berdasarkan SNI bisa dilihat pada Tabel 4.
2 9
Tabel 4. Standar Mutu Komoditi Gabah Seperti Tercantum dalam SNI 01-0224-
1987.
No Jenis Uji
Satuan Persyaratan
MUTU I MUTU II
MUTU III
1 Kadar Air
maks. 14.0
14.0 14.0
2. Gabah Hampa
maks. 1.0
2.0 3.0
3. Butir Rusak + Butir
Kuning maks.
2.0 5.0
7.0 4.
Butir Mengapur + Gabah Muda
maks. 1.0
5.0 10.0
5. Butir Merah
maks. 1.0
2.0 4.0
6. Benda Asing
maks. -
0.5 1.0
7. Gabah Varietas lain
maks. 2.0
5.0 10.0
Sumber : BAPPEBTI 2008 Untuk mendapatkan Resi Gudang Petani terlebih dahulu mendatangi
Pengelola Gudang dengan membawa komoditi yang akan diresigudangkan. Sebelum masuk gudang, komoditi tersebut terlebih dahulu diuji mutu dan
kuantitasnya oleh LPK yang ada di Gudang atau Kantor Pengelola Gudang. Sementara itu Pengelola Gudang akan membuat perjanjian pengelolaan barang
yang berisi deskripsi barang dan asuransi. Diskripsi barang dibuat berdasarkan sertifikat hasil uji mutu yang dikeluarkan oleh LPK.
Surat perjanjian pengelolaan barang yang telah ditandatangani, selanjutnya Pengelola Gudang akan menghubungi Pusat Registrasi untuk meminta kode
registrasi. Pengelola Gudang dapat langsung menerbitkan Dokumen Resi Gudang tepat setelah menerima kode registrasi dari Pusat Registrasi. Dokumen Resi
Gudang yang sah akan mencantumkan informasi antara lain judul dan jenis komoditi, nama pemilik komoditi, lokasi gudang, tanggal penerbitan, nomor
penerbitan, nomor registrasi, deskripsi barang kuantitas dan kualitas, waktu jatuh tempo, biaya simpan, nilai barang dan harga pasar.
2.3. Kajian Empiris Mengenai Usahatani