A Verifikasi metode SNI 01-2891-1992

39 reprodusibilitasnya buruk analisis yang dilakukan dalam selang waktu dua bulan hasilnya berbeda nyata.

4.3.2. A

spek akurasi Akurasi dari metode SNI 01-2891-1992 dilakukan dengan menggunakan bahan acuan dan uji rekoveri. Hasil analisis terhadap bahan acuan dapat dilihat pada Tabel 13, dan uji rekoveri dengan menggunakan standard glukosa dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 13. Akurasi metode karbohidrat total SNI 01-2891-1992 pada berbagai bahan acuan N=7 Bahan acuan Rentang bahan acuang100g Hasil analisis g100g Rataan Range SD Susu Bubuk 59,61-59,67 a 45,72 45,11-46,08 0,43 Kedelai 14,02-19,26 b 15,90 15,19-16,50 0,41 Kacang hijau 49,26-57,96 b 55,66 55,45-56,16 0,28 a berdasarkan hasil analisis by difference Lab Kimia LD-ITP b berdasarkan nilai yang tercantum pada bahan acuan LIPI Kimia analisis Luff-Schoorl 4.3.2.1. Akurasi berdasarkan bahan acuan Bahan acuan yang digunakan bukanlah Certified Reference Material CRM, melainkan hanya bahan acuan yang nilai assigned value komposisinya berdasarkan konsensus beberapa lab dan digunakan untuk uji profisiensi. Sekalipun demikian, bahan acuan seperti ini masih dapat digunakan untuk mengetahui adanya bias Thompson et al 2002. Hasil analisis terhadap bahan acuan menunjukkan nilai yang masih dalam rentang yang tercantum pada bahan acuan, kecuali untuk bahan acuan susu bubuk. Khusus untuk susu bubuk rentangnya masih sempit karena nilai yang ditampilkan merupakan hasil uji dari satu lab saja dan itupun masih menggunakan metode by difference. Hasil analisis menunjukkan bahwa analisis total karbohidrat dengan Metode Luff-Schoorl untuk kedelai dan kacang hijau masih dalam rentang pengukuran. Hal ini juga mengonfirmasi bahwa pada rentang konsentrasi karbohidrat 15,90-55,66 gram karbohidrat setara glukosa100 gram sampel untuk bahan acuan kacang hijau, kedelai dan susu bubuk masih dimungkinkan untuk dianalisis dengan Metode Luff-Schoorl dengan menghasilkan nilai akurasi yang masih dapat diterima sesuai dengan rentang bahan acuan empiris. Bahan acuan empiris yang 40 dimaksud di sini adalah bahan acuan yang nilai komposisinya merupakan hasil konsensus beberapa lab, bukan bahan acuan yang nilainya tetap seperti senyawa kimia standard. 4.3.2.2. Akurasi berdasarkan uji rekoveri Bias yang terlihat dari perbandingan metode dapat dijelaskan dengan uji rekoveri Lumsden 2000. Berdasarkan perbandingan metode yang telah dilakukan sebelumnya, diperkirakan adanya proportional error. Proportional systematic error dapat diperkirakan dengan uji rekoveri Lumsden 2000; Koch dan Peter 1999. Selain itu uji rekoveri dapat digunakan untuk mendukung studi yang menggunakan bahan acuan Thompson et al 2002. Rekoveri yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada bahan acuan dan pada matriks sampel pangan cair. Baik pada bahan acuan maupun matriks sampel pangan cair hanya menggunakan satu level konsentrasi, yaitu dengan menggunakan glukosa sebanyak 10 dari berat total sampel untuk bahan acuan dan sebanyak ±25 dari berat total sampel untuk matriks bahan pangan cair . Hasil uji rekoveri dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Hasil uji rekoveri pada berbagai bahan acuan dengan spike glukosa N=7 Bahan acuan Hasil analisis yang terbaca g100g Rata-rata glukosa spike ww Rata-rata glukosa diperoleh ww Rekoveri Rekoveri yang dapat diterima b Rataan Range Rataan Range RSD a Susu Bubuk 47,65 47,37-48,55 10,0 6,7 65,0 62,2-74,1 6,68 95-102 Kedelai 23,44 22,98-24,05 10,0 9,1 91,0 86,3-96,9 4,64 Kacang hijau 58,50 58,37-58,66 10,0 8,4 84,0 82,6-85,5 1,48 a RSD analisis dari rekoveri b menurut AOAC2002 Tabel 15. Hasil uji rekoveri pada berbagai sampel pangan cair dengan spike glukosa N=7 Sampel Hasil analisis yang terbaca g100g Rata-rata glukosa spike ww Rata-rata glukosa diperoleh ww Rekoveri Rekoveri yang dapat diterima b Rataan Range Rataan Range RSD a Kecap manis 47,19 38,95-54,90 25,5 22,3 87,12 - 51,5-121,7 25,62 95-102 Kecap asin 23,74 22,26-24,49 25,4 -7,2 -28,34 36,9--23,7 16,63 Santan 21,38 19,65-22,79 24,8 -10,3 -41,82 -57,9--30.5 24,77 a RSD analisis dari rekoveri b menurut AOAC2002 41 4.3.2.2.1. Rekoveri dengan bahan acuan Uji rekoveri dengan spiking glukosa untuk susu bubuk pada Tabel 13 menunjukkan rata-rata rekoveri 65,0, untuk kedelai didapatkan rata-rata rekoveri 91,0 dan untuk kacang hijau didapatkan rata-rata rekoveri 84,0. Uji rekoveri dengan spiking glukosa untuk sampel kecap manis pada Tabel 14 menunjukkan rata-rata rekoveri 87,12; untuk sampel kecap asin didapatkan rata-rata rekoveri -28,34, dan untuk sampel santan didapatkan rata-rata rekoveri -41,82. Berdasarkan uji rekoveri tidak ada hasil yang menunjukkan nilai rekoveri yang dapat diterima berdasarkan batas yang ditetapkan oleh AOAC 2002. Meski nilai rekoveri yang baik belum tentu menandakan bahwa nilai analisis merupakan nilai yang sebenarnya karena efek dari analat yang ditambahkan dengan analat dalam bentuk alaminya mungkin berbeda, tetapi nilai rekoveri yang buruk jelas menunjukkan adanya bias dari nilai yang sebenarnya Thompson et al 2002. Nilai rekoveri sampel kedelai 91,03 lebih besar daripada kacang hijau 83,95 dan lebih besar daripada susu bubuk 65,0. Hal ini menunjukkan bahwa efek matriks yang dapat mengganggu analisis paling besar terlihat pada bahan acuan susu bubuk. Selain itu nilai rekoveri yang kurang dari 60-70 perlu pemeriksaan yang mengarah pada perbaikan AOAC 2002 karena kemungkinan nilai rekoveri ini menunjukkan bahwa ada kesalahan sistematis akibat adanya komponen matriks lain yang menganggu dalam analisis seperti maltodekstrin yang digunakan sebagai bahan pengisi pada susu bubuk. Courtin et al 2000 mengatakan bahwa nilai yang dihasilkan oleh analisis maltodekstrin dengan metode gula pereduksi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan metode kolorimetri dan adanya komponen lain yang memiliki kemampuan mereduksi dapat mempengaruhi gula pereduksi yang ada. Nilai rekoveri rata-rata untuk bahan acuan susu bubuk adalah 65, sehingga jika Metode Luff-Schoorl seperti dalam prosedur SNI 01-2891-1992 diaplikasikan sampel yang komposisinya mirip seperti pada bahan acuan susu bubuk diperkirakan ada kemungkinan kesalahan sistematis dapat terjadi. 4.3.2.2.2. Rekoveri dengan sampel matriks uji Nilai rekoveri kecap asin dan santan lebih buruk dibandingkan pada bahan acuan. Nilai rekoveri yang negatif kemungkinan disebabkan adanya substansi yang dapat menginterferensi pada sampel. Adapun kandungan lemak yang tinggi ±42, Tabel 5 pada santan diduga dapat menganggu analisis karena Shaffer dan Hartman 1920 mengatakan bahwa analisis dengan 42 metode gula pereduksi dianjurkan untuk melakukan presipitasi protein dan lemak dengan asam tungstat seperti pada analisis sampel susu. Sama halnya dengan nilai rekoveri bahan acuan, untuk matriks sampel pangan cair tidak ada hasil yang menunjukkan nilai rekoveri yang dapat diterima berdasarkan batas yang ditetapkan oleh AOAC 2002. Kemungkinan efek perbedaan matriks sampel terhadap perbedaan besarnya nilai rekoveri telihat dalam penelitian ini. Karena uji rekoveri dapat memeriksa adanya interferensi kompetitif dan efek dari matriks sampel Koch dan Peter 1999; Cembrowski dan Sullivan 1992, sehingga kemungkinan diperkirakan pada susu bubuk ada substansi yang dapat menginterferensi. Hal ini juga diperkuat oleh koefisien variasi RSD yang ditunjukkan pada nilai perolehan rekoveri yaitu 6.68, yang merupakan nilai yang paling besar dibandingkan nilai RSD yang didapat pada bahan kedelai 4,64 dan kacang hijau 1,48. Selain pada susu bubuk, kecap asin dan santan juga memiliki rata-rata nilai rekoveri yang buruk, yaitu masing-masing -28,34dan -41,82. Keduanya juga memiliki nilai RSD yang besar yaitu masing-masing 6,68 dan 24,77. Substansi yang dapat menginterferensi pada susu bubuk, kecap asin atau santan, dapat menganggu baik pada saat proses hidrolisis polisakarida menjadi gula-gula pereduksi atau pada saat kuantifikasi dari gula pereduksi. Karena nilai rekoveri yang rendah dapat mengindikasikan adanya kesalahan negatif. Kesalahan negatif dari tahap hidrolisis asam dapat disebabkan oleh destruksi glukosa atau gula lain oleh adanya asam dan panas Whelan dan Pirt 2006; Loomys dan Shull 1937; Shriner 1932 atau terbentuk produk dari reaksi antara asam amino dan karbohidrat Southgate 1976. Karena pada metode karbohidrat total SNI 01-2891-1992 tidak ada tahap deproteinisasi atau upaya lain untuk menghilangkan substansi yang dapat menginterferensi. Shaffer dan Hartman 1920 menyarankan untuk melakukan presipitasi protein dan lemak dengan asam tungstat untuk analisis sampel susu menggunakan metode gula pereduksi, tetapi hal ini tidak dilakukan pada analisis karbohidrat total metode SNI 01-2891-1992. Kemungkinan karena tidak adanya deproteinisasi dan rusaknya gula sederhana pada saat hidrolisis juga yang dapat menjadi penyebab nilai rekoveri pada bahan acuan lain yaitu kacang hijau dan kacang kedelai serta matriks sampel pangan cair kecap manis, kecap asin dan santan tidak mencapai range rekoveri yang dapat diterima. Sampel kecap manis yang banyak mengandung gula yang ditambahkan dalam proses pembuatannya menyebabkan adanya kemungkinan destruksi gula saat pemanasan sehingga nilai rekoveri yang didapat kecil bahkan negatif. 43

4.4. Faktor-Faktor Kesalahan Pada Analisis Total Karbohidrat SNI