4.3.2 Indeks Kemampuan Rutin
Indeks kemampuan rutin Kabupaten Karo tahun anggaran 2010-2014 mencerminkan buruknya kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Karo. Pada
tabel 4.14 dapat dilihat bahwa persentase indeks kemampuan rutin Kabupaten Karo hanya berkisar 5-10 dengan rata rata 7,19 dan sudah jelas bahwa
tingkat kemandirian keuangan Kabupaten Karo adalah sangat kurang. Penelitian yang dilakukan oleh Riza Dewi al Ardi 2011 menunjukkan indeks kemampuan
rutin Kabupaten Jember tahun anggaran 2006-2010 rata-rata sebesar 23,59. Perbedaan ini cukup signifikan, meskipun begitu indeks kemampuan rutin
Kabupaten Jember masih tergolong kurang mampu. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Karo dalam
membiayai belanja pegawai, belanja barang, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan masih sangat bergantung terhadap
pendapatan transfer. Pemerintah Daerah Kabupaten Karo belum mampu menghasilkan jumlah pendapatan asli daerah yang optimal.
4.3.3 Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa selama tahun anggaran 2010-2014, tingkat efektivitas Kabupaten Karo rata-rata sebesar 101,74, mencapai angka
tertinggi 108,27 pada tahun 2014 dan terendah pada tahun 2012 yaitu 88,07 angka-angka ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas PAD kabupaten karo
cenderung sangat efektif walaupun pada tahun 2012 dan 2013 hanya tergolong dalam kriteria cukup efektif dan efektif. Hony Adhiantoko 2013 dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya terhadap Kabupaten Blora untuk tahun anggaran 2007-2011 mendapatkan hasil rata-rata sebesar 108,71 hampir sama dengan Kabupaten
Karo. Meskipun demikian angka-angka ini menunjukkan bahwa Pmerintah
Daerah Kabupaten Karo sudah mampu memenuhi target penerimaan pendapatan asli daerah yang telah dianggarkan sebelumnya. Namun apabila dikaitkan
dengan tingkat kemandirian dan tingkat kemampuan rutin, keberhasilan dalam pencapaian target ini tidak begitu berarti. Pemerintah Daerah Kabupaten Karo
masih harus meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan sektor-sektor penerimaan daerahnya. Pemerintah daerah harus
terus menggali potensi-potensi yang dimiliki daerah dan mengembangkannya, serta harus kreatif dalam menghasilkan alternatif-alternatif penerimaan daerah.
Dengan demikian pertumbuhan PAD akan lebih optimal dan ketergantungan terhadap pendapatan transfer akan semakin berkurang.
4.3.4 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Berbanding terbalik dengan rasio efektivitas, rasio efisiensi menunjukkan bahwa belanja daerah Kabupaten Karo masih terlalu besar dibandingkan
pendapatan daerah sehingga dikategorikan kurang efisien. Meskipun begitu tingkat efisiensi keuangan Kabupaten Karo seiring waktu semakin membaik.
Pada tahun 2010 tingkat efisiensi keuangan Kabupaten Karo sebesar 100,07 dan tergolong tidak efisien. Angka ini menurun cukup signifikan sampai pada
tahun anggaran 2014 sebesar 88,00 dan tergolong cukup efisien. Perlu diingat
Universitas Sumatera Utara
bahwa semakin rendah persentase tingkat efisiensi, berarti semakin efisien. Pencapaian ini bukan berarti ada perbaikan yang signifikan dalam upaya
peningkatan PAD karena Pemerintah Daerah Kabupaten Karo meskipun sudah cukup efektif kinerja keuangannya tetapi pendapatan yang didapat sebagian
besar dari pendapatan transfer, bukan dari PAD. Jadi bukan berarti semakin efisien kinerja keuangan suatu pemerintah daerah semakin tinggi jumlah
pendapatan asli daerahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Winner Silalahi 2016 terhadap
Kabupaten Humbang Hasundutan menunjukkan rata-rata rasio efisiensi sebesar 95,14 dan tergolong masih kurang efisien.
4.3.5 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah