11
oleh laboratorium lain atau metode yang telah dipublikasi tetapi belum menjadi metode baku. Ketika data validasi yang ada telah memadai, yaitu seperti pada metode yang telah divalidasi oleh
organisasi terstandarisasi seperti AOAC Association of Official Analytical Chemists Internasional, laboratorium umumnya hanya menjaga performa data dengan cara melakukan
verifikasi metode. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004. Berdasarkan Harvey 2000, validasi
merupakan suatu proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan yang dihasilkan oleh suatu prosedur dengan nilai yang dapat diterima. Sebagai tambahan, validasi memastikan bahwa suatu
prosedur tertulis memiliki detail yang cukup jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh analis atau laboratorium yang berbeda dengan hasil yang sebanding. Menurut AOAC 2002 validasi metode
menunjukkan apakah suatu metode sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam praktiknya, memungkinkan untuk merancang percobaan yang akan dilakukan sehingga karakteristik validasi
yang sesuai dapat diterapkan untuk mendapatkan hasil yang cukup dan menyeluruh mengenai kemampuan suatu prosedur analisis, seperti: spesifisitas, linearitas, rentang, akurasi kecermatan,
dan presisi keseksamaan EMA, 1995. Verifikasi metode adalah suatu tindakan validasi metode tetapi hanya pada beberapa beberapa
karakteristik performa saja. Laboratorium harus menentukan karakteristik performa yang dibutuhkan. Spesifikasi analisis dapat menjadi acuan untuk merancang proses verifikasi.
Rancangan yang baik akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan serta meminimalisir tenaga, waktu, serta biaya. Pemilihan parameter validasi atau verifikasi tergantung pada beberapa faktor
seperti aplikasi, sampel uji, tujuan metode, dan peraturan lokal atau internasional. Adapun beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode
analisis :
2.4.1. Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah seberapa dekat suatu hasil pengukuran kepada nilai sebenarnya. Terkadang masalah dalam menentukan akurasi adalah ketidaktahuan terhadap nilai
yang sebenarnya. Dalam beberapa tipe sampel kita dapat menggunakan sampel yang telah diketahui nilainya dan mengecek metode pengukuran yang kita gunakan untuk menganalisis
sampel itu sehingga kita mengetahui akurasi dari prosedur yang diujikan, metode ini disebut dengan CRM Certified Reference Method. Pendekatan lain adalah dengan membandingkan
12
hasilnya dengan hasil yang dilakukan oleh lab lain Smith, 2010 atau dengan menggunakan metode referen Walton 2001. Akurasi juga dapat diketahui dengan melakukan uji rekoveri
Walton 2001. Hasil uji ini akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery analat yang ditambahkan pada sampel. Sampel ditambahkan spiking dengan standar yang telah
diketahui jumlah dan kadarnya EMA, 1995. Rentang nilai penerimaan kecermatan suatu metode akan bervariasi sesuai kebutuhannya FAO, 1998. Adapun AOAC menetapkannya seperti dalam
Tabel 1. Tabel 1 Persentase rekoveri yang dapat diterima sesuai dengan konsentrasi analat
analat Unit
Rata-rata rekoveri 100
100 98-102
10 10
95-102 1
1 97-103
0.1 0.10
95-105 0.01
100 ppm 90-107
0.001 10 ppm
80-110 0.0001
1 ppm 80-110
0.00001 100 ppb
80-110 0.000001
10 ppb 60-115
0.0000001 1 ppb
40-120 sumber: AOAC 2002
2.4.2. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen Harmita, 2004. Presisi dapat dibagi dalam dua kategori: keterulangan atau ripitabilitas repeatability dan ketertiruan reproducibility.
Ripitabilitas adalah nilai presisi yang diperoleh jika seluruh pengukuran dihasilkan oleh satu orang analis dalam satu periode tertentu, menggunakan pereaksi dan peralatan yang sama dalam
laboratorium yang sama. Ketertiruan adalah nilai presisi yang dihasilkan pada kondisi yang berbeda, termasuk analis yang berbeda, atau periode dan laboratorium yang berbeda dengan analis
yang sama. Karena ketertiruan dapat memperbanyak sumber variasi, ketertiruan dari analisis tidak akan lebih baik hasilnya dari nilai keterulangan Harvey, 2000.
13
Presisi dalam hal ripitabilitas diukur dengan menghitung relative standard deviation atau simpangan baku relatif RSD dari beberapa ulangan dengan menggunakan rumus 1.6:
1.6 Standar deviasi ripitabilitas bervariasi tergantung pada konsentrasi AOAC 2002. Oleh karena itu
hasil yang didapat dari perhitungan dibandingkan hasilnya dengan nilai yang ada di Tabel 2. Tabel 2 Nilai presisi RSD sesuai dengan konsentrasi analat
analat Konsentrasi
RSD 100
100 1
10 10
1.5 1
1 2
0.1 0.10
3 0.01
100 ppm 4
0.001 10 ppm
6 0.0001
1 ppm 8
0.00001 10 ppb
15 sumber: AOAC 2002
Nilai yang didapat juga dapat dibandingkan atau dengan menggunakan rumus 1.7:
1.7 dengan C adalah konsentrasi yang didapat dari rataan.
Nilai yang dapat diterima untuk ripitabilitas adalah antara 12 dan 2 kali dari nilai yang dijadikan sebagai pembanding. Ada juga yang menggunakan RSD Horwitz sebagai nilai pembanding, RSD
Horwitz dihitung dengan rumus 1.8:
1.8 Dengan menggunakan pembanding RSD Horwitz nilai yang dapat diterima untuk ripitabilitas
adalah RSD yang terhitung dari ulangan yang ada harus kurang dari 23 dari nilai RSD Horwitz Garfield 2000.
14
2.4.3. Spesifisitas