Kajian Empiris Mengenai Usahatani

2 9 Tabel 4. Standar Mutu Komoditi Gabah Seperti Tercantum dalam SNI 01-0224- 1987. No Jenis Uji Satuan Persyaratan MUTU I MUTU II MUTU III 1 Kadar Air maks. 14.0 14.0 14.0 2. Gabah Hampa maks. 1.0 2.0 3.0 3. Butir Rusak + Butir Kuning maks. 2.0 5.0 7.0 4. Butir Mengapur + Gabah Muda maks. 1.0 5.0 10.0 5. Butir Merah maks. 1.0 2.0 4.0 6. Benda Asing maks. - 0.5 1.0 7. Gabah Varietas lain maks. 2.0 5.0 10.0 Sumber : BAPPEBTI 2008 Untuk mendapatkan Resi Gudang Petani terlebih dahulu mendatangi Pengelola Gudang dengan membawa komoditi yang akan diresigudangkan. Sebelum masuk gudang, komoditi tersebut terlebih dahulu diuji mutu dan kuantitasnya oleh LPK yang ada di Gudang atau Kantor Pengelola Gudang. Sementara itu Pengelola Gudang akan membuat perjanjian pengelolaan barang yang berisi deskripsi barang dan asuransi. Diskripsi barang dibuat berdasarkan sertifikat hasil uji mutu yang dikeluarkan oleh LPK. Surat perjanjian pengelolaan barang yang telah ditandatangani, selanjutnya Pengelola Gudang akan menghubungi Pusat Registrasi untuk meminta kode registrasi. Pengelola Gudang dapat langsung menerbitkan Dokumen Resi Gudang tepat setelah menerima kode registrasi dari Pusat Registrasi. Dokumen Resi Gudang yang sah akan mencantumkan informasi antara lain judul dan jenis komoditi, nama pemilik komoditi, lokasi gudang, tanggal penerbitan, nomor penerbitan, nomor registrasi, deskripsi barang kuantitas dan kualitas, waktu jatuh tempo, biaya simpan, nilai barang dan harga pasar.

2.3. Kajian Empiris Mengenai Usahatani

Rachmawati 2003 dan Gandhi 2008 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani pemilik lahan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan petani penggarap. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani 3 pemilik 3,14 dan 1,35 yang lebih besar dari petani penggarap 1,19 dan 1,18 pada penelitian Rachmawati dan nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani pemilik 2,42 dan 1,19 yang lebih besar dari petani penggarap 1,07 dan 1,88 pada penelitian Gandhi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa usahatani yang dilakukan, baik oleh petani pemilik maupun petani penggarap, masih menguntungkan karena rasio RC atas biaya tunai maupun biaya totalnya lebih besar dari satu. Hidayat 2010 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pendapatan usahatani jambu getas merah di Kelurahan Sukaresmi dikelompokkan berdasarkan status penguasaan lahan yaitu petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun yang diterima petani pemilik lahan yaitu Rp 12.727.000,00 lebih besar daripada pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun yang diterima petani penyewa lahan yaitu Rp 9.056.000,00. Begitu pula berdasarkan perhitungan pendapatan atas biaya total, maka pendapatan atas biaya total per hektar per tahun yang diterima petani pemilik lahan yaitu Rp 8.146.666,67 lebih besar daripada pendapatan atas biaya total per hektar per tahun yang diterima petani penyewa lahan yaitu Rp 8.047.333,33. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani pemilik lahan yang lebih tinggi 2,69 dan 1,67 dari biaya tunai petani maupun biaya total penyewa lahan 1,81dan 1,66. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan pada penelitian Rachmawati, Gandhi dan Hidayat. Persamaan penelitian yang diteliti oleh Rachmawati, Gandhi dan Hidayat adalah analisis usahatani dengan rasio RC petani pemilik lahan lebih besar daripada rasio RC petani penggarap baik atas biaya tunai maupun biaya total. Perbedaan penelitian ini adalah jenis komoditi yang diteliti yaitu jambu merah yang diteliti oleh Hidayat, dan padi yang diteliti oleh Rachmawati dan Gandhi. Terdapat beberapa persamaan dalam metode penelitian yang digunakan pada beberapa studi terdahulu seperti pada Rachmawati 2003 dan Murdani 2008. Pada Rachmawati 2003 menggunakan metode analisis RC rasio, margin tataniaga, dan IDUPHU¶V 6KDUH dalam menganalisis penelitiannya mengenai topik 3 1 penelitian usahatani dan tataniaga. Pada penelitian mereka tidak menggunakan analisis lembaga dan fungsi tataniaga, sehingga kurang memberikan gambaran kondisi tataniaga karena penelitian lebih kuantitatif. Begitu pula pada penelitian Murdiani 2008 yang menggunakan metode analisis yang sama dalam menganalisis penelitiannya yaitu analisis pendapatan usahatani, rasio RC, marjin tataniaga,dan IDUPHU¶V VKDUH Walaupun pada kedua penelitian tersebut analisis usahatani lebih dalam karena menambahkan analisis pendapatan usahatani, namun analisis tataniaga terutama kondisi kualitatif seperti fungsi tataniaga dan analisis lembaga tataniaga kurang dibahas secara komperhensif. Pada penelitian Gandhi 2008 dan Hidayat 2010, merupakan penelitian yang menggunakan metode analisis yang paling lengkap dalam menganalisis penelitian untuk topik usahatani dan tataniaga. Keduanya melakukan analisis kuantitatif yang baik dalam analisis usahatani dan tataniaga, juga melakukan analisis kualitatif tataniaga dengan baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah alat analisis yang digunakan sama dengan yang digunakan oleh Gandhi 2008 dan Hidayat 2010. Perbedaan ini dengan penelitian terdahulu adalah jenis komoditas yang dianalisis yaitu gabah, dan juga metode penjualan yang digunakan yaitu metode tunda jual dengan memanfaatkan Sistem Resi Gudang. Penelitian ini berusaha menganalisis perbandingan tingkat pendapatan usahatani petani yang tidak memanfaatkan Sistem Resi Gudang dan yang sudah memanfaatkannya, pendapatan usahatani dengan pendekatan penerimaan dan biaya usahatani, dan RC rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani padi yang sudah memanfaatkan Sistem Resi Gudang dan sistem konvensional. Melalui analisis efisiensi dapat diketahui metode mana yang memberikan lebih banyak keuntungan bagi petani. 3 2

III. KERANGKA PEMIKIRAN