Perkembangan Usahatani di Indonesia

2 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Usahatani di Indonesia

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi pada tahun 1998 karena dalam kondisi krisis, sektor ini masih memberikan pertumbuhan yang positif. Menurut data BPS 1999 pertumbuhan nilai ekspor komoditi hasil sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,22 persen di tahun 1998. Sementara pertumbuhan sektor lain negatif, misalnya pertumbuhan sektor pertambangan dan migas negatif 4,16 persen, dan pertumbuhan sektor industri negatif 12,74 persen BPS, 1999. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Pengembangan sektor pertanian termasuk pengembangan industri yang berbasis pertanian merupakan andalan potensial untuk membangkitkan dinamika ekonomi masyarakat di tengah penurunan ekonomi dewasa ini. Pengembangan sektor pertanian beserta program lanjutannya, dalam hal ini agroindustri, memiliki nilai strategis untuk keluar dari krisis ekonomi. Salah satu sasaran dari pengembangan sektor pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani yang sebagian besar masih tergolong penduduk miskin. Berbagai cara telah dilakukan dalam upaya memperbaiki kesejahteraan petani. Beberapa upaya yang telah dilakukan baik dari segi teknis usahatani, seperti sistem bertani organik, penggunaan bibit ungul dan sistem penjualan hasil usahatani. Upaya tersebut dilakukan agar terjadi peningkatan pendapatan petani. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan menerapkan konsep sistem pertanian terpadu, yaitu mengkombinasikan berbagai macam spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok untuk melindungi lingkungan juga membantu petani menjaga produktivitas lahan mereka dan meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani. Penggunaan bibit berkualitas bersertifikat juga dapat membantu petani dalam usaha peningkatan pendapatan petani. 2 3 6DKHGD GDODP SHQHOLWLDQQ\D \DQJ EHUMXGXO ³3UHIHUHQVL dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Varietas Lokal Pandan Wangi di .DEXSDWHQ LDQMXU´ \DQJ EHUWXMXDQ XQWXN PHQJLGHQWLILNDVL SURVHV SHQJDPELODQ keputusan para petani terhadap penggunaan benih padi pandan wangi, menganalisis kepuasan para petani terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi, dan menentukan alternatif strategi dalam rangka pencapaian tujuan kepuasan terhadap atribut-atribut benih padi pandan wangi. Berdasarkan analisis tahap proses pengambilan keputusan petani terhadap pembelian benih bersertifikat dan penggunaan benih tidak bersertifikat padi pandan wangi, diketahui bahwa yang menjadi motivasi para petani untuk menanam benih bersertifikat padi pandan wangi adalah karena harga jual yang tinggi, dan para petani menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat penting untuk digunakan. Sedangkan para petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat menganggap bahwa penggunaan benih bersertifikat biasa saja dan sebagian besar petani mengetahui informasi benih padi pandan wangi dan sumber yang dipercaya untuk penggunaan benih berasal dari kelompok tani, diri sendiri dan lainnya yaitu keluarga. Atribut harga jual gabah dijadikan dasar dalam pertimbangan untuk pembelian dan penggunaan benih tidak tidak bersertifikat. Keputusan dalam cara penjualan hasil usahatani juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendapatan usahatani. Pratama 2008 melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP Kasus Petani Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur dengan tujuan menganalisis efektivitas program DPM-LUEP terhadap stabilitas harga gabah di tingkat petani di Provinsi Jawa Barat, menganalisis dampak kebijakan program DPM-LUEP terhadap tingkat pendapatan petani di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menjual gabahnya ke LUEP. Dengan membandingkan perkembangan harga yang diterima petani di kecamatan yang mendapat DPM- LUEP dan yang tidak mendapat program diketahui bahwa harga GKP pada kecamatan yang mendapatkan program DPM-LUEP lebih tinggi daripada kecamatan yang tidak mendapatkan program DPM-LUEP. 2 4 Indrayani 2008 dalam penelitiann\D \DQJ EHUMXGXO ³QDOLVLV 3ROD .HPLWUDDQ DODP 3HQJDGDDQ HUDV 3DQGDQZDQJL HUVHUWLILNDW´ PHQ\HEXWNDQ bahwa salah satu contoh kegiatan kemitraan agribisnis dibidang pertanian khususnya tanaman pangan adalah antara Gapoktan Citra Sawargi dengan CV. Quasindo. Kemitraan yang terjalin merupakan kemitraan dalam pengadaan beras pandan wangi brsertifikat. Kemitraan ini terjalin sejak April 2007, dengan melibatkan tiga pelaku utama yakni Gapoktan, CV. Quasindo serta Lembaga Sertifikasi Beras.

2.2. Sistem Resi Gudang