Jenis Penelitian Sumber dan Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendapatkan gambaran tentang kesehatan keuangan pemerintah daerah di Kabupaten Karo dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan yang meliputi Undang-undang Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Laporan Realisasi APBD atau Laporan Keuangan Pemerintah LKPD Kabupaten Karo dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Data yang digunakan diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan BPK Perwakilan Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan cara menghimpun data-data yang diperlukan. 2. Teknik Kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi atau yang dibutuhkan melalui buku, literatur, jurnal, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif case study yaitu metode analisis data dengan mengumpulkan data yang ada terlebih dahulu kemudian diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa rasio keuangan, yaitu: 1. Rasio Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah PAD dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain. Universitas Sumatera Utara ����� ����������� = ��� ����� ���������� �����ℎ × 100 Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana diluar Pendapatan Asli Daerah PAD. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD Halim, 2008. Berikut adalah tabel tingkat kemandirian daerah: Tabel 3.1 Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Kemandirian Tingkat Kemandirian 0 - 25 Sangat Rendah 25 - 50 Rendah 50 - 75 Sedang 75 - 100 Tinggi Sumber: Suprapto, 2006:59 2. Rasio Indeks Kemampuan Rutin IKR Indeks Kemampuan Rutin IKR merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sejauh mana kemampuan keuangan pada potensi suatu pemerintah daerah dalam rangka membiayai belanja rutin daerah. Berikut Universitas Sumatera Utara adalah formula untuk menghitung Indeks Kemampuan Rutin suatu pemerintah daerah Berti, 2006: ��� = ���������� ���� �����ℎ ��� ����� ������� ����� × 100 Semakin tinggi rasio IKR suatu daerah, mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap sumber pendapatan daerah selain PAD semakin rendah dan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah, menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Berikut tabel tingkat kemampuan rutin suatu daerah: Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Rutin IKR Kemampuan Keuangan Daerah 0 - 20 Sangat Kurang 20 - 40 Kurang 40 - 60 Cukup 60 - 80 Baik 80 - 100 Sangat Baik Sumber: Berti, 2006 3. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Rasio efektivitas menggambarkam kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Universitas Sumatera Utara ����� ����������� = ��������� ���������� ��� ������ ���������� ��� Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar satu atau 100 persen. Namun demikian, semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan daerah pun semakin baik Halim, 2008. Berikut ini adalah kriteria penilaian efektivitas kinerja keuangan menurut Kepmendagri Nomor 600.900.327 Tahun 1996: Tabel 3.3 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan Persentase Kinerja Keuangan Kriteria 100 ke atas Sangat efektif 90 - 100 Efektif 80 - 90 Cukup efektif 60 - 80 Kurang Efektif Kurang dari 60 Tidak Efektif Sumber: Kepmendagri Nomor 600.900.327 tahun 1996 4. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Rasio Efisiensi Keuangan Daerah menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi keuangan daerah adalah Adhiantoko, 2013: Universitas Sumatera Utara ����� ��������� = ��������� ������� �����ℎ ��������� ���������� �����ℎ × 100 Berikut adalah tabel tingkat efisiensi keuangan daerah: Tabel 3.4 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Rasio Efisiensi Tingkat Efisiensi 100 Tidak Efisien 90 - 100 Kurang Efisien 80 - 90 Cukup Efisien 60 - 80 Efisien 60 Sangat Efisien Sumber: Suprapto, 2006 5. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah dalam penggunaan dana-dana yang diberikan pemerintah. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah. Formula untuk menghitung rasio ketergantungan keuangan suatu daerah adalah Assidiqi, 2014: ����� �������������� = ���������� �������� ����� ���������� �����ℎ × 100 Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin rendah kinerja pemerintah daerah karena sedikitnya dana yang dihasilkan sendiri daripada Universitas Sumatera Utara dana yang didapat dari pemerintah pusat. Tingkat ketergantungan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.5 Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Persentase Ketergantungan Keuangan Daerah 0-10 Sangat Rendah 10,1-20 Rendah 20,1-30 Sedang 30,1-40 Cukup 40,1-50 Tinggi 6. Rasio Pertumbuhan Rasio Pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai. Rasio Pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi- potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Formula untuk menghitung rasio pertumbuhan suatu daerah adalah sebagai berikut Febriyanti, 2011 ��������ℎ�� ��� � = ��� � − ��� �−1 ��� �−1 Universitas Sumatera Utara 7. Analisis Trend Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkiraan kemungkinan tingkat kemandirian, efektivitas, dan efisiensi pada tahun-tahun anggaran yang akan datang. Dalam analisis trend, digunakan analisis time series dengan persamaan trend sebagai berikut Suprapto, 2006: � ′ = � + �� Besarnya a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut: � = �� � � = ��� �� 2 Keterangan: Y’ = Perkembangan KemandirianEfektivitasEfisiensi Y = Variabel tingkat kemampuan a = Besar Y pada saat X=0 b = Besar Y jika X mengalami perubahan 1 satuan X = Waktu Dengan diadakannya peramalan, perencanaan perancangan anggaran di tahun-tahun berikutnya akan lebih mudah karena sudah ada gambaran. Trend jangka panjang trend sekuler merupakan suatu trend yang menunjukkan arah perkembangan secara umum. Trend ini dapat berbentuk garis lurus atau garis lengkung yang memiliki kecenderungan naik atau justru menurun. Universitas Sumatera Utara Kelemahan dari perhitungan ini adalah hasilnya cenderung selalu naik, sedangkan perkembangan penerimaan yang diperoleh belum tentu selalu meningkat setiap tahun, sehingga terkadang perhitungan untuk perkiraan target penerimaan pada tahun-tahun berikutnya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

0 3 19

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

0 24 19

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

3 16 118

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 4 10

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 12

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 10

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 25

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 8